Bab 14

1076 Kata
Fernando benar-benar mengajak Diandra makan malam. Memperlakukan Diandra dengan baik, walau tak seromantis di cerita-cerita w*****d. Tapi kadang dia tak secuek dan sedingin biasanya. Diandra benar-benar sangat senang. Mereka duduk di restorant agak jauh dari rumah Diandra. Anggaplah kota ini di kampung Diandra. Fernando memesankan makanan dan mereka pun kemudian dengan santai. Nampak Diandra dapat dilihat dengan wajah. Karena tak menyangka dia akan bisa seperti ini dengan Fernando. "Makanlah, Di, jangan melihatku terus." Diandra nyaris tersedak saat mendengar ucapan Fernan, buru-buru Fernan memberikan air minum yang langsung di tenggak habis oleh Diandra. "Kau ini, pelan-pelan, Di," tegur Fernan. Diandra menunduk malu, Fernan mengusap rambut Diandra lembut. "Sudah makannya? Jalan-jalan yuk," ajak Fernan membuat Diandra kembali senang. Dengan cepat Diandra mengangguk dan mereka pun pergi dari sana. ******** Mereka berjalan menyusuri pasar malam. Mobil mereka parkir tak jauh dari sana. Fernan dan Diandra menikmati pasar malam itu berdua. Melihat-lihat barang-barang murah yang dijual di jejer di sepanjang jalan. "Kau tak malu jalan berdua dengan pasar di kampung seperti ini?" Diandra memberanikan diri bertanya. Fernan menatapnya. Lalu menggelengkan dan menggenggam jemari Diandra. "Kenapa harus malu kau kan istri ku." Deg ! Oh.... hati Diandra menghangat di sana. Rasanya ingin menangis sangking bahagianya. Oh Tuhan terima kasih atas kebaikan mu ini. Fernan melihat setitik air mata jatuh di wajah cantik Diandra. Jemari Fernan sigap menghapus air mata iu perlahan. Fernan menarik lengan Diandra ke tempat yang agak sepi dan dengan cepat mencium bibir Diandra  Diandra terkejut bukan main. Lagi-lagi dia merasakan ciuman Fernan. Ciuman yang memabukkan dirinya. Fernan melumat bibir Diandra dalam. Menyecapnya dan menariknya perlahan. Menimbulkan bunyi berisik karena mereka terlalu bersemangat. Jemari Fernan mengusap punggung Diandra. Terus merambat hingga ke leher. Mengusapnya dan merapihkan rambut-rambut Diandra. Ciuman Fernan berpindah ke leher mulus Diandra. Mengecupnya dan memberi satu tanda merah di sana. "Kita pulang," ajak Fernando setelah melepas ciumannya. Diandra bagai tersihir dia mengangguk dan mengikuti Fernan. ******** Fernan kembali mencium Diandra di rumah. Entah kenapa dia tak bisa berhenti mencium istrinya. Rasanya sangat manis dan menjadi candu. Gatal sekali bibir Fernan bila tak mencium Diandra. Dia sendiri sampai bingung kenapa bisa semesum ini. Tubuh Diandra ia angkat dan ia gendong sampai ke dalam kamar. Posisi mereka masih sama. Masih dalam ciuman mereka hingga Fernan merebahkan tubuh Diandra di atas ranjang. Fernan menatap kedua mata, Diandra. "Kau sangat cantik," puji Fernan.  Fernan merebahkan dirinya dan menarik diandra untuk menatapnya. Saat Diandra menatap wajahnya kembali Fernan mencium bibir Diandra sembari menarik rambutnya mesra. Rasanya panas di sekujur tubuh Diandra. Ada yang menggelora di dalam tubuhnya. Sangat nikmat, pasti ada sesuatu seperti ada yang mengganjal dan kurang. Tapi Diandra tak paham apa itu. Fernan terus melumatnya hingga mulut mereka berdua becek. Jemari Fernan tak berani bermain lebih, dia takut akan membuat Diandra semakin ingin mencapai puncak. Fernan masih belum bisa memberikan itu. Karena hatinya belum memiliki rasa apa pun. Jemarinya hanya bermain seputar perut dan leher. Tak berani lebih, tapi bagi Diandra itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya panas dingin. Frans melepas ciumannya. Diandra merasa kehilangan, entah ada keberanian apa, Diandra kembali menarik kepala Fernan dan mencium kembali bibirnya. Fernan tersenyum karena istrinya sudah mulai berani. Mereka kembali berciuman dengan panas dan bermain lidah, saling membelit satu sama lain. Fernan berusaha melepas ciuman mereka. Menatap Diandra dengan nafas memburu. Astaga kalau begini terus bisa kelewatan nanti. Gumam Fernan. Kenapa Diandra menggairahkan sekali malam ini. Astaga ! Fernan frustasi. "Di, aku ketoilet dulu ya." Diandra mengangguk lemah. Karena rasanya dia tak rela bila harus berpisah dari Fernan. Setelah Fernan pergi ke bawah. Diandra merasa ngantuk. Dan tanpa sadar tertidur di sana. Fernan ber-onani di kamar mandi. Dia bisa gila bila berhadapan dengan Diandra. Kenapa dia bisa sampai lupa diri. Diandra memang istrinya tapi dia sudah janji tidak akan menyentuhnya hingga nama Viola hilang dari hatinya. Biarlah seperti ini dulu, Fernan juga tidak mau egois dengan memanfaatkan tubuh istrinya yang mencintai dirinya. Dia tak mau membuka Diandra terluka dan kecewa nanti. Tak mau terlalu memberi harapan lebih pada Diandra. Biarlah seperti ini dulu. Berciuman hanya sebatas itu. Semoga itu membuat Diandra sedikit senang. Walau Fernan tahu Diandra juga menginginkan lebih sama dengan dirinya. Tapi Fernan harus menahan diri. Sampai dia benar-benar menghilangkan rasa cinta nya pada Viola. Yang sekarang tak tahu di mana. ********* Fernan masuk ke dalam kamar dia yakin Diandra sudah tidur. Karena lumayan lama Fernan di bawah. Dan benar saja ketika membuka pintu yang terlihat pertama kali adalah wajah tidur istrinya. Nampak damai dan bahagia. Polos sekali wajahnya dan sangat cantik. Fernan mendekat dan memposisikan dirinya di belakang Diandra. Memeluk Diandra erat menciumi bau tubuhnya. Khas sekali, dan ini murni wangi tubuh bukan parfum. Enak dan nyaman sekali untuk di hirup. Mungkin ini akan menjadi kebiasaanya nanti. Fernando memejamkan mata di balik punggung Diandra. Jemarinya mengusap perut diandra. Dan tertidur di sana. Diandra bangun saat matahari mulai menerobos masuk ke sela-sela jendela. Dia hendak bangun tapi tertahan oleh sesuatu. Diandra melirik ke belakang. Oh my god ! Fernan memeluknya dengan posesif. Diandra enggan untuk bangun dia memilih merasakan saat saat hangat seperti ini. Belum tentu dia akan merasakan ini lagi nanti. Diandra mengecup lengan Fernan dan kembali ia memejamkan mata. Menikmati desiran di hatinya. Detak jantungnya yang mulai tak normal. Fikirannya yang mulai tercemar karena berfikir kotor. Intinya dia merasakan semuanya dia tak mau melewatkan kesempatan langka ini. Dia ingin terus seperti ini, merasakan kehangatan suaminya. Tak apa suaminya belum mencintainya. Diandra yakin suatu saat nanti suaminya pasti akan mencintainya. Diandra akan menunggu itu. Fernan bergerak di belakang Diandra. Diandra pura-pura tidur. Fernan mengerjabkan matanya dan menguap. Lalu matanya tertumpu pada tubuh yang sedang dipeluknya. "Oh ya Tuhan, aku memeluknya sepanjang malam ternyata, pantas tidurku nyenyak." Fernan lantas menunduk dan mengecup pundak Diandra.  Rasanya sangat nyaman sekali. Fernando tak mau beranjak dari sana. Dia nyaman dengan posisi ini. Fernan semakin erat memeluk tubuh Diandra. Dan kembali memejamkan mata. Diandra membuka mata dan menahan senyum atas perilaku Fernan yang sangat manis. Andai mereka saling mencintai impian Diandra selama ini tentang pangeran kuda putih tentulah sudah terwujud. Diandra membalik tubuhnya menghadap Fernando. Mengecup keningnya perlahan. "Aku mencintaimu, suamiku." Deg ! Jantung Fernan berdetak kencang. Tapi dia takut membuka mata. Biarlah seperti ini dulu. Fernan semakin mempererat pelukkannya membuat tubuh mereka semakin dekat dan rapat. Fernan membuka mata. Dan mengecup bibir Diandra. "Tidur lah, aku masih ingin seperti ini denganmu," ucap Fernando. Yang langsung mendapat anggukan dari Diandra. Hari ini benar-benar penuh dengan ciuman. Dan cinta dari Diandra. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN