Di jalan, Diana tidak henti-hentinya menatap Hanna dengan senyum geli membuat Hanna tidak nyaman.
“Ada apaan, sih? Pakaianku aneh ya?” tanya Hanna memperhatikan dirinya sendiri.
“Buat orang lain engga, tapi, aku kenal kamu sebagai wanita yang selalu memakai baju berlapis-lapis yang sering membuatku gerah. Dan sekarang yang kau pakai…wow, saeski sekali,” Diana memuji Hanna sambil mengerling.
“Ini pakaian yang kau beli, kan? Aku khawatir kalau memakai baju yang biasa aku pakai justru membuatmu tidak nyaman,” Hanna berkilah dengan wajah mulai bersemu.
“Oooh, syukurlah kalau kau suka. Terus terang waktu Ken memintaku untuk membeli beberapa gaun untukmu aku bingung. Akhirnya aku memilih pakaian yang menurutku aman. Kalau mengikuti kata hati, aku pasti tidak akan memilih pakaian seperti yang kau kenakan sekarang,” sahut Diana tertawa.
“Terima kasih.”
“Lupakan, sekarang katakan padaku, apakah Ken sudah memberikan kartu kreditnya padamu?” tanya Diana bersemangat.
“Ken? Untuk apa kartu kreritnya? Aku punya cukup uang untuk membeli pakaianku sendiri, kok,” Hanna heran dengan pertanyaan Diana yang menurutnya aneh.
“Astaga Hanna. Kau adalah istrinya Keanu Whittaker dan semua yang dipakai oleh-mu akan menjadi trend dan pusat perhatian. Masa kau mau membeli yang biasa saja, sih.”
“Apa kau malu jalan denganku karena aku tidak akan membeli barang-barang branded? Kalau memang ya, aku minta maaf.”
Hanna tidak tahu dan memang dia tidak terlalu mengenal selera mereka yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Kalau saja dia tahu bahwa semua yang dilakukan oleh keluarga barunya akan menjadi perhatian, apakah dia tidak boleh melakukan kebiasaannya? Atau apakah dia akan kehilangan jati dirinya?
Diana memperhatikan perubahan wajah Hanna dan juga suaranya yang lebih pelan, dia merasa bersalah karena secara tidak langsung dia membuat Hanna berpikir kalau dia malu dengan kebiasaan Hanna.
Meletakkan sebelah tangannya di atas tangan Hanna, Diana mulai bicara dengan suaranya yang pelan. “Bukan kau yang harus minta maaf, tapi aku. Aku minta maaf kalau sudah membuatmu kecewa dengan ucapanku tadi.”
“Lupakanlah. Aku yakin kau bermaksud baik dengan mengingatkan diriku yang sekarang. Terima kasih Diana,” senyuman Hanna akhirnya membuat mereka melupakan kalimat yang sudah membuat keduanya tidak nyaman.
Mengikuti Diana yang lebih tahu toko mana yang harus mereka kunjungi menarik perhatian Hanna. Bukan karena toko tersebut memiliki semua barang branded tetapi juga karena dirinya sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk mendapatkan semua yang dia pilih.
“Apakah Ken sudah memakai kekuasaannya?” sindir Hanna setelah toko menolak p********n darinya.
“Siapa yang tahu,” jawab Diana mengangkat bahu.
Hanna menghela napas. Dia memang sudah mengatakan pada Ken bahwa dia akan membeli beberapa pakaian bersama Diana, tetapi yang dilakukan Ken sangat tidak masuk akal. Bagaimana dia bisa tahu toko mana saja yang akan dia kunjungi? Atau Ken sudah sangat mengenal setiap toko yang akan dikunjungi wanita kaya setiap kali berbelanja? Ataukah Ken pernah membawa salah satu teman kencannya ke toko yang baru mereka kunjungi?
“Gila,” Hanna memaki dalam hati. Bagaimana dia bisa berpikir tentang wanita yang menjadi teman kencan Ken.
‘Hey, kita nikmati semua yang sudah diberikan oleh Ken. Apa kau tidak mau membalasnya?” tegur Diana menyenggol lengan Hanna yang tiba-tiba diam.
“Kau benar. Kita akan membuat dia kapok memberikan namanya pada setiap toko,” jawab Hanna bersemangat.
Di rumah, Ken tertawa melihat daftar tagihan yang langsung di kirim toko yang sudah dikunjungi Hanna. Hanya beberapa toko yang mereka datangi dan yang dibeli juga tidak terlalu banyak, tetapi semuanya adalah barang dengan kwalitas terbaik. Apakah istri dan sepupunya mau membuatnya bangkrut dalam sehari?
Ken segera menghubungi Diana yang sedang memperhatikan Hanna mencoba sepatu.
“Halo Diana, kenapa dari semua tagihan yang mereka kirim tidak ada satu pun pakaian dalam yang saeki? Kalian masih punya waktu untuk mengunjungi toko tersebut. Ingat pilih yang terbaik dan bisa membuatku puas,” perintah Ken yang membuat Diana terbelalak dan dia masih belum bisa mencerna ucapan Ken karena sepupunya itu langsung menutup sambungan teleponnya.
“Barengsek, si Ken. Kenapa dia tidak pilih langsung saja. Dia kan bisa mendapatkannya melalui online dan aku yakin mereka dengan senang hati akan mengirimkan padanya. Dan aku sama sekali tidak yakin kalau Hanna akan memiliki pakaian dalam sesuai dengan keinginan Ken. Kau sudah membuatku mabok, Keanu!” omel Diana walaupun hanya dia yang bisa mendengarnya.
“Han, setelah ini kita ke bagian underwear ya,” usul Diana pada Hanna yang sudah memilih beberapa sepatu.
“Boleh. Kau mau tampil saeksi di depan suamimu?” goda Hanna.
“Tentu saja. Bagaimana kalau kau juga melakukan hal yang sama?” tantang Diana.
Hanna nyaris tersedak mendengar ucapan Diana, Dia harus memakai pakaian sesky? Untuk siapa? Tentu saja untuk dirinya sendiri karena dia tidak akan memperlihatkan pada Ken. Bisa kacau kalau sampai Ken melihatnya.
Pernuh percaya diri, Hanna mengikuti Diana memilih pakaian yang menurut Diana akan berbeda hasilnya bila Ken melihatnya. Dan Hanna hanya tersenyum di dalam hatinya. Mereka tidur di kamar yang terpisah jadi sangat tidak mungkin Ken bisa melihatnya, kecuali kalau tiba-tiba dia masuk ke dalam kamar tanpa sepengetahuannya.
Cukup lama mereka berada di luar sampai Hanna mendengar ponselnya berbunyi, bukan dari Ken melainkan dari Scott. Ada apa? Kenapa Scott menghubunginya. Apakah dia harus mengatakan pada Ken kalau Scott ingin bertemu?
Sebagai seorang istri sudah kewajiban Hanna untuk mengatakan pada Ken bahwa Scott ingin bertemu dengannya. Kalau saja Scott menghubungi Diana, tentu sangat mudah bagi Hanna untuk menolak atau menerimanya karena mereka adalah teman.
“Aku telepon Ken dulu, ya,” beritahu Hanna ketika mereka sudah berjalan keluar pertokoan.
Panggilan telepon Hanna pada Ken cukup lama tidak terjawab sampai dia mendengar suara Ken yang mengantuk.
“Halo Hanna, ada apa?”
“Scott baru mengirim pesan padaku kalau dia mau bertemu. Aku tidak tahu apa yang mau dia bicarakan. Apa kau mengijinkan aku bertemu dengannya?” tanya Hanna membuat Diana yang mendengarnya menaikkan alisnya.
“Kau tidak perlu meminta ijin padaku kalau kau ingin bertemu dengan Scott. Kalian adalah teman dekat begitu juga aku. Jadi silahkan saja,” jawab Ken.
Dalam hatinya Ken berbangga hati mendengar Hanna meneleponnya karena Scott mengajaknya bertemu. Apakah wanita lain akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hanna? Diana saja Ken tidak yakin akan melakukannya. Meminta ijin pada suami untuk bertemu dengan pria lain.
“Baiklah. Aku akan membalas pesannya bahwa aku akan menemuinya. Nanti apa kau akan menemui kami juga?” tanya Hanna memancing reaksi Ken.
“Kau katakan saja tempatnya, nanti aku akan menyusul,” jawab Ken sebelum Hanna menutup teleponnya.
Hanna sedang mengirim pesan balasan kepada Scott saat Diana bertanya pada Hanna, “Kenapa kau harus minta ijin lebih dulu pada Ken? Scott adalah temanmu dan hubungan kalian lebih dekat dibandingkan dengan Ken. Aku rasa kalian bisa bertemu kapan saja.”
“Kau benar. Aku dan Scott memiliki hubungan yang lebih dekat, tapi apa yang akan dikatakan oleh orang lain yang melihatnya? Aku tidak tahu apakah semua orang memiliki pemikiran yang sama sepertimu yaitu menganggap hubungan kami sangat dekat,” jawab Hanna.
“Tapi siapa pun tahu kalau Scott adalah teman dan pengacara Ken. Dan kalian adalah memiliki pekerjaan yang sama.”
“Apa yang harus aku katakan pada Ken bila ada salah satu wanita yang marah karena Ken menikah denganku dan mengatakan secara berlebihan kepadanya? Pernikahan kami masih sangat baru Diana dan kami belum mengenal lebih dalam. Apakah Ken sudah mengetahui aku yang sebenarnya? Aku rasa tidak, karena aku saja belum mengenal Ken lebih banyak yang seharusnya diketahui.”
Wow…Diana seperti baru mengenal siapa Hanna. Secara akademis, Hanna memang lebih baik darinya walaupun usia Hanna lebih muda. Diana tidak mengira kalau pemikiran Hanna sebagai seorang wanita yang sudah bersuami sangat jauh dari perkiraannya. Diana merasa malu karena dia selalu menemui teman prianya tanpa harus mengatakan atau minta ijin terlebih dahulu pada suaminya.