Fernando menarik lengan Diandra, hingga Diandra jatuh di ranjang. Fernando membuka kemejanya dengan cepat dan menindih tubuh Diandra.
Diandra melotot, melihat Fernando yang bertelanjang d**a. Diandra berfikir mungkinkah akhirnya mereka akan bercinta?
Fernando menatap mata Diandra. Jemarinya berusaha membuka kaos miliknya. Diandra memejamkan mata, dia malu, takut, tapi juga penasaran.
Tak bisa dipungkiri, dia pun ingin bercinta seperti pasangan lain ingin merasakan penyatuan cinta. Walau banyak yang bilang sakit, tapi Diandra tidak akan peduli.
Kini Diandra telah bertelanjang d**a, payudaranya terekspos sempurna. Terlihat kilat gairah di mata Fernan, bibir bawahnya ia gigit kencang. Raut mengancam mengeras.
Kenapa kau se seksi ini, Di, aku tak akan sanggup memegangnya. Batin Fernando.
Fernan berkali-kali lipat salivanya. Berusaha sekuat tenaga, agar tak mengeras di bawah sana. Sialaan! Dia hanya melihat, belum merasakan. Tapi dia sudah sangat keras di sana.
Bisa-bisa, Fernan menjebol gawang Diandra. Apakah benar sudah benar-benar melupakan Viola. Fernan tak mau terlukai Diandra.
Fernan bangun dan dapatkan pergi. Namun di tahan oleh Diandra.
"Aku mohon, jangan pergi, Fer." Fernan tertunduk. Merasa sangat bersalah dengan Diandra. Dia terlalu terburu-buru, sampai tak sadar akan membuat Diandra semakin sedih.
"Fer ...." Diandra memeluk punggung Fernando. Kulit punggung Fernan, bisa merasakan p******a Diandra. Ah sudahlah masa bodo!
Fernan membalik dan langsung melumat bibir Diandra.

Menggigitnya gemas. Diandra mengerang saat jemari Fernan meremas dadanya. Diandra merasakan gelenyar panas di sana. Dan celana dalamnya nampak lembab.
Diandra benar-benar, menikmati permainan Fernan. Diandra melayang ke awang-awang. Saat jemari nakal Fernan, mengusap gundukan vaginanya.
Sementara bibirnya terus dilumat dan di gigiti oleh Fernan. Ciuman Fernan turun ke dagu, lalu ke leher terus ke pundak. Dan sampai di bagian dadanya. Menatap dan mengaguminya sejenak. Dengan ragu dia mengecup puncak p******a Diandra.
Mengecupnya berkali-kali dan akhirnya ia hisap pelan. Membuat Diandra mengerang nikmat. Menekan dan meremas kepala Fernan. Rasanya sangat nikmat, tapi juga geli.
"Fer... aahh...."
"Nikmati sayang." Fernan terus bermain-main di putingnya. Hingga p****g Diandra mengeras di sana. Dihisapnya dengan kuat.
"Aahkkhh... Fernan...ah ah...."
"Kenapa?" Tanya Fernan nakal, Diandra hanya diam sembari menggigit bibir bawahnya.
Ciuman Fernan kembali berpindah, dari d**a keperut. Membuat Diandra geli. Dan berusaha menjauhkan kepala Fernan dari sana.
"Aah... geli, Fer... jangan... ahh...."
"Sst... diamlah...." Fernan terus melanjutkan, jemari Fernan berusaha membuka celana Diandra. Dan menghempaskannya asal.
Kini Diandra benar-benar telanjang sepenuhnya. Diandra mencoba menutup vaginanya. Malu.
"Jangan sayang, aku ingin melihatnya," pinta Fernan. Dia membuka kedua kaki Diandra perlahan.
Dan terbukalah dengan jelas v****a Diandra. Dengan bulu-bulu halus di sekitarnya. Diandra malu sekali. Wajah Fernan ia tundukkan dan mencium v****a Diandra.
"Ah... Fer... kamu ngapain... jangan disitu... ahh... Fer.... eehhmmm."
Fernan sudah menciumi vaginanya dan bahkan menjilatnya di sana. Membuat tubuh Diandra melengkung menahan geli dan nikmat.
"Fer... udah... aahhh... aku geli... Fer...."
Diandra tak berhenti menyerocos. Dan tangannya berusaha menjauhkan kepala Fernan dari sana.
Fernan menghentikan aktifitasnya dan menatap Diandra. Dan dengan cepat melepas celananya sendiri.
Diandra kaget setengah mati, karena melihat p***s Fernan yang besar, keras dan berurat. Nampak gagah dan juga menakutkan.
Fernan kembali membuka kaki Diandra. Dan ingin memasukkan kepala penisnya. Tapi dia ragu. Hatinya merasa belum siap. Fernan melirik Diandra. Yang sudah menutup matanya.
Kenapa seperti ini. Ada apa dengan perasaan ku. Diandra sudah siap, kenapa aku sulit sekali melakukan ini padanya. Padahal aku sudah sangat b*******h. Kalau berhenti Diandra pasti kecewa. Aku harus apa?
Fernan menarik tubuh Diandra untuk ia peluk. Diandra kaget, kenapa Fernan malah memeluknya.
"Fer...."
"Maaf, aku tidak bisa melakukannya, Di. Maaf kan aku...." Diandra mendengar Fernan terisak. Diandra langsung melepas pelukannya dan melihat suaminya. Ada setitik air mata di sana. Suaminya menangis karena tak bisa memenuhi kebutuhan nya? Benarkah?
"Fer... hey lihat aku." Fernan menatap Diandra.
"Aku tidak apa-apa, sungguh. Kau mau menyentuh ku saja. Aku sudah bahagia, jangan menyalahkan dirimu. Kemarilah... aku menyayangimu, mencintaimu." Diandra memeluk Fernan. Diandra menghapus air matanya sendiri.
Tak mau suaminya tau, bahwa dia juga menangis. Karena menginginkan bercinta dengan suaminya. Biar lah ia pendam sendiri.
"Kita tidur ya," ajak Diandra.
"Di."
"Ya?"
"Kalau hanya b******u kau tak keberatan kan?" Diandra tersenyum, lalu mengangguk.
"Ciuman saja aku puas sayang."
Fernan tersenyum dan mencium bibir Diandra.
Kembali mereka b******u hingga mereka tertidur karena mencapai kepuasan masing-masing.
********
Pagi ini Diego mencari Fernando. Dia cari di kamarnya tapi tak ada. Dia bingung ke mana adiknya. Pagi ini mereka ada meeting penting. Apa Fernando pergi keluar semalam.
Tapi Diego ada di luar dan tidak melihat siapa pun pergi dari rumah semalam. Apa mungkin Fernando tidur di kamar, Diandra.... mungkinkah?
Dengan cepat Diego mengetuk pintu kamar Diandra.
"Diandra, apa kau sudah bangun?"
Diandra tersentak, oh tidak dia kesiangan. Dia buru-buru bangun dan mengikat rambutnya dan memakai bajunya dengan cepat. Lalu membuka pintu.
"Maaf ka aku kesiangan, ada apa ya?" Tanya Diandra.
"Apa kau melihat Fernando?"
Diandra membuka pintu kamarnya lebih lebar. Membuat Diego tersentak karena melihat adiknya sedang tidur dengan telanjang d**a di sana.

Diego menatap Diandra.
"Apa kalian tidur bersama semalam?"
Diandra mengangguk malu. Mendadak jantung Diego sakit. Dia pasti berfikir, Fernando telah bercinta dengan Diandra.
Diandra telah resmi menjadi milik Fernando sepenuhnya.
"Bangunkan dia, bilang hari ini ada rapat penting." diego langsung pergi begitu saja. Membuat Diandra bingung.
Biasanya Diego akan mengusap rambutnya sembari tersenyum. Barulah dia pergi. Tapi sekarang nampak agak dingin.
Diandra menghampiri Fernando. Dan langsung mengguncang bahunya.
"Fer... bangun, Fernan...."
"Hmm... aku masih mengantuk."
"Tapi hari ini kamu ada meeting penting di kantor."
Mata Fernan langsung terbuka. Benar dia ada meeting proyek besar.
Dengan cepat dia bangun.
"Di, ambilkan pakainku di kamar. Aku mandi di sini saja." Fernan loncat ke arah kamar mandi. Diandra pun mengambil pakaian kantor Fernan di kamarnya.
Dengan cepat Fernan memakainya setelah selesai mandi. Menyisir rambutnya seadanya. Sementara Diandra sibuk memakaikan dasi.
Fernan menunduk dan mengecup kening Diandra.
"Aku sudah siap. Aku berangkat ya."
"Kamu ga sarapan dulu?"
"Di kantor aja. Diego pasti marah karena aku telat." Diandra tersenyum dan memeluk tubuh suaminya.
"Hati-hati dijalan ya, semoga meetingnya lancar."
"Aamiin. Maksih sayang."
Fernando pergi setelah mengecup bibir Diandra.
**********
Pulang kerja Fernando langsung mencari Diandra. Entah kenapa semenjak ciuman itu, Fernando selalu merindukan Diandra. Dan selalu ingin bersamanya.
"Mom, di mana istriku?" Tanya Fernan saat meliwati mom di ruang keluarga. Gina mengerutkan keningnya.
"Istrimu?" Ulang Gina. Membuat Fernan gemas. Karena dia sudah tak sabar bertemu dengan istrinya.
"Iya mom, Diandra."
"Hahaha... akhirnya kau mengakui Diandra itu istrimu?" Goda Gina. Membuat Fernan kesal.
"Mom, aku serius, sudahlah aku cari sendiri saja." Fernan langsung pergi ke dapur. Tidak tahu kenapa dia ingin mencari istrinya di sana saja.
Dan ternyata feelingnya benar, istrinya sedang membuat teh di sana. Pasti untuk mom. Gumam Fernan.
Fernan mendekat dan langsung memeluk Diandra. Membuat Diandra kaget.
"Fernan !"
"Aku merindukanmu," bisik Fernan.
"Rindu, hanya beberapa jam kita tidak bertemu, Fer."
Fernan membalik tubuh Diandra dan langsung menciumnya.

"Eummm... Fernan..... " pekik Diandra. Yang mendapat ciuman Fernando.
"Ehem !" Dehem seseorang. Mereka pun langsung melepas ciumannya..
"Mom," Ucap Fernando kesal, karena ternyata Gina yang mengganggunya.
Gina tertawa tanpa merasa bersalah. Sementara Diandra nampak menunduk malu.
"Pergilah ke kamar, kalian. Jangan b******u di sini. Siapa pun bisa melihat kalian. Gina melewati mereka dan mengambil teh yang tadi dibuat oleh Diandra.
Fernan berfikir sejenak.
"Mom benar. Ayo Diandra." Fernando langsung menggendong Diandra dan dibawanya ke kamar.
Gina tertawa sembari geleng-geleng kepala. Bahagia sekali dia melihat putranya sudah berubah. Dan bersikap baik pada istrinya.
Sementara Fernando sibuk menciumi bibir Diandra di kamar. Diandra masih ia gendong

Barulah ia rebahkan di kamar. Memandangi wajah cantik istrinya.
Dia usapnya wajah itu. Mata, hidung, bibir.
"Kau cantik," puji Fernan. Diandra merona. Malu dia di puji oleh suaminya.
Diandra memeluk Fernando hingga Fernan menindiheluk. Diandra menghirup kuat aroma yang kuat. Benar-benar memabukkan.
Rasanya d**a Diandra tak sanggup dikumpulkan ribuan bunga. Karena terlalu bahagia