Siapa Hanna Maulidya Wangsa

1193 Kata
    Setelah ucapan Hanna yang memojokkan dirinya, Irawan lebih memilih diam, tetapi Hanna bukan wanita yang akan membiarkan sebuah pertanyaan lewat begitu saja tanpa adanya jawaban.     “Kenapa tidak menjawabnya?” tanya Hanna melirik tangan Irawan yang mencengkeram kemudi.     “Kau salah sasaran bila mencoba bertanya padaku,” terdengar suara Irawan yang lebih mirip keluhan daripada jawaban yang diharapkan.    “Benarkah? Awalnya aku tidak ingin bertanya pada saat aku sendiri belum mencapai hotel untuk beristirahat, Apa daya kau sendiri yang seperti tidak memiliki etika untuk membuatku terpojok,” jawab Hanna tajam.     “Jadi kau bermaksud membalasnya?”     “Tidak berminat sama sekali. Aku hanya tidak mengerti mengapa kau meminta Lenna menuntut keluarga Whitaker, apa keuntungannya?”     “Isabella adalah putri Lenna. Anak itu patut mendapatkan kasih sayang dan kehidupan yang layak dari keluarga ayahnya,” jawab Irawan cepat.     “Benar. Tapi keluarga Whitaker hanya menerima keturunannya. Mereka tidak memerlukan seorang ibu yang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar. Benar bukan? Sebagai mahasiswa hukum, kau seharusnya sudah mengetahuinya lebih jelas. Apa kalian mengharapkan sebuah kompensasi dari dana perwalian?”     “Keluargaku cukup mampu untuk mendukung masalah keuanganku,” bentak Irawan.     “Aku tahu. Kalau keluargamu tidak mampu, tidak mungkin kau kuliah di sini dan memiliki apartemen serta mobil yang cukup mewah ini,” ucap Hanna kalem.     Irawan seperti seorang yang tidak bisa berbicara berhadapan dengan Hanna. Dalam hatinya apakah mungkin Hanna dapat menang dalam kasus perebutan hak asuh atau justru secara terang-terangan mengalah. Sulit untuk memberikan prediksi. Ia belum pernah mengenal Hanna tetapi wanita yang duduk di sampingnya justru telah melihat profil dirinya dengan begitu jelas.     Irawan baru saja hendak membuka mulutnya ketika suara ponsel Hanna berbunyi. Dalam hatinya mulai bertanya-tanya siapa Hanna yang sebenarnya. Apakah dia sudah terbiasa berada di negara ini sehingga pada saat dia tiba, semua orang yang mengenalnya segera menghubunginya bisa jadi alasannya ia bisa mempunyai tas dengan logo sebuah travel wisata terkenal karena seringnya ia berjalan-jalan keluar negeri?     Curiga karena dirinya tidak mengetahui siapa sebenarnya Hanna membuat Irawan jengkel sendiri. Bagaimana bisa wanita yang baru datang yang menurut pengamatannya adalah seorang sarjana yang baru lulus kuliah bisa mempunyai banyak teman yang berasal dari negara asing.     Dari apa yang didengar oleh Irawan, sepertinya teman-teman Hanna bukanlah kenalan biasa atau turis miskin yang dia temui ketika mereka berkunjung ke Indonesia. Kecurigaan Irawan mulai terbukti kalau teman-teman Hanna adalah orang yang berkelas ketika ia mendengar Hanna bertanya tentang Mr Whitaker yang akan menjadi lawannya nanti di persidangan.     “Jack, bisakah kau mengatakan padaku, seberapa terkenalnya keluarga Whitaker? Apakah mereka mempunyai pengaruh yang sangat kuat?” tanya Hanna pada orang yang dia panggil Jack melalui ponselnya.    “Kau ingin tahu, mengapa kau tidak bertanya langsung padanya?” Hanna mendengar suara tawa Jack hingga otaknya harus travelling.     Bagaimana bisa ia bertanya langsung padanya, kenal juga tidak. Apakah dia harus menemui penanggung jawab keluarga Whitaker yang katanya memiliki pengaruh begitu besar? Dari ucapan Jack seolah-olah keluarga itu bisa ditemui dengan mudah sementara dari informasi yang dia dapat dari Irawan maupun dari Pak Ilman, keluarga ini tidak mudah ditemui.     “Maksudmu? Apa aku mengenal keluarga Whitaker?”     “Tentu saja kau mengenalnya. Tapi aku tidak tahu apakah kau akrab atau tidak dengannya. Siapa pun mengenal keluarga tersohor itu.”     “Begitu,” ucap Hanna pelan. Ia tidak mengerti dengan semua pembicaraan mereka karena semuanya tidak ada yang nyambung. Apakah kepalanya saat ini sudah tidak mampu berpikir.     “Hanna, apakah kau sudah tahu kalau kami akan menemuimu sebelum kau kembali ke Indonesia? Kami sudah memutuskan untuk tidak mengganggu pekerjaanmu,” terdengar suara Jack di telinga Hanna.     “Aku belum mengetahuinya. Baiklah, aku akan menghubungimu kembali. Maaf Jack sepertinya aku mengalami jetlag. Kau tahu bukan penyakit rutinitas ini,” kata Hanna yang disambut dengan suara tawa berderai yang berasal dari Jack.     Akhirnya Hanna bisa memberikan istirahat pada telinganya. Kepalanya sudah benar-benar sakit, ia membutuhkan istirahat sebelum mulai bekerja. Dia di Londong Inggris bukan untuk liburan, tetapi untuk bekerja.     “Apakah kita masih lama tiba di hotel?” tanya Hanna pada Irawan yang sejak tadi diam sementara Hanna sibuk bicara melalui telepon.     “Hotelnya sudah ada di depan sana. Tidak sampai lima menit kita sudah memasuki gerbangnya,” jawab Irawan dengan suara yang berbeda. Tidak seperti ketika ia baru bertemu dengan Hanna.     Hanna dan Irawan berjalan menuju loby Hotel sementara Irawan menuju meja reservasi terhadap pesanan kamar untuknya.     “Tolong kau lakukan untukku ya, aku ingin duduk sebentar,” ucap Hanna sembari berjalan menuju kursi yang berada di loby. Irawan memperhatikan Hanna sebelum dia berbicara dengan wanita yang berada di belakang meja reservasi.     Jetlag setiap kali melakukan perjalanan udara dalam waktu lama seringkali membuat Hanna sakit pada hari pertama berada di negara asing. Menurut Hanna seperti penyakit yang tidak pernah absen meninggalkan dirinya meskipun hanya sekali saja.     Yang dirasakan Hanna seringkali menjadi bahan candaaan rekan-rekan se tim nya ketika mereka melakukan kejuaraan tingkat Internasional. Beberapa rekan seniornya menyebutnya sebagai sindrom kangen rumah. Apa itu sindrom kangen rumah, Hanna tidak pernah mendengarnya.    Irawan baru saja berbalik dan bermaksud menemui Hanna saat ia melihat seorang pria berjalan menghampiri Hanna. Keningnya berkerut karena mengenali pria itu. Apakah mereka saling mengenal? Kalau tidak bagaimana pria itu bisa tertawa dengan santai pada Hanna.     Irawan tidak tahu apa saja yang mereka bicarakan, tetapi dari raut wajah pria itu terlihat kalau dia tidak puas dengan apa pun yang dikatakan oleh Hanna yang tetap duduk dalam posisinya yang begitu santai. Terlihat bahwa Hanna tidak begitu menanggapi ucapan pria yang berbicara padanya.     Irawan benar-benar tidak percaya dengan yang dia lihat. Seorang Mr Whitaker bicara pada seorang Hanna Mauidya Wangsa, pengacara baru yang akan menjadi lawan siterunya di pengadilan. Bagaimana bisa, seingatnya Lenna saja yang pernah berhubungan dengan Daniel tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengenalnya.     “Sepertinya aku terlalu meremehkan seorang Hanna. Bagaimana dia bisa  membuat seorang kepala keluarga paling kesohor mendatangi dirinya pada hari pertama dia tiba. Apakah nama Hanna sudah sangat terkenal?”     Irawan bertanya-tanya di dalam hatinya sampai akhirnya ia memutuskan untuk berjalan menemui Hanna dan berkenalan dengan pria yang sedang berbicara dengannya. Sayang, belum lagi Irawan sampai, Mr Whitaker sudah berjalan menjauh tanpa Irawan sempat menyapanya.     “Bagaimana kau mengenalnya?” tanya Irawan begitu ia tiba di depan Hanna dengan pandangan tertuju ke arah pintu keluar.     “Siapa?”     “Pria yang baru berbicara denganmu,” jawab Irawan.     “Dia…aku tidak terlalu mengenalnya. Maksudku, kami memang pernah bertemu sekitar 5 tahun lalu ketika ia masih menjadi peserta kejuaran menembak. Dan kami tidak pernah bertemu lagi karena dari beberapa rekannya, aku mengetahui kalau Ken tidak lagi mengikuti kompetisi apa pun. Ia lebih focus pada keluarganya. Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu? Apakah kau mengenalnya?” tanya Hanna yang langsung mengambil kunci yang berada di tangan Irawan.     “Dimana letak kamarnya? Kau tahu aku benar-benar membutuhkan istirahat penuh,” ucap Hanna.     Dengan suara tergagap, Irawan menjawab pertanyaan Hanna. Ia memandang Hanna tidak berkedip karena tidak percaya. Mana mungkin wanita yang kini berjalan di depannya sudah mengenal Mr Whitaker bahkan sejak 5 tahun lalu. Bagaimana hubungan mereka sehingga Hanna dengan ringannya memanggil Mr Whitaker dengan sebutan Ken. Apakah memang nama kecilnya adalah Ken. Benar-benar sebuah kejutan yang tidak pernah Irawan harapkan. Lalu apakah Hanna masih membutuhkan bantuannya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN