Fernando akhirnya mengundang Diandra ke rumah sakit, seperti yang dijanjikannya tadi. Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam. Tak banyak bicara.
Sampai mereka sampai di rumah sakit. Fernando turun di Susul Diandra. Fernando menggandeng tangan Diandra karena dia susah berjalan dengan gaunnya.
Fernan lupa membeli baju ganti untuk Diandra. Pasti mereka terlihat aneh, karena rumah sakit memakai pakaian formal. Sambil mengenakan gaun.
Terlihat Diego sedang duduk di luar sembari memperhatikan ponselnya. Seperti sedang membaca.
"Kakak!" seru Diandra begitu melihat Diego. Diandra menghampiri, Diego dengan cepat, meninggalkan Fernando di belakang.
Diego tersenyum, dan melirik Fernando yang nampak kesal.
"Kau ke sini, maukah ketemu ayah atau kakak ku hah?" Tanya Fernan yang langsung menarik lengan Diandra, untuk masuk ke dalam kamar rawat Ayah.
"Ayah, menantu mu, tuh." Fernan menarik Diandra hingga tepat di hadapan mertuanya. Membuat Diandra gugup seketika.
Johanes tersenyum di sana walau dengan susah payah.
"Om, apa kabar?" Tanya Diandra berbasa basi.
"Dia itu mertua mu, Di. Masa panggil om?" Diego masuk ke dalam. Membuat Fernando semakin kesal.
"Eh iya, maaf papa."
"Ayah, Di," ralat Fernando. Diandra nyengir, dia salah lagi ternyata.
"Iya, Daddy apa kabar?"
Johanes tersenyum dan hendak meraih jemari Diandra. Diandra pun mendekat dan memegang jemari mertuanya.
"Daddy... se...senang... kau ada ...di...sini...."
Diandra terenyuh, ya Tuhan. Penolongnya benar-benar sakit. Terlihat begitu tua dibanding dulu terakhir bertemu. Tanpa terasa air mata Diandra jatuh.
"Om, saya sangat berterima kasih dengan kebaikan om selama ini. Diandra... Diandra gak tahu... kalau ok gak bantu, Di... apa yang akan terjadi pada hidup, Di.... mungkin... mungkin... Di, akan jadi gelandangan."
Diego memeluk bahu Diandra. Membuat Diandra sedikit tenang. Kesal karena istrinya di peluk seperti itu. Fernan menarik lengan Diego dan membawanya keluar.
"Apa sih maksud lo meluk Diandra kaya gitu, hah !" Bentak Fernan kesal. Diego tersenyum. Dia tahu adiknya cemburu. Biar tahu kamu Fer, sakitnya Diandra dulu seperti apa. Saat kamu melakukan hal yang sama padanya.
"Aku cuma rangkul aja kali, gak meluk," jawab Diego enteng.
"Bullshit... gue lihat dengan jelas, lo sengaja kan ngelakuin itu, hah !"
"Fer, santai. Kenapa sih kamu semarah ini, kamu cemburu sama kedekatan aku dan Diandra?"
Deg !
Cemburu?
Masa sih?
"Hm... kamu gak tahu ya, kalau orang marah karena melihat istrinya dekat dengan pria lain, artinya cemburu. Dan kamu sedang cemburu sekarang."
"Gak usah mengada-ada, gak ada itu cemburu."
"Masa, yakin?"
"Iya. Gue yakin. Karena gue kan gak cinta sama Diandra. Gimana mungkin gue cemburu."
"Terus kamu marah kenapa?"
Fernan bingung. Diego tersenyum.
"Yah... eh.... gak enak aja lah sama Daddy. Di, itu istri gue. Tapi malah lo yang peluk dia."
"Kalau gak cinta, gak usah ngeles begitulah. Atau emang lo cinta sama Diandra?"
"GUE GAK CINTA SAMA DIA, BAHKAN GAK SUKA. PUAS !"
"Puas, Fer... aku puas dengernya!"
Deg !
Diego dan Fernan menoleh ke belakang. Ternyata Diandra sedang melihat mereka.
Diandra tersenyum, walau matanya berkaca-kaca. Fernan terdiam. Merasa bersalah. Diego apa lagi, ini salahnya karena memancing adiknya untuk jujur.
"Di, maaf kakak gak maksud...."
"Bukan salah kakak, kok. Aku tahu diri kok kak, kakak bisa antar aku pulang?" Pinta Diandra. Yang langsung mendapat anggukan dari Diego.
Fernan mencegahnya.
"Gak bisa. Kamu kan dateng sama aku. Pulang sama aku lah."
"Maaf, Fernan. Aku ingin pulang dengan kakak. Bukan dengan orang yang tidak suka dengan istrinya."
Diandra langsung pergi dan diikuti Diego. Fernan meradang.
Siaaalaaann !
*********
Fernan masuk ke dalam kamar Diandra. Kamar yang kemarin dia tempati untuk tidur bersama istrinya. Baru kemarin mereka mesra. Tapi kini hubungan itu kembali merenggang.
Fernan duduk di ranjang, mengusap rambut Diandra yang sudah terlelap.
"Maaf kan aku, Di. Aku suka kok sama kamu, aku hanya kesal dengan, Diego. Jangan masukkan ke hati ya."
Fernan mengecup kening Diandra.
Dan hendak beranjak dari sana. Namun Diandra menahannya membuat Fernan mematung.
"Aku tahu, Fer. Kau memang tidak mencintaiku. Bahkan mungkin untuk selamanya." Fernan menoleh ke arah Diandra. "Lebih baik, kita sudahi saja pernikahan ini, Fer. Kalau kau menjadi terganggu dengan kehadiran diriku."
Fernan menatap Diandra tajam. Lalu menerjang Diandra dan melumat bibirnya.
"Lepaskan aku....hhmmm aahh."
Fernan terus mencium Diandra hingga nafas mereka tersengal-sengal. Barulah Fernan melepas ciumannya.
"Aku tidak tahu, apakah aku mencintaimu atau tidak. Tapi aku nyaman berada di sisimu. Aku nyaman bersamamu, aku..."
"Cukup, Fer. Aku tahu di hatimu masih ada Viola bukan. Maka sampai sekarang kamu tidak berani bercinta dengan ku. Sesuai dengan janjimu dulu. Aku tahu diri Fer."
"Di...." Fernan tak mampu berucap. Karena memang benar, di hatinya masih ada Viola.
"Ceraikan aku, Fer."
Fernan kembali meradang. Dia benci kata itu.
"Tolong, Di. Jangan pernah mengatakan hal itu lagi. Kalau kau tidak mau aku marah padamu."
"Lalu aku harus apa, Fer, aku harus apa di rumah ini. Aku menantu, tapi aku tidak bisa memberikan kebahagiaan di rumah ini. Jadi untuk apa?"
"Untukku."
"Apa yang untukmu, hah?"
"Aku bahagia bila ada kau di sisi ku, Di. Aku tidak mau kau pergi. Aku tidak suka jauh dari mu, Di."
"Apa kau mencintaiku?"
Fernan diam
"Apa kau menyukaiku?"
"Iya."
"Apa kau tidak akan menyakitiku?"
Fernan menggeleng
"Janji?"
Kembali Fernan diam. Diandra tersenyum kecut.
"Aku tidak akan pergi kemana pun, dan aku tidak akan meminta cerai lagi. Asalkan...."
"Apa?"
"Jangan marah bila aku dekat dengan kakak."
Wajah Fernan mengeras.
"Tidak marah?"
"Aku tidak tahu..."
"Kenapa tidak tahu, aku tidak suka saat kau marah aku dekat dengan kakak. Karena aku nyaman bersama kakak. Kalau kau tidak mencintaiku. Maka kau dilarang mengganggu aku dan kakak."
Fernan meradang. Kenapa Diandra jadi seperti ini sih. Menyebalkan sekali.
"Terserah kau lah, tapi kalau kalian sampai berpelukan, aku berhak marah."
"Kenapa?"
"Karena kau istriku."
"Oke. Setuju."
Mereka saling berjabat tangan.
"Aku tidur di sini."
"Terserah kau."
Diandra langsung tidur. Disusul Fernan yang memeluknya.