Bab 1
Fernando sedang duduk di ruang duduk. Ia menatap laptopnya dengan serius. Kemudian mulai tulis di sana.
Selesai dengan laptopnya ia beralih pada berkasnya di lalu dan ia mulai memeriksanya satu persatu setelah sekiranya dan tidak ada masalah barulah ia menandatangani tangani.
Fernando benar-benar terlihat sangat serius dan fokus sekali jika sedang bekerja. Sampai ia tak sadar memilih ada seorang gadis cantik tengah memperhatikan dirinya.
"Ehem!"
Gadis itu berusaha berdehem agar Fernando berpaling mencoba. Dan gadis itu benar, Fernan menoleh kemudian terpaku. Karena sang gadis tengah tersenyum di sana.
"Biola?" Fernando menggumamkan namanya. Viola tersenyum dan menghampiri Fernan.
"Lama tak jumpa, sayang," ucap Viola. Gadis cantik nan seksi. Cinta Fernando.
Fernan yang memegangnya berdiri dan memeluk gadisnya. Ia ciumi seluruh wajah Viola membuat Viola tertawa geli.
"Kamu masih saja?" katakan Viola manja.
"Aku sangat merindukanmu, sayang," desah Fernan. Dan kembali mencium bibir, hidung, mata, kening, semua pembunuhan.
Viola menjauh dari Fernan. Membuat Fernan.
"Jaga sikapmu, tuan Fernan, ini di kantor."
"Memang kenapa, hah? Siapa yang berani melarangku di sini?" ucap Fernan yang sudah menarik kembali tubuh Viola dalam dekapannya.
Viola tersenyum senang, karena dia sendiri sangat merindukan kekasihnya ini. Sudah satu tahun mereka LDR. Karena Viola harus kuliah di luar negeri. Sementara Fernan harus mengurus bisnisnya di Indonesia.
"Oh, ya, Fer, aku dengar papa mu masuk rumah sakit?" Tanya Viola. Fernan mengangguk di curug leher Viola. Masih saja dia betah di sana. Menciumi dan menjilat leher Viola.
"Eehm ... sayang ...."
"Apa?"
"Jangan begini, jangan enak kan ini di kantor."
Fernan pun melepaskan ciumannya dan kembali fokus menatap kekasihnya.
"Papa sakit apa?" Tanya Viola
"Jantung."
"Dan kau masih bisa setenang ini?"
"Memang aku harus apa?"
Viola menarik nafas, Fernan ini masih saja sama seperti dulu. Cuek dan dingin.
Viola menarik lengan Fernando dan mengajaknya keluar dengan paksa
"Mau ke mana, Vi?" tanya
"Ke rumah sakit."
"Jangan, Vi, kamu tau kan keluarga ku tak suka dengan mu?"
Viola menghentikan langkahnya. Wajahnya mulai muram di sana. Fernan paling tidak suka melihat ini.
Fernan merengkuh wajah gadisnya mengecup bibirnya lembut. Kemudian menatapnya.
"Aku tak peduli tentang orang tua ku. Yang jelas aku hanya menginginkanmu."
Viola tampak menangis di sana. Rasanya pedih bila harus mengingat kejadian dulu. Di mana dia selalu berhasil dijauhkan oleh orang tua Fernan.
Mereka tak suka dengan Viola yang anak dari musuh keluarga Harrison. Keluarga Harrison dan keluarga Hunter memang sejak dulu bermusuhan.
Persaingan bisnis yang menggila, membuat mereka tak pernah bisa berdamai. Saling menjatuhkan dan saling bersaing dengan tidak sehat.
Hingga kini tuan Johanes Horrison. Ayah dari Fernando Horrison tak pernah merestui hubungan anak dengan Viola Hunter. Anak dari musuhnya yang bernama Been Hunter.
Viola kembali tersenyum dan menggenggam jemari Fernan.
"Aku tidak apa-apa," ucap Viola
"Sungguh?"
"Ya."
Fernan memeluk Viola, merasakan kehangatan menyanyikan gadis yang ia cintai.
Dering ponsel rusak lingkungan hangat di sana.
"Halo?" jawab Fernan. Viola yang berusaha melepaskan pelukan Fernan dipindahkan oleh Fernan.
"Jangan bergerak," bisik Fernan. Viola diam.
"Ya. Kenapa?" Tanya Fernan melanjutkan. Detik berikutnya Fernan tersentak dan walau raut melakukan ta bisa ditebak Viola bisa melihat ada penanganan di sana.
"Oke. Aku ke sana sekarang."
Klik. Sambungan terputus. Fernan langsung mengecup bibir Viola.
"Ada apa?" Tanya Viola.
"Aku harus pergi sayang."
"Ke mana?"
"Rumah sakit."
"Ada apa dengan ayahmu?"
Fernan tidak menjelaskan pada viola dia memilih membereskan tasnya dan meminta pergi begitu saja. Namun dicegah oleh Viola.
"Minggir, Vi."
"Tapi jelaskan dulu ada apa?"
"Ayah ku sekarat!"
Viola langsung mendekap mulutnya sementara Fernan langsung pergi meninggalkan Viola.
Tanpa sepengetahuan Fernan, Viola ikuti Fernan. Dia juga ingin tahu keadaan Tuan Horrison. Walau dia membenci Viola tapi tak membuat Viola benci mendapatkannya.
**********
Fernan langsung membuka ruang rawat di mana sang ayah diterjemahkan. Di sana sudah ada Gina. Ibu dari Fernando.
" Bu ?" sapa Fernan. Gina langsung senang melihat mau hadir di sini. Gina langsung memeluk Fernan dan terisak.
Fernan berusaha menantang sang mama.
"Kenapa dengan, Ayah ?" Tanyanya
" Ayah ... dia ... jantungnya semakin menurun, Fernan." Gina kembali terisak di sana.
Fernan melihat Johanes yang terbaring lemah di ranjang. Ada rasa iba juga di hati Fernan. Bagaimana pun dia disetujui. Masih ada cinta untuk sang ayah.
Tak lama setelah Fernando menatapnya. Gina girang bukan main.
"Sayang ... kamu sadar ... sayang ini aku."
"Fer .... Fernan ... Lakukan ...." gumam Johanes. Gina langsung menarik lengan kanan untuk mendekat ke arah sang ayah.
"Dia di sini sayang. Ini putra kita."
Johanes berusaha meraba Fernan pun memberikan jemarinya dan langsung dienggam erat oleh Johanes.
"Fernando ... anakku ... ayah punya satu permintaan terakhir untukmu."
"Jangan bilang terakhir sayang ... aku tak sanggup tanpamu." Gina lagi terisak lagi.
"Apa?" Tanya Fernan.
“Menikahlah dengan calon pilihan Ayah. ”
Seketika Fernan menghempas jemari tua Johanes. Membuat Gina terpekik kaget.
"Fernando!" Bentak Gina.
"Apa, Mom? Mom mau membuka Daddy lagi. Silakan. Aku tak peduli."
"Fernando. Lihat mommy . Lihat mommy mu yang sudah tua ini."
Fernan menghela nafas. Dia paling tidak pernah melihat mommynya kalau sudah suka ini.
" Mommy mohon Fernan. Penuhilah permintaan, ayah . "
"Jangan gila, ibu . Kenapa harus aku, kenapa bukan Diego!"
"Karena Diego bukan anak kandung, Ayah, " jawab Ayah . Membuat Fernan tersentak kaget.
Diego masuk ke kamar. Membuat Fernan tersentak kaget.
"Santai, aku sudah tau dari awal, Fer," jelas Diego.
"Jadi itu alasannya, Kenapa Ayah memilih aku menjadi Ceo menyetujui Diego?"
Mereka semua mengangguk.
"Tugas ku adalah membimbingmu, Fer."
"Jadi menikahlah dengan gadis pilihan Ayah . Ayah, mohon."
"Aku sudah punya kekasih, Ayah. "
"Gadis memilih Ayah lebih baik. Aku sudah menemuinya," jelas Diego
Fernando adalah adik dari Diego dan dia selalu mempercayai Diego. Karena Diego pulalah dia bisa mencapai kesuksesan saat ini. Dia bisa membantah ucapan Sang ayah. Tapi tidak dengan Diego.
"Percayalah, Fernando."
Fernan diam. Bagaimana dia bisa memutuskan hal ini. Sementara Viola kekasihnya ada di sini. Dia sudah kembali ke sisinya lagi.
"Beri aku waktu."
"Sudah tak ada waktu, Fer. Ayah sudah tak sanggup menunggu terlalu lama," ujar Diego.
Fernando bimbang. Dia menatap sang kakak Diego.
"Percayalah, Fer."
Fernando yang melihat kesungguhan sang kakak. Akhirnya luluh dan dia mengangguk di sana.
Mereka semua tersenyum bahagia. Tapi tidak dengan Fernando. Dia pantas perjodohan ini menyiksanya.
Apa yang akan dia katakan pada Viola. Apakah dia akan memutuskan untuk memutuskan. Tapi tidak, Fernando tidak bisa memutuskan memutuskan dengan Viola.
Fernando terlalu mencintai Viola. Dia takkan pernah melepaskan Viola apa pun yang terjadi
**********
Viola yang tanpa sengaja mendengar percakapan keluarga Fernan langsung merasa sakit hati. Rasanya bahagia hancur berkeping-keping. Dia tak bisa menerima ini semua.
Selama ini dia sudah bertahan bahkan LDR pun ia lakukan. Untuk disetujui oleh Fernando. Tapi, apa balasan dari cintanya. Dia bahkan harus rela di tinggal oleh Fernando demi menikahi wanita lain. Yang bahkan Fernando sendiri tidak mengakuinya.
Kenapa harus wanita lain, Padahal Viola ada di sini. Mengapa mereka begitu membenci Viola. Apa salah Viola?
Ayahnya yang salah kenapa imbasnya kena Vio. Viola benci dengan perburuan sendiri. Dan juga benci dengan keluarga Horrison. Benci dengan Fernando yang tidak bisa berkutik dengan perintah sang ayah.
Kenapa harus Viola yang berjuang selama ini. Padahal dia adalah seorang perempuan. Harusnya Fernan lah yang memperjuangkannya bukan sebaliknya.
"Viola!"
Viola menoleh. Fernando . Gumamnya. Viola langsung lari dari Fernando. Untuk apa pun yang bertemu. Tidak ada gunanya.
Fernan yang melihat Viola langsung lari mengejar kekasihnya. Fernan takut Viola mendengar pembicaraanya dengan pertunangan. Bisa gawat nanti.
"Vio, tunggu, sayang !!"
Lengan Vio diganti oleh Fernan. Viola menangis di sana. Tak mau melihat wajah Fernan.
"Vio, kamu kenapa lari dari aku?"
Viola menatap tak percaya pada Fernando. Lalu dia akan pergi tetapi sebaliknya dia yang bertanya mengapa dia lari?
"Kau akan menikah kan. Jadi untuk apa lagi aku di sini. Tidak ada gunannya juga!" bentak Viola membuat Fernando tersentak kaget.
"Jadi kamu ...."
"Ya, aku dengar semuanya. SEMUANYA, FERNANDO!" Teriak Viola.
Fernando memeluk Viola. Berusaha menenangkan gadisnya.
"Sayang, tenang dulu aku bisa jelaskan."
"Apa lagi yang harus diputar?
Semuanya sudah jelas. Sangat jelas sebaliknya!"
"Tidak, Vio ... ini tidak seperti yang kamu sukai sayang."
"Lalu, seperti apa? Hah!"
"Dengar. Aku tidak mengenal perempuan itu siapa. Aku bahkan belum pernah bertemu. Kalau pun aku sudah menikah, itu semua-hanya demi mata orang tuaku dan kakak ku. Hanya itu tidak lebih. Hatiku hanya untukmu, Viola."
"Fer ... apa selamanya aku akan menjadi selingkuhan muambil hah?"
Fernando menggeleng cepat. Menggenggam jemari Viola. Mengecupnya.
"Dengar, aku akan bikin surat kontrak. Dia menjadi istriku tapi aku takkan pernah menyentuhnya. Cintaku hanya untukmu sayang. Aku mengerti 1 atau 2 tahun aku akan cerai."
"Selama itu?"
"Kalau terlalu cepat nanti keluargaku curiga. Kondisi Ayah sedang buruk."
Viola diam. Dia mempertimbangkan ucapan Fernando.
"Kau janji tidak akan pernah menyentuhnya?"
"Aku menjanjikan sayang. Hanya kau cintaku. Kau wanitaku. Dan hanya kau yang bisa memuaskanku. Bukan wanita lain."
Viola tersenyum. Dia tersentuh dengan ucapan Fernando. Viola tahu Fernando memang bukan p****************g. Selama ini dia hanya cinta pada Viola. Dan Viola percaya itu.
Biarlah dia kembali mengalah untuk saat ini. Tapi nanti kapan tiba tiba. Fernando hanya miliknya seorang. Viola memeluk Fernando dan Fernan membalasnya.
" Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu, Viola."