Bab 17

1009 Kata
Gina memberi kabar, keluarga jauh mereka mengundang pesta di tempat. Fernan, Diandra dan Diego pun hanya mengangguk memuji undangan itu. Malam ini mereka harus siap-siap, seperti biasa, Diandra akan di culik oleh Gina dan di make over. Dia mau menantunya menjadi yang tercantik di acara pesta Diego memperhatikan Diandra yang sibuk bercermin mengamati penampilan anggunnya. Diego tersenyum dan dia adalah milik Diego pastilah sudah ia peluk kemudian ia puji. Cantik. Diego masuk dan menatap Diandra dari cermin, Diandra tersentak kemudian tersenyum. "Kau sudah siap?" Tanya Diego sembari setuju pinggang Diandra. Dan melihat diri mereka di cermin besar. Diandra tersenyum "Kau sangat tampan, kak," puji Diandra.  Diego tersenyum dan tanpa sadar memeluk Diandra. Tersentak diandra, tapi dia berusaha tenang. "Kau cantik sekali, Di." Diego melirik Diandra dan menghirup wangi rambutnya. Diandra tersanjung, memerah sambil memandangi Diego di sana. Menyentuh wajah nya. Membuat jantung Diego berdegub kencang. Ingin sekali Diego mengecup bibir Diandra, tapi ia tahan sekuat tenaga. "Diego, apa yang kamu lakukan di sini?" Fernan masuk dan langsung menarik masuk untuk menjauh dari Diego. "Apa yang aku lakukan, aku hanya menyapa adik iparku, apa aku salah?" Jawab Diego yang langsung keluar dari kamar Diandra. Fernando menatap Diandra tajam. Diandra menunduk takut, dia tahu kalau dia salah, karena begitu dekat dengan Diego, Fernan telah bersikap baik dengannya. Artinya dia harus bersikap layaknya seorang istri, yang harus memberi jarak pada pria lain. Tapi apakah Diego adalah pria lain? Dia kakak iparnya kan. "Aku tidak suka kalau kau terlalu dekat dengan kakakku!" "Maaf, tapi kan selama ini yang selalu membantu aku, Kakak ipar." wajah Fernan mengeras. Kesal. Dicengkramnya bahu Diandra. Hingga Diandra meringis sakit. "Dengar, aku tidak suka bila wanitaku dekat dengan pria lain. Walau itu kakak ku sendiri. Paham !" Diandra mengangguk, takut sekali dia dengan Fernando. "Bagus, kalau kau sudah selesai, cepat turun. Semua sudah menunggu." Fernan langsung pergi meninggalkan Diandra. Diandra terduduk di ranjang. Tubuhnya gemetar, air matanya hampir menetes. Kenapa suaminya jadi dingin lagi. Diandra menarik nafas, mencoba menenangkan dirinya dan turun ke bawah. ******** Diandra menuruni tangga membuat semua yang berada di bawah tersenyum takjub dengan keanggunan Diandra.  Diego hendak menghampiri Diandra, namun Fernan maju terlebih dulu. Membuat Diego menghentikan langkahnya. Ada apa sih dengan dirinya, kenapa dia selalu lupa diri dengan Diandra. Dia adalah adik iparnya. Sadar itu Diego ! Fernan menggandeng Diandra dan membawanya memasuki mobil. Fernando membawa mobil sendiri, tidak ikut limousin yang membawa Gina dan yang lainnya. Diego menggeram, rasanya dia tak rela kalau Diandra berdua dengan Fernando. Lupakan Diego... lupakaannn ! Mereka sampai di kediaman, James Horrison. James adalah adik dari Johanes Horrison, mereka memang terkenal dengan keharmonisannya. Sama-sama sukses dan dihormati. Keluarga James Horrison menyambut kedatangan Gina dan yang lainnya. "Apa kabar, kakak ipar?" sapa James. Gina tersenyum. James memperhatikan satu persatu dan tersenyum di sana "Fernando dan Diego. Ponakan tampan ku." mereka berpelukan. Diandra merasa minder, terlebih saat melihat istri dan anak dari James. Mereka menatap Diandra dengan pandangan merendahkan. Senyum sinis diperlihatkan. "Wah... ini istrimu itu kan, Fer." Jeni bertanya, tapi lebih seperti menghina. Fernan mengangguk dan memandang Diandra. Menggamit tangannya dalam genggamannya. Jessi melirik tajam ke arah tangan Fernan dan Diandra. Jessi menerobos dan langsung memeluk lengan Fernan, membuat jemari Fernan terlepas dari jari Diandra. Diandra nampak mundur karena terdorong, Diego menahan tubuh Diandra di sana. Diego tahu betul dengan sifat istri dan anak dari James Horrison. "Ayo kita masuk ke dalam, kakak." Jessi menarik lengan Fernando untuk masuk ke dalam. Yang lain pun ikut masuk. Diandra bersama dengan Diego sepanjang acara pesta, karena Fernando selalu di pepet oleh ponakannya Jessi. Sesekali Fernan melirik ke arah Diandra yang asik bercanda gurau dengan diego. Membuat Fernan kesal setengah mati. "Jess, apa kakak tampan mu, ini boleh pergi ke toilet?" Tanya Fernan halus, Jessi tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Jessi cantik." "Sama-sama kakak tampan, cepat kembali ya. Sebentar lagi aku tiup lilin." Fernan tersenyum dan jarinya dibuat tanda ok. Lalu buru-buru pergi ke arah Diandra. Yang ternyata sudah tak ada. Ke mana mereka? Fernando melihat sekeliling, hanya terlihat Gina yan sibuk berbincang dengan orang hebat. Dan James.yang menemaninya. Sementara Jeni, mulai sibuk dengan minuman wine di tangannya. Fernan memilih keluar, dan bersandar di dinding  Dia bingung, sebenarnya ke mana perginya Diandra dan Diego. Fernan mengeluarkan ponselnya dan mengetik nama Diego. Tapi kemudian ia urungkan niatnya untuk menelpon. Biarlah, nanti juga ketemu. Tak lama terdengar suara canda tawa di balik tembok. Fernan mencoba mendengarkan lebih jelas. Suara itu seperti suara Diandra. Apakah itu benar Diandra? Fernan mencoba mendekat, dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dan terus berjalan ke arah tembok. Di mana terdengar suara orang tertawa. Fernan terus mendekat perlahan, hingga terlihat seseorang sedang berciuman di sana. Sial bagi Fernan, karena dia tak bisa melihat dengan jelas siapa kedua orang itu. Ia sangat berharap bukan Diego dan Diandra. Kalau sampai itu mereka, Fernan takkan sungkan untuk memukul Diego dan membenci Diandra. Fernando menegur kedua orang yang sedang berciuman, membuat kedua orang itu kaget. "Jangan ciuman di sini dong. Banyak jomblo!" tegur Fernan dan langsung pergi. Lega Fernan karena ternyata bukan Diandra dan Diego. "Fer." Fernan langsung menoleh dengan cepat. Tersenyum dia, karena ternyata Diandra. "Kamu sedang apa di sini?" Tanya Fernando. "Harus aku yang tanya, kamu ngapain di sini, dan ganggu orang?" Fernan malu. Ketahuan ternyata dia. "Aku... cari angin aja, bosen di dalam. Kamu?" "Habis anter, kakak, dia mau ke rumah sakit. Aku mau ikut tadinya tapi dilarang." Diandra nampak sedih. "Kamu mau ke rumah sakit?" Diandra menatap Fernando dan mengangguk cepat. "Cium dulu." Diandra kaget. Cium. Fernan minta cium ? "Kenapa? Gak mau?" Diandra menggeleng. Fernan tersenyum. "Nih cium, buruan." Fernan memajukan bibirnya. Dengan malu Diandra mengecup bibir itu. Dan biarkan lari karena malu. Namun tetap oleh Fernando langsung ia lumat bibirnya. Ia pagut dan terus ia gigit. Jemarinya meremas d**a Diandra. "Permisi mas, jangan ciuman di sini. Banyak orang jomblo." Mereka tersentak. Diandra langsung mendorong tubuh Fernan. Dan lari ke dalam. Malu dia. Sementara Fernan mencak-mencak terhadap orang yang menegurnya. Ternyata dia adalah orang yang sama dengan orang yang ia tegur tadi. Hadits -_-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN