Bab 15

1046 Kata
Siang ini mereka kembali ke rumah besar. Rumah Makan Diandra. Apa lagi ciuman dan kehangatan juga ia rasakan di rumah itu. "Fer?" Diandra menarik lengan Fernando. Hingga Fernan menoleh dan berhenti berjalan. "Apa?" "Apa kita tidak bisa tinggal lebih lama di rumah ku?" Pinta Diandra dengan nada berharap. Fernan mengusap jemari Diandra. Merengkuhnya dalam pelukkannya. "Maaf ya, tapi, ibu sudah menunggu kita. Apa kau mau rindu dengan ibu dan ... ehem ... Diego." enggan sekali Fernan menyebut nama kakaknya. "Ya aku rindu tapi ...." "Sudahlah, tak ada tapi-tapi. Ayo ini sudah siang." Akhirnya Diandra menurut dan mengekor di belakang Fernan. Sampai mereka menggunakan mobil Fernan. "DIANDRA!" Teriak seseorang. Fernan dan Diandra menoleh. "Dika." "Tunggu, kau mau ke mana?" Nampak Dika terengah-engah. Fernan membuang muka. Malas melihat pria dekil seperti Dika. "Pulang, Dik. Maaf ya aku tak bisa berlama-lama di sini." "Tak apa. Apa kau punya ponsel?" "Tidak!" Fernan memotong percakapan mereka. Dika langsung ngabung melihat tatapan Fernan. Diandra nyata melotot ke Arah Fernan. Membuat Fernan membuang muka kesal. "Ini, simpanlah." Diandra memberikan nomor ponselnya. Yang langung diterima oleh Dika dengan senang hati. "Aku akan telpon nanti." "Setahun sekali saja. Paham!" Fernan berucap dengan tegas dan langsung melajukan mobilnya. Membuat Dika melongo. Sembari menatap nomor ponsel Diandra "Setahun sekali.... "gumam Dika. ********* Mom sudah menunggu kedatangan Diandra. Diam -diam Fernan dan Gina selalu berkomunikasi. "Mom !" Teriak Diandra yang langsung memeluk putrinya. "Putriku sayang... akhirnya kau pulang, nak.... mom rindu sekali denganmu. Cup cup cup." Gina mengecup seluruh wajah Diandra. Membuat Fernando begidik geli. Jangan sampai mom menciumnya seperti itu. "Fernan..." "Oh.. no... mom. .. pliss jangan." Tapi dasar ibu-!ibu, dia tak peduli anaknya menolak. Gina langsung saja menciumi seluruh wajah Fernando. Membuat Fernando diam pasrah. Diandra tertawa melihat ekspresi Fernando yang tertekan. "Mom cukup oke. Aku sudah menikah mom, jangan membuat ku malu," ujar Fernan yang langsung masuk ke dalam. Fernan melewati Diego yang baru keluar rumah. Diego memperhatikan Fernan yang tak seperti biasanya. Apa yang terjadi dengannya. Gumam Diego. "Kakak." Diandra teriak girang melihat Diego yang sudah berdiri di ambang pintu. Mereka berpelukan. Fernan sempat melihat hal itu, namun buru-buru masuk ke dalam kamarnya. "Aku rindu padamu, kak." "Aku juga, Di, apa kabar kau di sana?" "Baik kak, kakak lain kali harus ikut aku ke sana ya." "Oke. Istirahatlah, kau pasti lelah." Diandra mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar, Diandra merenung. Akankah ia kembali bersikap dingin dengan Fernando nantinya. Apakah Fernan tidak akan semanis kemarin. Akan kah semua berubah saat dia kembali ke rumah ini? Diandra membuka jendela kamar. Kembali melihat halaman luas yang selama ini ia tatap dan pandang. Diandra memejamkan mata. Berharap Fernan datang dan memeluknya. Lalu bilang.... "Apa kau merindukan saat-saat seperti ini hmm..." Deg ! Diandra membuka mata dan langsung melihat orang di belakangnya. Orang yang tengah memeluknya. "Kenapa, terkejut?" Fernan terkekeh membuat Diandra menunduk malu. "Jangan menunduk, kau tak mau melihatku hah?" Diandra menggeleng dan langsung menatap wajah Fernando. Bernarkah ini suaminya. Benarkah ia tak berubah lagi? "Kenapa diam. Di kampung kau sangat cerewet?" "Fer?" "Ya?" "Apa kau akan terus bersikap manis dengan ku?" Diandra menggigit bibirnya. "Selalu, dan mulai hari ini...." Fernan melepas pelukannya dan merebahkan diri di ranjang Diandra. "Aku akan tidur di sini." Diandra bengong. "benar?" Tanyanya "Kemarilah." Fernan memanggil. Diandra mendekat dan langsung ditarik oleh Fernan. Membuatnya terjatuh tepat di d**a Fernan. "Aku akan tidur di sini. Dan aku tidak akan pulang larut malam lagi." "Janji?" "Janji." Mereka tersenyum dan Fernan sudah rindu dengan bibir Diandra. Fernan mencium bibir Diandra. Yang langsung mendapat balasan. Mereka berciuman dengan panas. Benar-benar membangunkan pejantan Fernando. Fernando tak sanggup lagi. Dia melepas ciuman itu. "Aku... aku ada urusan sebentar." Fernando langsung keluar kamar Diandra diam. Menggigit bibirnya kuat-kuat. Aku menginginkanmu Fer... sangat... ********* Fernando memukul dinding kamar mandi. Sialan ! Dia tak bisa terpuaskan dengan cara sabun. Bagaimana ini. Tidak mungkin dia meminta Diandra untuk bercinta dengannya. Akhirnya Fernando memilih mandi air dingin. Berendam dia di sana. Hingga rasa itu hilang Sialan sialan sialan ! Diego mengetuk pintu Diandra. Dan dengan cepat Diandra membuka pintu. "Ya, kak." "Makan malam, kau panggilah Fernando, ya." "Ya kak, terima kasih." Diego tersenyum dan langsung kembali ke ruang makan. "Di mana adik-adikmu, diego?" "Sebentar lagi mereka kemari, mom." Gina mengangguk. Dan tak lama Fernando dan Diandra berjalan ke arah ruang makan bersama. Gina tersenyum. Sementara Diego merasa aneh. Diandra hendak duduk di samping Diego. Tapi dtahan oleh Fernan. "Duduklah di sini." Fernan memberikan tempat duduknya. Sementara dia, duduk di dekat Diego. Diego dan Diandra melihat aneh ke arah Fernando. "Makanlah, Di." Fernan mengambilkan nasi dan beberapa lauk pauk untuk Diandra makan. Gina, Deigo bahkan Diandra sendiri sampai bengong. Tapi merka tak ada yang bertanya satu pun. Tak mau merusak momen langka. Mereka makan malam dengan diam. Hanya Fernan yang nampak sibuk dengan diandra. Mengambilkan ini, itu bahkan sampai minum diambilkan. Gina nampak bahagia melihat perubahan Fernando. Sementara Diego nampak tak suka, iri tapi turut senang karena Diandra terlihat selalu tersenyum. Biarlah hatinya sakit. Yang terpenting adalah kebahagiaan Diandra. ********** Malam ini Fernando pergi entah ke mana. Kesempatan bagi Diego untuk bisa berdua dengan Diandra. Rasanya rindu beberapa hari tak bertemu dengannya. "Di." "Hay kak." Diego ikut duduk di teras rumah. Diandra nampak sedang asik bermain game diponselnya. "Apa kau sangat bahagia?" Diandra menoleh dan menatap Diego. Mematikan ponselnya. "Sangat kak," jawab Diandra nampak malu. Apakah kau sudah bercinta dengan Fernando? Tanya Diego tentu saja hanya dalam hati. Mana berani dia mengatakan hal itu secara langsung. "Apa yang membuatmu bahagia?" Diandra mengayunkan kakinya. Bingung dia harus jawab apa "Diandra." "Eh... karena sikap Fernan, kak." "Apa yang dia lakukan padamu?" Diandra diam. Apa ia harus bilang kalau Fernan telah menciumnya. Aduh wajah Diandra sudah sangat memerah. "Eum... Fernan...." "Aku sudah menciumnya. Kenapa?" Diego dan Diandra tersentak. Diandra tanpa sadar bangun dari duduknya. "Ayo masuk, sudah malam." Fernando langsung masuk begitu meminta Diandra. Diandra maaf pada Diego dan langsung ikut Fernan masuk. Diego menghelas nafas panjang. Dan yah .... ini lah akhirnya. Memang ini yang dia mau untuk adiknya. Ini membahas mengapa dia mengusir Viola dari kehidupan sang adik. Agar Diandra senang dengan kehadiran Fernan seutuhnya. Lalu kenapa dia harus suka sedih dan kesal. Karena Fernan telah merebut waktu Diandra untuknya. Sabarlah diego. Hidup mu memang untuk mengalah bukan. Mengalah untuk keluarga Horrison.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN