Pagi-pagi sekali, Diandra bangun dan langsung meninggalkan, Fernan yang masih terlelap di ranjang dengan bertelanjang d**a.
Masuk ke dalam kamar mandi. Mengguyur meminjamkan setelah polos dari pakaian apa pun. Dia membahasahi rambutnya dan memejamkan mata.
Menikmati setiap guyuran air yang ia rasakan. Sesekali ia meremas payudaranya sendiri, menikmati kenyamanan yang timbul akibat.
Fernan pernah meremas ini, rasanya lebih nikmat dari pada meremas sendiri. Diandra menangis, ingin sekali ia merasa enak layaknya suami istri.
Egois kah, Diandra jika ia meminta bercinta dengan memenangkannya sendiri. Tapi, Diandra sadar mengingat belum mencintainya. Atau malah tidak akan pernah?
Diandra jongkok ditutup dengan kedua telapak tangan. Menahan tangis di Resolusi.
Tubuhnya menggebu, menantang b*******h. Tapi dia tak bisa melampiaskannya pada siapa pun. Rasanya menyesakkan, rasannya sakit.
*********
Fernando bangun, dia duduk dengan mata mengantuk. Bersandar ia di kepala ranjang.
Tangak tengok, mencari Diandra.
"Ke mana, dia?" Gumam Fernan. Fernan beranjak dari kasur, dan berjalan ke arah kamar mandi, dia ingin pipis.
Dengan mata setengah melek, dia masuk kamar mandi. Dan langsung menuju closet. Membuka celananya dan membuka juniornya keluar dan menuntaskan, hasratnya.
"Aah ... legaa."
"Fernan!"
Deg!
Mata Fernan langsung terbuka sepenuhnya. Tersadar penuh. Dia menoleh kesumber, suara yang mengundangnya.
"Loh, Diandra. Ngapain di sini?" Tanya Fernando, yang kini menghadap tengah ke arah Diandra.
Membuat Diandra, menutup matanya.
"Kenapa?" Tanya Fernan. Diandra menunjuk, junior Fernan yang ternyata masih berdiri tegak, dan bahkan semakin tegak.
Fernan, terkekeh membuat Diandra kesal.
"Tutup, malah ketawa."
"Percuma aku tutup, kalau kamu sendiri telanjang bulat."
Hah... dengan cepat, Diandra meraih handuk untuk menutupi tubuhnya, tapi sialnya, handuk yang berada di dekatnya adalah handuk, muka. Jadi tak cukup untuk menutupi semua tubuhnya. Hanya dadanya saja.
"Aku kan suamimu, kenapa kamu harus malu?" Fernan mendekat, membuat Diandra, berusaha menelan salivanya. Di tambah melihat, Junior Fernan yang besar, panjang, keras dan sangat menggoda.
Ditambah dengan bentuk tubuh, Fernan. Atletis dan berotot, sempurna.
Fernan menarik lengan Diandra, agar bangun menghadapnya. Diandra, membuang wajahnya. Jantung, Fernan berdetak semakin kencang. Kala melihat keselurahan tubuh, Diandra.
Astaga... istrinya benar-benar so hot !
Fernan berusaha menelan salivanya. Memperhatikan dari ujung kaki hingga kepala.
Istrinya tak ada cacat sedikit pun, sempurna.
Ini kah, istri yang aku sia-siakan?
Inikah, istri yang dulu sempat aku benci?
"Ya, Tuhan.. tubuh mu, Di..." tanpa sadar, Fernan mengagumi tubuh, Diandra. Membuat Diandra malu.
Sialan... junior Fernan semakin keras, minta pelepasan. Bagaimana ini.
"Di... " Desah Fernan, bukan lagi panggilan, lebih ke desahan. Membuat, diandra bingung.
Fernan menarik lengan Diandra, dan mengarahkan jemarinya, ke arah Juniornya. Diandra tersentak. Ingin ia lepas, tapi di tahan oleh, Fernan.
"Plis, jangan.. aku butuh pelepasan, aku sangat butuh pelepasan sayang. Sini, aku ajari. Urut seperti ini ya." Fernan menekan jemari, Diandra. Dan membuatnya mengurut juniornya.
"Oh.. aah... yah... seperti itu sayang.."
Diandra mupeng. Tapi coba ia tahan
"Di."
Diandra menatap Fernan, dan langsung disambar bibirnya oleh Fernan. Diandra tersentak, tubuhnya tak bergerak, karena Fernan sudah menekan tubuh, Diandra di dinding kamar mandi.
"Fer...hhmmm... aacchh...."
Ciuman Fernan benar-benar, panas. Membuat Diandra lupa diri. Jemari Diandra sudah lupa tugasnya. Dia memilih memeluk, leher Fernan. Menekan kepalanya.
"Aah... ehhhm..." suara desahan dan decitan terdengar. Jari-jari Fernan meremas d**a Diandra. Membuat Diandra semakin b*******h dan melupakan dunia yang sedang ia pijak.
Ciuman Fernan berpindah ke arah leher, ia hisap di sana hingga meninggalkan tanda merah.
Fernan menatap manik mata Diandra. Dan menghisap dadanya.
Aahhnn... gelenyar panas semakin terasa di bawah sana.
Diandra, menekan kepala Fernan.. merasakan hisapan dan gigitan kecil yang diberikan oleh Fernan.
Nikmat sekali....
Fernan mengangkat satu kaki Diandra, Diandra bahkan bisa merasakan junior Fernan yang sudah menggesek miliknya.
Aahh... nikmat sekali... Diandra sangat menginginkannya...
Fernando, berhenti. Saat kepala juniornya hampir menusuk v****a Diandra.
Membuat Diandra meradang.
Tapi Fernan tak langsung berhenti seperti biasanya. Dia jongkok, dan menatap v****a Diandra.
"Mau apa...aakkhh... jangan... aahh.. aah... apa yang kamu lakukan... aahh berhenti... geli... aahh aahh..."
Fernan terus menjilat, k******s Diandra, sudah benar-benar bengkak.
Kau menahannya sayang. Sama sepertiku.... gumam Fernan. Yang terus semakin bringas, menghisap, menjilat, dan menggigit k******s Diandra.
Membuat Diandra menjerit, nikmat.
"Aah... sudah... ahh... aku mau pipis... aahh Fer....mmmm.... aaahhhh..."
Fernan tak memperdulikan Diandra sama sekali. Terus saja menghisap dan menjilatnya.
"Aahh aku pipiiisss...." teriak Diandra saat o*****e. Fernan menjilat semuanya hingga bersih. Tubuh Diandra merosot ke bawah. Dia lemas
"Enak?" Tanya Fernan. Diandra diam, dia terlalu lemas.
"Sayang.... apa kau masih punya tenaga?" Diandra menoleh.
"Kenapa?" Tanyanya
"Juniorku, juga butuh pelepasan, aku bosan mengrut pakai tanganku."
"Lalu?"
"Pakai mulutmu ya, sayang"
Diandra tersentak. Pakai mulut?
Diandra mengangguk, dia juga ingin bisa merasakan junior Fernan. Tak apalah walau hanya lewat mulut.
Fernan mendekatkan juniornya ke bibir Diandra. Dia mulai menjilat dan menghisap juniornya.
Fernando menengadah ke atas, menikmati hisapan dan jilatan Diandra.
"Kau pintar sekali, sayang, aahh... ya terus begitu... oohh...enak sekali...."
Fernan terus meracau, Diandra tersenyum dan menikmati junior Fernan.
Diandra memaju mundurkan junior itu ke dalam mulutnya. Membuat Fernan.
"Aahh ... terus begitu ... aahh aku mau ... ke ... keluaar ... oohhh ...."
Terus diandra memaju mundurkan bibirnya. Semakin semangat saat, Fernando mendesah.
"Aahhh ... Di ... arrgggg ... aku keluaarr ...."
Hah ... hah ... hah ...
Fernan ikut ambruk di depan Diandra. Lemnya terlihat juniornya. Sementara wajah Diandra. Belepotan s****a.
"Aku cinta mulutmu ... oohhh ...."
Diandra tersenyum di sana. Bahagia karena bisa membuat kepuasan. Walau belum bisa bercinta. Tak apalah seperti ini.
Ini sudah sangat cukup disetujui.