Bab 4. Perceraian

1047 Kata
Alan segera menarik pergelangan tangan Ayunda sesaat sebelum wanita itu menjatuhkan diri ke sungai. Tubuh Ayunda seketika terjengkang ke arah belakang tepat mengenai tubuh Alan hingga keduanya terjatuh kemudian mendarat di atas trotoar. Beruntung sekali pria itu tidak terlambat, jika ia terlambat sedetik saja, mungkin Ayunda benar-benar kehilangan nyawanya. Alan mendekap erat tubuh Ayu seraya terisak. "Saya mohon jangan seperti ini, Ayunda," lemahnya dengan tubuh gemetar. "Lepaskan aku, Om Alan! Lepas!" teriak Ayunda berusaha untuk melepaskan diri. "Kenapa Om harus menyelamatkan aku? Biarkan saja aku mati, Om. Aku gak mau hidup!" "Kalau kamu mati, bagaimana dengan saya?" jawab Alan lingkaran tangannya kian kuat mendekap tubuh wanita itu. "Saya akan menjadi orang yang paling menyesal di sini, saya akan merasa sangat bersalah. Saya minta maaf karena saya udah ngerenggut kesucian kamu, Ayu. Saya menyesal." Ayu masih menggerakkan tubuhnya sedemikan rupa. "Lepaskan aku, Om. Aku mohon," rengeknya. Sementara itu, sang supir taksi segera keluar dari dalam mobil lalu menghampiri mereka berdua. "Astaga, kalian gak apa-apa?" tanyanya seraya membantu Ayu untuk berdiri. Mau tidak mau, Alan akhirnya melepaskan lingkaran tangannya kemudian turut membantu wanita itu agar dapat berdiri tegak. Namun, tubuh Alan tiba-tiba oleng dan hendak tumbang, kepalanya pun terasa amat pusing karena bagian belakang kepalanya sempat membentur kerasnya trotoar. "Anda baik-baik aja?" tanya sang supir seraya menopang kedua bahu Alan. "Saya baik-baik aja, Pak. Terima kasih," jawab Alan seraya mengusap bagian belakang kepalanya yang terasa nyeri lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Ayunda. "Saya antarkan kamu pulang sekarang, ya." "Nggak, aku gak mau pulang," jawab Ayu sinis seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Katanya Ibu kamu lagi sakit, Ayu. Kamu harus membawa beliau ke Rumah Sakit." "Gak usah peduliin Ibu aku, Om urus aja hidup Om sendiri." "Oke, saya akan bertanggung jawab. Saya akan nikahi kamu setelah saya cerai sama istri saya. Kamu gak perlu mengkhawatirkan apapun lagi, oke?" Ayunda diam seribu bahasa seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Buliran bening nampak deras membasahi kedua sisi wajahnya yang terlihat pucat pasi. Apa sekarang ia boleh merasa lega karena pria yang sudah merenggut kesucian bersedia bertanggung jawab? Entahlah, jiwa seorang Ayunda masih merasa tertekan setelah mengalami berbagai hal yang begitu menyakitkan. "Saya antarkan kamu pulang, ya?" Alan mengulangi pertanyaannya dan hanya dijawab dengan anggukan oleh wanita itu. *** Tiga Bulan Kemudian Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali sebagai pertanda bahwa gugatan cerai yang dilayangkan oleh wanita bernama Selvi Ananta telah dikabulkan. Seperti yang tertuang di dalam surat perjanjian, seluruh harta Alan Damian jatuh ke tangan mantan istrinya termasuk rumah dan kendaraan beroda empat yang selama ini digunakan oleh pria itu. Bukan hanya itu saja, Alan terpaksa merelakan kedudukannya sebagai Direktur salah satu perusahaan Snack terkenal di kota Jakarta. Alan Damian benar-benar jatuh miskin hanya dalam sekejap mata. Apa yang ia miliki dan ia bangun dengan keringat dan kerja kerasnya berpindah kepemilikan hanya dalam beberapa bulan saja. Baik Selvi maupun Alan hadir di ruangan sidang dengan ekspresi wajah yang berbeda, Alan terlihat murung karena kehidupannya benar-benar hancur, sementara Selvi nampak tersenyum lebar terlihat sangat senang. Keduanya berjalan keluar dari ruang sidang dengan perasaan yang juga berbeda. "Kamu puas sekarang? Tak sedikit pun yang kau sisakan buat saya, Selvi. Kau mengambil semuanya dari saya hanya karena kesalahan yang tak sengaja saya lakukan," cecar Alan menghentikan langkahnya, hal yang sama pun dilakukan oleh Selvi Ananta. Selvi memutar badan lalu menatap wajah pria yang baru saja ia ceraikan. "Kenapa kau jadi menyalahkan aku, Mas Alan? Suruh siapa kau berselingkuh?" "Saya udah bilang sama kamu, saya gak berselingkuh. Semua itu terjadi begitu saja tanpa di sengaja," tegas Alan penuh penekanan dengan nada suara yang sedikit ditahan. "Sepertinya ada yang menjebak saya, saya yakin itu. Saya curiga ada seseorang yang sengaja memasukkan obat perangsang ke dalam minuman saya." Selvi tersenyum menyeringai seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Aku gak peduli, mau berapa kali pun kau menjelaskan, di mataku kau tetap berselingkuh." Selvi hendak melangkah, tapi kedua kakinya kembali terhenti juga kembali menatap wajah mantan suaminya. "Saranku, lebih baik kau nikahi Ayunda, kasihan dia. Ayunda itu gadis polos, aku tau karena ibunya sering bercerita tentang dia. Sayang sekali gadis polos seperti dia harus menjadi korban nafsu bejad kamu, Mas." Ucapan terakhir Selvi sebelum wanita itu benar-benar meninggalkan Alan Damian. Kedua sisi bibirnya nampak mengembang lebar, tidak ada raut kesedihan yang terlihat dari sorot matanya. Tidak ada raut kecewa yang biasa diperlihatkan oleh wanita yang telah dikhianati oleh suaminya sendiri. Wanita itu terlihat begitu bahagia membuat Alan merasa tidak habis pikir. Apa mungkin istrinya sendiri yang telah menjebaknya? "Tidak, tak mungkin Selvi melakukan hal itu. Saya tau lebih dari siapapun betapa posesifnya dia, tapi kalau bukan dia, siapa yang menjebak saya?" batin Alan, ia yakin malam itu sengaja direncanakan dengan rapi oleh seseorang. *** Satu bulan kemudian. "Saya terima nikah dan kawinannya Ayunda binti Ahmad Dahlan dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai." "Sah?" "Saah!" Alan mengucap ijab kabul dengan nada suara lantang tanpa ada hambatan. Hanya dengan satu tarikan napas saja, wanita bernama Ayunda Prameswari telah sah menjadi istrinya. Alan menyandang status duda hanya dalam waktu satu bulan dan segera melaksanakan janjinya untuk menikahi wanita itu. Meskipun, Alan sama sekali tidak mencintai Ayu, hal tersebut ia lakukan atas dasar tanggung jawabnya karena telah merenggut kesucian wanita itu. Baginya, Ayunda tetaplah sumber masalahnya, gara-gara wanita itu pula ia kehilangan segalanya. Setelah ijab qobul selesai diadakan di Kantor Urusan Agama dengan dihadiri oleh orang terdekat saja, Alan dan istri barunya memilih untuk kembali ke rumah sederhana yang Alan beli dengan uang tabungan yang ia miliki tanpa sepengetahuan Selvi mantan istrinya. Namun, Alan hanya mengganti pakaiannya lalu hendak pergi. "Kamu mau ke mana, Om Alan?" tanya Ayu mengerutkan kening seraya duduk di tepi ranjang masih mengenakan kebaya berwarna putih. "Mau ke mana lagi, saya mau cari kerja," jawab Alan dingin seraya merapikan kemeja putih yang ia kenakan. "Kalau saya gak kerja, mau saya kasih makan apa kamu? Kamu pikir nikah itu enak apa?" "Tapi ini 'kan malam pertama kita, Om. Tak bisakah Om menemani aku di sini? Ada banyak yang ingin aku katakan sama Om," jawab Ayu menatap sayu wajah suaminya. "Malam pertama? Hahaha! Tak ada yang namanya malam pertama, Ayu," decak Alan seketika tertawa nyaring. "Dengarkan saya, Ayunda Prameswari. Saya terpaksa menikahi kamu, semua itu saya lakukan hanya sebagai bentuk pertanggung jawaban saya sama kamu. Saya tidak mencintai kamu, paham?" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN