delapan

1150 Kata

Aku melangkahkan kaki cepat, menyusul Pram yang sudah menaiki tangga ke kamar Ibu. Enak saja aku ditinggal sendiri. Memangnya dia tidak merindukanku? Langkahku terhenti, saat melihat pemandangan di depan. Pram sedang menggendong Raja yang merengek, sementara Ibu berdiri di depan mereka. Bukan itu yang membuatku terpaku sebenarnya, tetapi Pram yang menyedot ingus Raja langsung dari hidung bayiku, kemudian Pram memuntahkannya di kamar mandi. Ew, apa rasanya? Kulihat, Ibu juga mengernyit. "Ini mulai kapan Raja pileknya, Bu?" Pram kembali melakukannya. Aku membuang muka demi menghindari pemandangan itu. Ya Tuhan, itu menjijikkan sekali. "Kemarin baru mulai kayaknya. Udah nggak terlalu panas, kan, badannya?" Pram mengangguk. "Kenapa Ibu nggak bilang, kalau Raja sakit?" Halah. Seperti dia ak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN