Kerja partime

1133 Kata
    Cukup lama Rossie mengetuk pintu kamar Ken sampai ia mendengar suara ceklik dari kunci yang diputar.     "Ya Mom?" Ken terlihat begitu tampan dan segar dengan rambutnya yang masih lembab.     "Mom kira kamu masih tidur. Ke kantor jam berapa?”     Ken membuka pintunya lebih lebar mengijinkan ibunya untuk masuk ke kamarnya.     "Sebentar lagi. Oh ya, semalam mom mau bilang apa?"     "Mom mau bertanya kenapa kau selalu pulang larut. Kau tahu dengan sikapmu ini bisa saja Dinas Sosial meragukan dirimu untuk merawat Bella," tegur Rossie.     “Oh itu, saat ini di kantor pekerjaan begitu banyak. Aku yakin mereka tidak akan bisa meragukannya. Dibandingkan kalau Bella dirawat oleh mereka, di sini lebih baik. Lalu bagaimana dengan pengasuh paruh waktu?"     "Mom tidak tahu apa yang salah. Sudah lebih dari 10 orang pengasuh yang datang dan pergi. Semuanya tidak ada yang memuaskan dan bertahan lama. Sepertinya yang menjadi tujuan mereka menjadi pengasuh bukanlah Bella, tetapi ada tujuan lain yang mereka harapkan,” jawab Rossie lebih mirip dengan keluhan.     Ken mengerutkan keningnya. Mengapa ibunya tidak puas dan apa yang membuat mereka tidak puas, apa yang menjadi tujuan mereka kalau bukan untuk merawat Bella?.     "Aku tidak mengerti maksud Mom. Bella saat ini baru berusia setahun lebih, apakah sangat sulit menjaga seorang anak yang belum bisa berkata 'tidak'?"     Rossie hanya menghela napas. “Mereka sepertinya ingin mengenalmu lebih dekat sebagai ayah Bella. Dan mereka menjadi kecewa karena tidak bisa bertemu denganmu. Bagaimana pun bagi mereka kau adalah lelaki yang paling diinginkan,” jawab Rossie membuat Ken tertawa.     Sejak kapan dirinya menjadi idola. Dia adalah pria yang lebih banyak bekerja. Tidak jarang dia pulang larut malam yang sudah terjadi beberapa minggu belakangan ini. Ken bukan pria yang romantis. Dia memang cukup dikenal sebagai pematah hati wanita, tetapi setiap berhubungan mereka sepakat bahwa tidak ada ikatan yang berakibat terjadinya drama. Jadi apa yang menarik.     “Apakah mereka yang menjadi pengasuh Bella wanita dewasa atau para mahasiswi yang membutuhkan uang tambahan?”    “Rata-rata para mahasiswi yang membutuhkan uang tambahan. Tapia pa hubungannya?” tanya Rossie heran.     “Kalau begitu mereka hanya ingin tahu siapa diriku karena gelar tersebut. Aku yakin setelah mereka bertemu denganku mereka sama sekali tidak tertarik padaku,” Ken terkekeh geli.     “Kau terlalu merendahkan dirimu Ken. Siapa pun tahu siapa dirimu. Seorang pria yang paling diinginkan,” jawab Rossie tersenyum.     “Aku tidak merendahkan diri Mom. Tapi poling tersebut memang tidak benar. Apa yang rahasia dan misterius dariku. Karna aku lebih banyak bekerja daripada bersama dengan seorang anak yang sudah menunggu di rumah. Lalu apakah sudah ada pengasuh yang akan menjaga Bella?”       “Sudah. Tadi pagi sudah ada yang telepon. Menurut Darla, gadis itu adalah mahasiswi yang berasal dari Asia.”    “Asia? Dan dia tahu kita mencari pengasuh dari mana?”     “Dari temannya yang kuliah di Lassie Universiti.”     “Dan dia tahu keluarga kita?”     “Mom tidak tahu, tetapi mom sudah mengatakan pada Darla tidak perlu menyebut nama keluarga Whittaker melainkan nama keluarga Antoilter,” jawab Rossie menyebut nama keluarganya.”     “Jadi dia baru akan datang sepulang kuliah. Kalau saja dia datang pagi ini, aku akan menemuinya. Aku perlu tahu apakah dia serius atau tidak,” ucap Ken membuat Rossie tertawa.     “Kau mau menghancurkan rencana Mom? Kalau kau menemuinya sama saja bohong,” sahut ibunya tertawa.     “Baiklah. Jadi dia baru akan datang sepulang kuliah sesuai dengan permintaan kita. Sebagai mahasiswi hukum aku yakin dia mengerti mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak. Dan aku akan mempir ke kamarnya Bella lebih dulu sebelum berangkat,” kata Ken sambil mengunci tas bepergiannya.     “Kau mau pergi? Kemana?”     “Ada pertemuan yang berhubungan dengan kerja sama perusahaan di timur tengah. Aku akan berada di sana selama seminggu. Semoga saja semuanya berjalan lancer kalau tidak mungkin lebih,” beritahu Ken melangkah keluar mengikuti ibunya yang berjalan di depannya.     Begitu berada di luar kamar, Ken memanggil pelayan dan mereka membawa tasnya ke mobil sementara dia sendiri menuju kamar Bella yang letaknya berada di koridor yang berlawanan dengan kamarnya.     Ken membuka pintu kamar kemudian melangkah masuk. Ia melihat seorang gadis kecil yang sangat montok berada di dalam box mainnya yang cukup besar.     Tawanya keluar begitu saja melihat Bella yang bersemangat menyambut tangannya yang terulur. Tangan yang gemuk dengan pipinya yang mengundang untuk di cubit. Bella benar-benar menggemaskan, berbeda ketika pertama kali ia membawanya pulang setelah dibawa pergi oleh Lenna.     “Mom bersyukur Bella memiliki cirri khas keluarga kita dan wajahnya lebih mirip dengan Daniel daripada Lenna,” terdengar suara Rossie membuat Ken berpaling.     “Benar. Aku tidak akan rela kalau sampai wanita itu berhasil membawanya pergi,” ucap Ken dengan suara dalam.     Ken mengangkat tubuh Bella dan mendekapnya erat penuh kasih sayang. Dia tidak peduli apakah Bella mengerti atau tidak dengan perasaan yang dia miliki, tetapi memeluk Bella membuat Ken kembali merasakan kerinduan yang sangat besar terhadap adiknya.     Entah bagaimana Lenna merawat Bella, tetapi saat itu ia sangat marah begitu mengetahui Lenna menitipkan Bella pada teman sekamarnya yang sama sekali tidak mengetahui cara mengurus anak. Bahkan s**u untuk anak usia setahun saja dia tidak punya. Hanya kaleng bir yang dia temui ketika ia membawa Bella pergi.     “Kau akan terus bersama uncle. Uncle janji kita akan terus bersama dan tidak akan ada yang memisahkan,” ucap Ken sebelum menurunkan Bella kembali ke dalam box bermainnya.     “Kalau nanti gadis yang mau jadi pengasuh benar-benar datang, aku ingin dia serius dan benar-benar perhatian padanya. Kalau dia hanya setengah hati melakukannya, sebaiknya tidak perlu,” kata Ken mengingatkan pada Rossie.     “Ya, nanti mom dan Darla akan mengatakannya.”     Setelah mencium pipi Bella kembali, Ken melangkah pergi sementara ibunya berbicara pada Darla yang berada di dekatnya. “Kau dengar yang dikatakan Ken bukan?”    “Ya Nyonya. Saya akan memastikan apakah Ana memang serius bekerja di sini atau tidak sebelum bertemu dengan Nyonya.”      Rossie memang menyayangi Bella, dan ia tidak bisa meninggalkan cucunya yang menggemaskan berada sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuh yang usianya sudah tidak muda lagi. Rossie memerlukan seorang pengasuh yang bisa bergerak gesit dan dapat mengajarkan cucunya walaupun di usianya yang sekarang hanya bisa memanggil nama saja.     Sementara itu di luar, mobil yang dikemudikan oleh Ken belum jauh keluar dari gerbang rumahnya saat berpapasan dengan sebuah motor yang dibawa oleh seorang wanita. Ken tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ken tidak mengerti mengapa ia harus menghentikan mobilnya hanya untuk memperhatikan motor yang berada di belakangnya pada arah berlawanan.      “Mengapa wanita itu seperti mengingatkanku pada seseorang,” gumamnya sebelum menjalankan mobilnya kembali.     Tentu saja wanita yang membawa motor mengingatkan Ken pada seseorang karena wanita yang berpapasan dengannya tidak lain adalah Hanna Maulidya Wangsa.     Sesuai dengan yang ia katakan pada Darla bahwa ia baru akan datang sepulangnya dari kuliah. Dan hari ini ternyata ada mata kuliah yang kosong jadi ia bisa pulang lebih cepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN