Hujan turun dengan deras ketika Hanna tiba di Bandar Udara Heathrow. Penerbangan yang cukup panjang selama 16 jam 40 menit dengan transit sekali di Amsterdam membuat Hanna ingin sekali berada di kamar hotel yang hangat. Ia belum menemukan sosok pria yang bernama Irawan yang akan menemui dan membawanya ke hotel padahal ia sudah berdiri di ruang tunggu selama 15 menit.
Sejak ia keluar dari dalam pesawat, Hanna sudah mencoba menghubungi Irawan, tetapi ponsel pria itu tidak aktif sehingga ia selalu mengulang panggilan hingga dirinya bosan sendiri.
Tidak mungkin Irawan lupa kalau hari ini ia akan datang, bagaimana pun sebelum berangkat Hanna sudah memberitahunya. Apakah seperti ini orang yang akan membantunya?
Hanna baru saja berniat untuk melakukan panggilan kembali ke nomor Irawan ketika ponselnya berbunyi dan Hanna melihat nama Irawan di layar ponselnya.
“Halo, Maaf aku terlambat. Dimana aku bisa menemuimu?” tanya Irawan langsung membuat Hanna mengerutkan alisnya.
“Di ruang tunggu terminal 2,” jawab Hanna singkat.
Kedatangan Hanna di London kali ini adalah yang keempat kalinya. Sebelumnya ia datang ke Negara yang masih menganut system pemerintahan Monarki adalah sebagai atlet menembak, sementara kedatangannya kali ini adalah sebagai seorang pengacara yang akan membantu seorang klien. Sebelum berangkat ia sudah menghubungi beberapa temannya dan mereka semua berjanji untuk bertemu dan membantu Hanna selama di London.
Hanna tidak mengira kalau Irawan sebagai mahasiswa semester 4 di salah satu universitas terkenal di London sangat tidak bertanggung jawab. Menurutnya, Irawan seharusnya sudah datang lebih dulu di bandara sehingga ia tidak perlu mencari-cari dan berulang kali menghubunginya. Apakah seperti ini orang yang akan membantunya?
Hanna memperhatikan pintu masuk dari ruang tunggu, matanya mengerjap saat matanya menangkap sosol pria tinggi sesuai dengan cirri-ciri yang disebutkan Irawan mulai berjalan masuk. Penampilan pria itu sama sekali tidak terlihat rapi. Apakah seperti ini penampilan mahasisa hukum yang tinggal di London atau dia mempunyai pekerjaan lain yang membuatnya tampil berantakan?
“Hanna?” tanya pria itu dengan mata terpicing seolah berusaha memastikan.
Irawan tidak pernah berpikir kalau wanita yang akan dijemputnya adalah seorang wanita yang sepertinya baru lulus kuliah hukum. Penampilan wanita yang bernama Hanna lebih mirip sebagai turis yang sedang jalan-jalan atas biaya sponsor dan bukan penampilan seorang pengacara yang mendapat tugas untuk membela klien.
“Benar. Kalau aku tidak salah, kau pasti Irawan,” balas Hanna tersenyum tanpa mengulurkan tangan.
“Kau benar. Mana barang bawaanmu? Aku akan langsung mengantar ke hotel sebelum bertemu dengan Lenna,” beritahu Irawan sambil melirik tas yang dibawa oleh Hanna.
“Aku hanya membawa ini,” jawab Hanna menunjuk koper kecil berwarna hijau tua yang cukup menarik dengan logo travel wisata yang cukup terkenal.
Suara siulan terdengar dari mulut Irawan membuat kening Hanna berkerut, apa maksud Irawan bersiul seperti itu? Mengapa Hanna berpikir kalau pekerjaannya selama di London membuat dirinya harus bekerja keras lebih dari seharusnya.
“Apa maksud dari siulanmu itu?”
“Kau datang kesini untuk membantu seorang klien untuk mendapatkan keadilan atau menjadi duta travel?” tanya Irawan menunjuk logo koper Hanna.
Hanna tidak menjawab pertanyaan Irawan bukan kapasitas Irawan untuk mendapatkan jawaban yang tidak berhubungan sama sekali dengannya.
Irawan terus memperhatikan Hanna yang duduk di sampingnya. Ia seperti masih tidak percaya melihat pengacara yang di pilih untuk mewakili kantor pengacara yang cukup terkenal. Apakah Pak Ilman tidak melihat siapa yang akan mereka hadapi. Dari sikap dan penampilan Hanna terlihat kalau wanita yang saat ini duduk di sampingnya adalah wanita yang mudah di dikte.
Keluarga Whitaker adalah keluarga bangsawan lama yang pengaruhnya masih sangat kuat hingga saat ini. Sejak gelar bangsawan diwariskan kepada Keanu Whitaker, nama keluarda dan juga jumlah kekayaan yang dimiliki mereka semakin besar. Keanu sudah membuktikan bahwa dia adalah kepala keluarga yang tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama bagi mereka yang sedang bersiteru dengannya.
“Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi aku perlu bertanya apakah ada sesuatu yang aneh pada wajahku?” tegur Hanna dengan sikap tidak suka yang diperlihatkan secara jelas.
“Tidak. Tidak ada yang salah. Terus terang aku tidak percaya mengapa Pak Ilma mengirim seorang pengacara yang baru lulus kuliah untuk membela klien di Negara asing dengan tingkat kesulitan yang cukup besar. Apa yang sudah menyebabkan Pak Irawan memilihmu? Apa karena kau seorang perwakilan dari sebuah perusahaan travel terkenal sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya, atau ada alasan lain yang kau rahasiakan?”
Hanna melirik Irawan yang menurutnya menyimpan pertanyaan serta pendapat lain yang artinya pasti membuat telinganya panas bila mendengarnya. Namun, Hanna harus menahannya dan berusaha mengendalikan dirinya.
“Berapa usiamu?”
“Apa hubungannya?” tanya Irawan tajam.
“Hanya untuk memastikan saja sebelum aku menjawab pertanyaanmu tadi,” jawab Hanna dengan pandangan lurus ke depan.
Suara dengusan yang lebih mirip hewan bertanduk terdengar dari hidung Irawan sementara dari dalam tas Hanna terdengar suara yang berasal dari ponselnya. Hanna segera mengeluarkan ponselnya dan melihat sebuah nama. Kathrine Adam.
“Halo Hanna, dimana kau sekarang, apa sudah tiba?” terdengar suara Kate dari ujung pesawat lain.
“Halo Kate, aku sudah tiba di London dan sedang menuju penginapan,” beritahu Hanna.
“Benarkah? Aku sudah mengatakan pada beberapa teman di sini kalau kau akan datang. Mereka sangat antusias bertemu dengan seorang penembak jitu yang tidak pernah melepaskan gelar juaranya,” terdengar suara Kate membuat Hanna tertawa.
“Terima kasih atas pujianmu. Tapi, dia tidak akan datang, kan?”
“Dia, siapa?” kembali terdengar suara Kate yang kali ini bernada menggoda.
“Kau tahu pasti siapa yang aku maksud,” jawab Hanna menggerutu hingga terdengar suara tawa Kate yang berderai.
“Tidak. Dia tidak akan datang. Kau tahu kalau saat ini dia sedang bermasalah dengan salah seorang wanita yang berasal dari negaramu juga.”
“Apa? Dia bermasalah dengan wanita yang berasal dari negaraku? Wow…sepertinya aku perlu tahu apa penyebabnya,” sahut Hanna ikut tertawa.
“Kau pasti akan tahu. Sekedar mengingatkan, begitu tiba di penginapan segera beritahu aku. Kita akan reuni untuk mengenang masa-masa perkenalan,” ucao Kate lagi.
“Tentu. Aku akan memberi kabar padamu dimana aku menginap nanti,” jawab Hanna sebelum menutup teleponnya.
Hanna melihat Irawan memberikan pandangan sinis padanya hingga ia mulai menyatakan sikapnya dengan tegas. Ia tidak memerlukan bantuan dari orang yang sama sekali tidak bisa bersikap ramah padanya.
“Mahasiswa Hukum semester 4 di salah satu Universitas terkenal di London. Mulai kuliah sejak 4 tahun lalu. Mengambil kerja malam sebagai seorang bartender dengan status ilegal di salah satu café yang berada di kota ini. Aku tidak yakin mengapa kau sebagai mahasiswa hukum justru menjadi pegawai illegal?” ucap Hanna cepat hingga Irawan menatapnya galak.
“Siapa yang menyuruhmu mengelidiki diriku?” tanya Irawan tajam.
“Pak Ilman memberikan data dirimu padaku. Aku tidak akan bekerja bersama dengan orang yang tidak aku ketahui identitasnya. Aku memang baru setahun ini bergabung di kantor pengacara yang dipimpin oleh Pak Ilman, tetapi setidaknya aku sudah memiliki gelar yang bisa aku pakai untuk membantu mereka yang membutuhkan. Sekarang aku ingin bertanya padamu, seberapa dalam kau mengenal Lenna?”
“Kenapa bertanya tentang Lenna padaku?” tanya Irawan tajam.
“Karena kalian sebelumnya bekerja di tempat yang sama. Dan dari caramu bersikap membuatku yakin bahwa kau adalah salah satu orang yang membujuk Lenna untuk mendapatkan fasilitas dari keluarga Whitaker sehingga mereka mengambil alih kepenguran keturunan keluarga mereka.”
Irawan melirik Hanna dengan gelisah. Ia tidak percaya bagaimana mungkin wanita yang menurutnya pengacara junior justru mampu membuatnya terpojok pada pertemuan pertama mereka.