Tidak jadi masalah

1617 Kata
    Suara wanita memanggil nama Ken dengan suaranya yang manja membuat Ken menghentikan langkahnya untuk melihat siapa yang memanggil namanya.     Janice     Di belakangnya wanita yang memiliki rambut pirang berjalan menuju tempatnya. Kernyitan jelas terlihat di dahi Ken walaupun di bibirnya seperti sebuah seringai geli, beda dengan wanita itu yang terlihat begitu gembira.     Sudah seminggu Janice berada di Jakarta untuk pembukaan sekolah mode atas kerja sama dengan salah satu model senior di Jakarta.     Janice tidak percaya ketika dia melihat Ken semalam. Awalnya dia ragu karena tidak mungkin seorang Keanu Whittaker berada di Jakarta sementara dia tahu kalau Ken adalah orang yang terlalu sibuk kalau sekedar berlibur. Janice tidak tahu kalau Keanu Whittaker memiliki anak perusahaan di Jakarta dan juga di Bali.     Namun, keraguannya segera terurai karena dia melihat beberapa anggota keluarga Whittaker dan beberapa kenalan terdekatnya juga ada bersama dengannya dan diantara mereka termasuk  Scott dan Diana sepupu Ken yang selalu memasang wajah jutek setiap kali bertemu dengannya.     “Aku sangat senang sekali melihatmu di sini. Apa yang kau lakukan? Berapa lama kau di Jakarta?” tanya Janice begitu gembira.     ‘Benarkah? Aku tidak mengira kau juga menginap di sini. Ada pekerjaan?” tanya Ken kembali meneruskan langkahnya setelah Janice ada di sampingnya tanpa menjawab pertanyaan Janice.     “He eh. Aku ada kerja sama dengan model senior Jakarta untuk mendirikan sekolah mode. Kau sendiri tahu kalau profesi model sekarang ini semakin banyak diminati. Bahkan dimulai dari usia yang masih cukup muda,” jawab Janice berbangga hati.     “Kau benar,” jawab Ken singkat.     Ken terus melangkah, sementara di depannya dia melihat Scott yang berdiri seperti menunggu kehadirannya.     “Halo Janice, aku tidak mengira bisa bertemu denganmu di sini,” sapa Scott sekedar basa-basi.     “Halo Scott. Aku juga tidak menduga bisa melihat kalian semua ada di sini. Ken tadi belum menjawab pertanyaanku, jadi apa kau mau menjawab apa yang kalian lakukan di Jakarta ini?”     “Aku adalah pendamping Ken saat dia melamar Hanna sebagai calon istrinya,” jawab Scott setelah mendapat isyarat agar dia menjawabnya.     “Melamar Hanna? Siapa dia, apakah aku mengenalnya?” tanya Janice dengan suara heran.     “Siapa dia rasanya tidak penting buatmu karena yang terpenting adalah mereka saling mengenal dan sekarang lamaran Ken sudah diterima oleh keluarganya Hanna,” jawab Scott yang kini mengikuti Ken masuk ke dalam lift sama seperti Janice.     Di dalam lift Janice seperti berpikir hingga dia ingat dengan seorang wanita yang tidak dia kenal yang datang bersama dengan Scott/     “Hanna ini…apakah dia wanita yang pernah datang ke apartemen Diana bersama denganmu? Jadi dia bukan kekasihmu?”     “Aku dan Hanna hanya berteman dan tidak ada perasaan lain selain rasa antara adik dan kakak,” jawab Ken mulai tidak sabar.     “Dan kau pikir aku percaya? Aku melihat kalau kau juga tertarik padanya. Aku tidak percaya kalau kau membiarkan wanita yang kau sukai di rebut oleh Ken. Apakah kau akan menerimanya kembali setelah Ken bosan dan melepaskan wanita itu?” tanya Janice mengejek.     “Aku tahu apa yang aku rasakan dan aku tidak mengira kalau kalimat yang keluar dari mulutmu bahkan lebih buruk daripada model rambutmu,” jawab Scott yang membuat mata Janice terbeliak kaget.     Wajahnya memerah karena Scott menghina dirinya. Dia adalah seorang model yang diundang, bahkan mereka sengaja mengajaknya kerja sama.     “Dan kau yakin kalau wanita yang bernama Hanna ini lebih baik dariku?”     “Mengapa tidak? Setidaknya dia tidak membuat malu dirinya seperti yang kau lakukan sekarang,” sahut Scott sinis.      “Apa maksudmu?”     Scott tidak langsung menjawab karena pintu lift terbuka dan suara tawa dan seruan tertahan keluar dari mulut bebeapa orang yang ada di depan lift.     Dengan wajah mendekat Janice Scott berbisik lirih, “Berkacalah dan lihat apakah dirimu pantas dikatakan baik dan terhormat!”     Seruan tertahan keluar dari mulut Janice sebagai tanda dirinya yang terkejut. Dia sangat marah kenapa Ken maupun Scott tidak mengatakan keadaan dirinya? Apakah mereka memang sengaja membuatnya malu?     Janice terlalu bersemangat untuk menemui Ken sehingga dia langsung datang dan menunggunya di depan kamar Ken begitu bangun tidur. Janice tidak menyadari bahwa rambutnya sangat jauh dari kata rapi dengan wajah yang tidak bisa dikatakan pantas di lihat.      Wajahnya masih memperlihatkan sisa make-up yang belum sempat dibersihkan seolah-olah memberitahu pada yang lain bahwa dia adalah model yang ceroboh dan tidak peduli dengan kebersihan kulit wajahnya.     “Kenapa sih kau tidak katakan langsung pada Janice? Kau bisa katakan pada dia begitu kau melihatnya jadi tidak menjadikan dia sebagai tontonan,” Scott menggrutu karena Ken seperti sengaja mempermalukan wanita yang pernah dekat dengan dirinya.     “Bukan salahku. Kau pikirkan saja sendiri kenapa dia sudah ada di depan kamarku tanpa memperhatikan penampilannya. Kalau bukan seorang model aku maklum, tapi dia adalah model yang pasti harus lebih perhatian pada penampilannya,” jawab Ken tidak mau kalah.     “Terserah kau saja lah. Omong-omong apa kau sudah melihat ponselmu? Semalam Hanna mengirim pesan padamu tapi kau sepertinya belum menerimanya,” kata Scott memberitahu Ken sementara mereka sudah melihat keluarga Whittaker menunggu mereka di ruang makan hotel yang cukup mewah.     Dengan kening berkerut Ken mengambil ponselnya dari kantong dan dia melihat ponselnya tidak aktif.     “Astaga, bagaimana bisa aku membiarkan ponselku mati setelah aku menchargenya,” keluh Ken berusaha menyalakan kembali ponselnya.     Ken belum membaca pesan yang dikirim oleh Hanna saat ponselnya berdering dan ia melihat nomor Hanna di layar ponselnya.     “Halo Han?” sapa Ken.     “Halo Keanu, ini Rizal,” terdengar suara dari seberang sana yang memperkenalkan diri sebagai Rizal, kakak pertama dari Hanna.     “Ya, kak ada apa?” kata Ken membalas sapaan Rizal.     Rizal kemudian mengatakan keputusan keluarga besar mereka tentang tanggal yang tepat untuk pernikahannya.     “Apa tidak terlalu lama tanggal tersebut? Tidak adakah tempat yang bisa dipakai dalam waktu dekat ini dan sesuai dengan tanggal pernikahan yang baik menurut kakak?” tanya Ken setelah Rizal menyampaikan bahwa waktu tersebut adalah pertengahan tahun depan.     “Ada, tetapi sangat dekat dan seperti terburu-buru. Kakak khawatir persiapan tidak cukup,” jawab Rizal.     “Kira-kira kapan waktunya? Aku rasa tidak masalah asal bukan besok saja,” jawab Ken memastikan.     “Tentu saja bukan besok tapi 2 minggu ke depan. Pada 2 minggu ke depan ada tempat dan tanggal yang baik menurut kami. Bagaimana kau bisa?”     “Akan aku sampaikan pada keluarga. Apa kakak bisa menunggu?”     “Tentu saja bisa. Kami akan menunggu jawaban darimu.”     Setelah menyampaikan pesannya, Rizal memutuskan sambunan teleponnya dan Ken menatap keluarganya yang menunggu Ken menyampaikan berita dari Rizal.     Setelah menghela napas, Ken mulai bicara menyampaikan isi pesan Rizal pada keluarganya. Sama seperti yang dirasakan oleh Ken bahwa tahun depan apalagi pertengahan terlalu lama sampai Ken mengatakan pilihan lain yaitu 2 minggu dari sekarang.     “Apa ada tempatnya juga kalau acaranya 2 minggu ke depan?” tanya Eric memastikan.     “Ada. Tempatnya tidak jauh dari komplek perumahan keluarga Hanna, Kalau keluarga kita menerima, maka mereka juga akan segera mempersiapkan semuanya,” jawab Ken.     “Buat kami tidak masalah. Jadi kita tidak perlu lama berada di Indonesia karena kita akan kembali lagi untuk pernikahan Ken dan Hanna,” ujar Eric dan mereka semua setuju dengan keputusannya.     “Akan aku sampaikan jawaban dari kalian. Lalu kapan kita kembali ke London?” tanya Ken sembari mencoba menghubungi Rizal kembali di ponsel Hanna.     “Bagaimana kalau besok pagi?” tanya Eric pada yang lainnya.     “Tidak masalah, jadi kita bisa istirahat dulu,” jawab Rossie memutuskan.     “Oke, aku setuju.”     Dengan berjalan menjauh dari keluarganya Ken mulai bicara pada Rizal lalu membaca pesan yang dikirim Hanna semalam setelah dia selesai bicara dengan Rizal.     Kerutan di keningnya membuat wajahnya terlihat heran sekaligus menyimpan kemarahan. Dia tidak mengerti mengapa Hanna mengirim pesan seperti itu dan mengapa seseorang pengirim pesan bersifat ancaman pada Hanna? Dan siapa Irawan? Ken sama sekali tidak pernah ingat kalau dia mengenal Irawan.     Namun, yang membuatnya bertanya-tanya adalah apakah Irawan tidak tahu kalau Hanna sudah tidak bekerja di kantor pengacaranya yang dulu? Jawabannya tentu saja tahu karena pesan yang dikirim Irawan sudah jelas mengatakan kalau dia sangat membenci pada orang yang berpihak pada lawannya.     Ken masih memandang ponselnya ketika dia melihat Scott berjalan mendekat dan langsung bertanya padanya.     “Jadi yang kau maksud pesan seperti ini?”     “Benar. Dia juga mengirim pesan padaku setelah pesan yang dikirim kepadamu tidak terkirim,” jawab Scott dengan suara tenang.     “Bagaimana meuurutmu? Apakah memang ada pengaduan ke pengadilan?” tanya Ken pada Scott.     “Tidak. Semalam aku sudah mengecek ke pengadilan tidak ada pendaftaran kasus perwalian antara kau dengan Lenna. Aku tidak tahu mengapa Irawan justru mengancam Hanna,” kata Scott memberi penjelasan pada Ken.     “Dan siapa Irawan ini? Kenapa dia bisa memiliki nomor kontak Hanna?”     “Irawan pernah mendampingi Hanna untuk mendapatkan informasi tentang Lenna. Tetapi lelaki itu sama sekali tidak bisa diandalkan dan Hanna sangat marah karena dia mendapat sumber yang sama sekali tidak bertanggung jawab. Tentang Irawan sendiri aku sudah mendapat gambaran bahwa dia adalah mahasiswa hukum yang di keluarkan dengan alasan yang tidak diketahui.”     “Dan dia orang Indonesia bukan? Dimana dia tinggal?”     “Aku pernah mencari informasi tentang dirinya, tetapi Irawan ini memang tidak mempunyai data yang lengkap. Hanya tertulis pada usia 17 tahun dia meninggalkan Indonesia karena bertengkar dengan orang tuanya akibat kasus percobaan pembunuhan,” kata Scott membuat Ken terkejut.     “Kau yakin dia melakukan percobaan pemboenoehan?” tanya Ken dengan suara tinggi.     “Seperti itulah. Orang tuanya meminta dia pergi meninggalkan Indonesia dan kuliah di London. Orang tuanya menutupi kejahatan anaknya dengan mengirimnya kuliah jauh dari negaranya.”     “Jadi dia memang memiliki riwayat yang cukup membuat kita khawatir. Lalu bagaimana kau bisa lengsung memutuskan mengecek ke pengadilan?”     “Karena di pesan Irawan sudah jelas bahwa dia akan membuat kita semua sibuk dan bertengkar di pengadilan.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN