Meninggalkan Ken sendirian di kamar bulan madu mereka untuk duduk sendiri di balkon adalah hal gila yang dilakukan oleh Hanna. Dia selama ini adalah wanita yang tidak pernah mengalami masalah ataupun tekanan dari orang lain, tetapi malam ini dadanya begitu sesak sehingga dia tidak bisa tidur.
Semua adalah kesalahannya dan dia seharusnya sudah menyadarinya sejak awal. Apa yang Ken katakan saat itu ketika mereka masih berada di rumah lelaki itu. Ken tidak percaya dengan pernikahan yang berdasarkan cinta dan nafsu. Hanya orang bodoh yang percaya pada pernikahan dan dia bukan orang bodoh tersebut. Dia melakukannya untuk Bella dan hanya Bella yang menjadi alasannya.
Udara yang semakin dingin membuat kulit Hanna begitu sedingin es, tetapi dia tetap duduk di balok sendirian membiarkan udara dingin menjelang pagi membuat dirinya seperti membeku.
Entah sudah berapa lama dia tetap berada di balkon sampai dia melihat semburat warna yang berbeda di ufuk timur sebagai tanda hari sudah pagi.
Helaan napas Hanna begitu berat ketika dia menuju kamar mandi, berlama-lama di bawah guyuran air hangat lalu bersiap untuk shalat Subuh.
Hanna baru saja menyelesaikan sholatnya ketika dia melihat Ken duduk di tempat tidur dengan wajah kecewa atau marah. Hanna tidak tahu, saat ini tubuhnya begitu lelah seolah tidak sanggup untuk berdebat dengan Ken.
“Kenapa tidak membangunkan aku?” tanya Ken setelah cukup lama memandang Hanna yang melepaskan mukena.
“Aku melihatmu tidur begitu nyenyak,” jawab Hanna merasa bersalah.
Dia tidak tahu bahwa Ken juga akan melakukan Shalat Subuh meskipun dia tahu bahwa Ken adalah seorang muslim.
“Aku akan Shalat setelah itu kita harus bicara ada beberapa pertanyaan dan kau harus menjawabnya,” ucap Ken sebelum dia menghilang ke kamar mandi sementara Hanna lebih memilih berbaring dan…tidur.
Ken melihat Hanna di pembaringan dan berpikir kalau istrinya masih mencoba menghindarinya dengan tidur membelakanginya sehingga dia memilih untuk Shalat lebih dulu sebelum berbicara dengannya.
Hanna masih berada di pembaringan ketika Ken selesai Shalat tetapi posisi tubuh Hanna tidak lagi membelakangi lagi melainkan menghadapnya. Tidurnya sangat pulas hingga berkali-kali Ken berusaha membangunkan dirinya Hanna hanya bereaksi kalau dia masih sangat mengantuk.
“Hanna…aku tadi sudah mengatakan padamu bahwa kita harus bicara dan….”
“Kau bicaralah tapi aku sangat mengantuk dan jangan bangunkan aku sampai aku bangun sendiri,” jawab Hanna membuat Ken mengrenyit.
“Hanna.”
Panggilan Ken mulai terdengar tajam tetapi Hanna tetap tidur hingga Ken sekali lagi harus mengalah sampai dia merasakan kulit tangan Hanna yang sangat dingin sehingga dia menutupi tubuh Hanna dengan selimut tebal.
Ken tidak mungkin bicara pada Hanna sekarang sehingga dia memilih untuk membiarkan Hanna tertidur, tetapi dia juga tidak mungkin turun ke bawah untuk menemui keluarganya tanpa kehadiran Hanna di sampingnya.
Kemudian Ken melihat pintu balkon yang terbuka dan mulai berpikir apakah pelayan hotel lupa menutup pintu balkon? Sebuah kesalahan yang sangat besar kalau sampai seorang pelayan tidak menutup pintu walaupun tempat mereka menginap berada di lantai atas, tetapi tetap menjadi kesalahan yang sangat fatal dan Ken tidak akan membiarkannya.
Kemudian Ken berjalan menuju balkon lalu dia melihat sandal serta bantal kursi berada disana serta slayer rajutan yang dikenali Ken milik Hanna seolah-olah semalam Hanna menghabiskan malamnya di balkon, sendirian dan kedinginan.
“Apa yang terjadi, aku benar-benar tidak mengerti. Setelah semua ucapannya lalu dia lebih memilih berada di balkon daripada tidur di sampingku dan sekarang dia tidur sangat pulas seperti dia memang sepanjang malam tidak tidur. Hanna…aku tahu kau wanita keras kepala, tetapi semua tidak akan menjadi baik kalau kau lebih memilih diam daripada bicara padaku,” gumam Ken meperhatikan Hanna yang masih tidur begitu tenang.
Ken kemudian melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Hanna, yaitu berbaring dengan menghadap wajahnya sehingga bila bangun mereka bisa saling bertatapam.
Sebalah tangan Ken menjadi tumpuan kepalanya sementara sebelah tangannya yang lain menyentuh wajah Hanna yang sangat lembut dan baru dia rasakan sekarang.
“Aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan hingga kau bersikap menjauh, tetapi aku tidak akan membiarkan kau tetap menutup mulut tanpa mengatakan apa pun juga. Kau adalah istriku dan aku sudah berjanji pada keluargamu untuk melindungi dirimu. Namun, bagaimana aku bisa melakukannya kalau kau memiliki cara sendiri?”
Ken hanya bisa menatap wajah Hanna sampai wanita yang sudah menjadi istrinya membuka matanya. Hanna terlihat terkejut begitu mendapati wajah Ken yang sangat dekat hingga dia bergerak mundur secara spontan sampai lengan Ken menghalanginya menjauh.
“Kau akan tetap berada di sini. Aku sudah menunggu terlalu lama dan aku berharap hari ini kau bisa menjelaskan setiap kalimat yang kau ucapkan dan juga mengapa kau berada di balkon. Apa kau berada di balkon semalamam? Apakah di sana lebih nyaman dari pada ada di sampingku seperti ini?”
“Aku yakin keluargamu sudah menunggu kita. Bukankah masih banyak waktu bagi kita untuk bicara?” tanya Hanna seolah tidak peduli pada permintaan Ken.
“Kau tidak akan kemana-mana dan mereka semua pasti mengerti apabila kita tidak segera menemui mereka. Sekarang aku menunggu penjelasanmu.”
Senyum dingin diwajah Hanna kembali terlihat membuat kernyitan di dahi Ken semakin dalam.
“Baik, apa yang harus aku jawab dan jelaskan?” Hanna berusaha bangun tetapi tangan Ken masih berada di atas pinggangnya tidak membiarkan dia bangun dari pembaringan atau bergerak menjauh.
“Kenapa kau semalam menyingung masalah tersebut. Dan jangan katakan kalau kau tidak mengerti karena kau yang sudah mengungkapnya!”
“Aku mengerti dan aku hanya berusaha mengingatkan dirimu bahwa ada alasan yang membuat kita berada di sini. Kau membutuhkan diriku untuk memiliki Ken dan kau tidak memaksaku melayani kebutuhanmu sebagai pasangan suami.”
“Hanna...kenapa kau tidak bisa melupakan semua kata-kataku? Semua itu hanya bujukan agar kau menerimaku sebagai suamimu. Aku memang membutuhkan dirimu tetapi juga karena aku sudah menyukaimu sejak awal pertemuan kita?” ujar Ken berusaha meyakinkan Hanna.
“Lalu kenapa aku mendengarnya berbeda? Kau tidak akan mengakhiri pernikahan ini dalam waktu dekat karena kau masih membutuhkanku. Siapa pengacara yang kau tunjuk untuk menyiapkan prosesnya karena dari percakapan kalian aku yakin bukan Scott yang menjadi pengacaramu,” kata Hanna kembali.
Tangan Ken melepaskan pinggang Hanna lalu berbalik dengan tubuh telentang. Wajahnya menjadi dingin. Dia tidak mengira kalau Hanna menguping pembicaraannya dengan Scott. Apakah Hanna tidak tahu kalau dia sangat membenci sikap seperti itu?
“Aku memang tidak akan mengakhiri pernikahan kita dalam waktu dekat atau pada waktu yang lainnya. Aku adalah lelaki yang sudah cukup matang untuk menikah dan berumah tangga. Aku memang pernah mengatakan pada Scott bahwa hanya lelaki paling bodoh yang bisa hidup dan terikat dengan wanita yang sama seumur hidupnya.”
“Lalu siapa pengacaramu? Boleh aku mengetahuinya? Bagaimanapun aku yakin kau orang yang sangat teliti sebelum bertindak. Jadi seberapa jauh persiapanmu terhadap pernikahan ini sebelum kau mengatakan padaku perubahan dari rencanamu,” tanya Hanna.
“Kau ingin mengenal pengacaraku? Kenapa. Kita baru menikah dan kita sudah mulai berdebat. Jangan buat aku kecewa Hanna.”
“Kita berdua sudah kecewa Ken. Aku kecewa karena kau sudah melakukannya dan kau kecewa karena aku mengetahuinya.”
“Dan tidak bisakah kita melupakannya?”
“Aku akan melupakannya asalkan kau mengatakan padaku pada saat kau akan mengakhirinya. Jangan buat aku seperti wanita paling bodoh diantara wanita bodoh yang pernah menjadi kekasihmu.”