Jawaban Hanna seperti pukulan telak yang mengenai d**a Ken sehingga dia hanya bisa diam sebelum menyadari kalau Hanna sudah bangun dan tengah membuka koper untuk mengambil pakaian.
Ken memejamkan matanya. Dia tidak mengerti bagaimana bisa Hanna kembali mengingat bujukan awalnya untuk menikah hanya dengan mendengar percakapannya dengan Scott. Nasi sudah menjadi bubur dan Ken hanya bisa berharap kalau mereka bisa menjalani pernikahan dengan lebih baik. Dia yakin Hanna bukan wanita yang tidak bisa dibujuk.
Melihat Hanna memerlukan waktu yang cukup lama di kamar mandi, Ken memutuskan untuk mengganti pakaiannya sambil menunggu Hanna keluar.
Hanna adalah wanita special bagi Ken, kehadirannya sudah langsung terasa ketika dia keluar dari kamar mandi sementara dia berada sedang menelepon seseorang.
Hanna mengikat sebagian rambut bagian atasnya kemudian membiarkan sisanya tergerai di atas bahunya yang sedikit terbuka. Hari ini Hanna memakai blouse model leher Sabrina dan celana sutra yang sangat serasi dengan bentuk tubuhnya yang tinggi layaknya seorang model professional.
“Sudah siap?” tanya Hanna berjalan mendekat.
“Ayo.”
Seperti tidak pernah ada perdebatan atau masalah diantara mereka sebelumnya, Hanna menerima uluran tangan Ken lalu memegangnya erat sebelum mereka keluar dari kamar hotel untuk menemui keluarga Whittaker.
Berbagai macam godaan terdengar di telinga Ken maupun Hanna karena kedatangan mereka yang terlambat. Tidak ada reaksi pada wajah Hanna mendengar semua godaan tersebut, hanya senyuman manis yang menipu yang diperlihatkan olehnya sehingga Ken rasanya ingin merengkuh tubuh wanita yang sudah menjadi istrinya tersebut.
“Hanna, apa Ken tidak seperti yang dikatakan semua orang?” tanya Diana berbisik.
“Apanya?” tanya Hanna balas memandang Diana.
“Itu…yang membuatmu kalian bangun terlambat,” tanya Diana lagi.
Diana tidak mengerti mengapa ia sempat melihat senyum sedih di mata Hanna sebelum dia menjawab pertanyaannya. Pertanyaan yang sederhana dan sangat mudah di jawab.
“Aku tidak tahu kehebatan Ken, karena aku tiba-tiba kedatangan tamu,” bisik Hanna di telinga Diana menyebabkan temannya terkejut dan sedetik kemudian terdengar suara tawanya menyebabkan perhatian semua orang tertuju padanya.
Teguran dari mata suaminya hanya mampu mengurangi suara tawa Diana tetapi tidak bisa menghentikannya. Dia tidak tahu arti pandangan beberapa wanita atau pria yang ada bersama mereka. Mereka semua tahu siapa Ken dan bagaimana petualangannya bersama wanita. Sangat mengherankan dia tidak membuat istrinya berwajah merona dengan kernyitan kesakitan akibat serangannya semalam. Bagaimana pun Hanna adalah seorang paerawan.
“Aku minta maaf karena tertawa terlalu keras dan aku minta maaf karena sudah menggoda kalian. Andaikan saja aku tahu apa yang terjadi tentu saja aku tidak akan bertanya macam-macam. Ken, percayalah hari itu akan tiba juga,” katanya masih dengan suara tawanya yang mengikuti.
Pertanyaan diucapkan Ken tanpa suara pada Hanna yang hanya mengangkat bahunya. Walaupun mereka sepakat untuk menjalankan pernikahan secara normal setelah gencatan senjata, Hanna tidak mungkin mengatakan apa yang sudah dia ucapkan pada Diana sehingga menimbulkan kehebohan yang disebabkan tawa Diana.
“Sekarang kalian sarapan saja lebih dulu jangan sampai membuat kalian lemah. Bukankah semalam kalian juga tidak sempat makan sesuatu?” tanya Rossie ikut bicara.
“Tentu saja kami akan sarapan Mom,” jawab Hanna masih dengan senyumannya.
Ken seperti tidak memiliki suara tetapi begitu dia melihat Scott, wajahnya begitu bengis membuat Scott mengerutkan alisnya.
“Apa yang terjadi dengan Ken dan mengapa wajahnya sangat marah?” batin Scott.
“Hanna, bagaimana kalau kita mengunjungi beberapa tempat wisata di Indonesia lebih dulu? Rizal dan Bayu mengatakan pada kami semalam sangat sayang kalau kami tidak mengunjungi tempat-tempat tersebut,” kata Rossie pada Hanna yang menurutnya lebih sering bereaksi pada Diana daripada dengan Ken.
“Buat Hanna tidak ada masalah Mom. Memang sayang kalau kalian langsung kembali ke London. Tapi bagaimana dengan Bella? Dia sendirian di sana, kan?” tanya Hanna yang menyesali kalau Bella tidak ikut bersama mereka.
“Astaga Hanna…apa yang kau perhatikan sejak kemarin? Kau tidak melihat kehadiran Darla hari ini?” tanya Diana membuat kepala Hanna langsung menoleh ke arahnya.
“Darla? Apa kah dia ada di sini bersama dengan Bella?”
“Tentu saja. Hanya saja mereka memang tidak datang ke acara semalam karena keadaan Bella yang sedikit demam setelah perjalanan yang sangat panjang,” jawab Rossie menjelaskan.
“Lalu keadaannya sekarang bagaimana? Apakah Bella sudah kembali sehat?”
“Sudah sayang. Bella sudah kembali normal suhu tubuhnya jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Untuk itulah kami menerima usul Kak Rizal untuk berlibur lebih dulu, memanfaatkan waktu kunjungan di Indonesia,” kata Scott menjelaskan.
“Menurutku kami hanya bisa mengikuti saja, kan?” kata Ken mulai bersuara.
“Benar. Kau dan Hanna hanya mengikuti saja,” sahut Erick tertawa.
Hari itu, para wanita keluarga Whittaker menghabiskan waktu dengan berbelanja sementara Hanna lebih memilih untuk mengunjungi dan menemani Bella di kamarnya.
“Apa yang terjadi? Aku merasakan ketegangan antara kalian berdua,” tanya Scott pada Ken setelah Hanna sudah masuk ke dalam lift.
“Hanna kembali mengungkit awal tawaranku terhadap pernikahan,” jawab Ken setelah menghela napas berkali-kali.
“Maksudmu, aku tidak mengerti?”
“Dia mendengar ucapanku semalam ketika kita bicara. Dan langsung mengambil kesimpulan bahwa aku sudah mempersiapkan semuanya,” jawab Ken putus asa.
“Kau bisa bicara lebih jelas dan tidak membuatku terus bertanya, kan?” desak Scott.
‘Hanna adalah wanita paling pintar dalam mengambil kesimpulan. Dari ucapanku dia langsung mengarah pada pengacara yang mungkin aku siapkan untuk perkawinan kami. Dia yakin untuk masalah ini, aku tidak melibatkan dirimu.”
“Dan kau mengatakan bahwa kau memang sudah mempersiapkan semuanya?”
“Seperti yang aku katakan, Hanna adalah wanita pintar, dengan cepat dia menarik kesimpulan dan aku hanya bisa mengatakan kebenaran termasuk aku tidak akan mengakhiri pernikahan kami dalam waktu dekat atau sampai batas waktu yang aku sendiri tidak bisa menentukan. Karena aku hanya ingin bersamanya,” jawab Ken mencengangkan.
“Aku bersyukur kau ingin bersamanya dan tidak ada batasan waktu untuk bersamanya. Aku sangat bahagia kalau kau berpikiran seperti itu, Ken.”
“Begitulah,” jawab Ken mengangkat bahu.
Segala keputusan sudah di sepakati oleh Ken dan Hanna sampai mereka kembali ke London dan tidak ikut bersama dengan yang lainnya untuk berlibur.
Mereka memutuskan untuk kembali lebih dulu karena Scott mempunyai kasus yang harus dia tangani seperti halnya Ken dan Hanna. Mereka mempunyai waktu yang tidak bisa mereka tinggalkan, bagimanapun pernikahan mereka sudah membuat beberapa rencana kerja tertunda.
Untuk pertama kalinya Hanna memasuki kamar Ken yang memiliki ukuran yang sangat luas. Dalam hatinya dia berpikir kalau berada di dalam kamar saja, Ken bisa melakukan semuanya dari olah raga sampai bekerja,
Kamarnya lebih mirip dengan suite yang memiliki fasilitas lengkap. Bukan yang diinginkan oleh Hanna karena dia menganggap sebuah kamar adalah tempat mereka melupakan segala macam kegiatan ketika mereka terjaga. Kamar adalah tempat mereka istirahat dan melupakan semuanya walaupun hanya untuk sesaat.
“Aku tidak percaya bagaimana Ken bisa melakukan semuanya, tetapi aku mungkin tidak akan bisa betah dengan semua ini,” gumam Hanna sementara Ken masih berada di lantai bawah menerima telepon dari salah satu direktur di perusahaannya.