Bab 12

1151 Kata
Ranjang kesayangan Diandra harus direlakan untuk Fernando tidur malam ini. Sementara Diandra harus mengalah tidur di lantai dengan ber-alaskan selimut. Fernando juga tidak berusaha untuk mengajak Diandra tidur seranjang bertanya. Diandra benar-benar kesal, dia yang punya rumah tapi dia yang harus mengalah. Diandra tak bisa tidur malam ini. Udara terasa begitu dingin. Dan selimut hanya ada dua. Satu pakai Fernando, satu pakai alas untuk Diandra. Diandra menatap Fernando yang tampak pulas dengan selimutnya. Sementara Diandra harus manyun tahan iri. Diandra melihat jam, sudah pukul 10 malam. Kalau di kota jam 10 mana bisa tidur karena masih ramai. Fernando juga belum pulang ke rumah jam segini. Kenapa sekarang dia malah sudah tidur dengan nyenyak, apa dia tidak pernah ke kampung sama sekali. Diandra memutuskan untuk turun ke bawah, dia membawa ponselnya juga. Tidak dia akan tidur malam ini. Diandra duduk di meja makan. Membuka ponselnya. Dan mulai menjelajah medsos. Terkadang Diandra lucu jika ada video yang lucu. Apa rekomendasi punya medsos ya? Diandra iseng mencari, tetapi sebaliknya yang muncul profil Viola. Itu pun tak sengaja lihat. Dengan ragu Diandra melihat profil Viola. Jantung Diandra langsung berdetak cepat. Karena banyak sekali foto-foto kemesraan dilihat dengan Viola.  Diandra keluar dari medsos. Tak kuasa memegang tangis. Ponselnya berdering. Membuat Diandra sedikit tersentak. Dilihatnya nama sang penelpon. Ternyata Diego. Diandra tersenyum di sana. DIEGO ; "Di, kau di mana sekarang? Apa kau baik-baik saja?" DIANDRA; "aku baik-baik saja kak DIEGO ; Apa Fernan bersamamu? DIANDRA ; iya kak DIEGO ; syukurlah kalau begitu. Setidaknya aku tidak terlalu khawatir bila bersama dia. DIANDRA ; mungkin aku lebih senang kalau dia tak di sini DIEDO ; apa dia menyusahkanmu, menyakitimu? DIANDRA ; Entahlah aku tak tahu. Yang aku tahu dia menyebalkan Tersenyum Diego di sebrang sana. Pastilah Diandra merasa kesal karena sikap Fernando yang asal bicara. Agak berdenyut hati Diego, mengetahui mereka sedang berdua di rumah Diandra. Apa pun bisa terjadi bukan. DIEGO ; kau tidurlah, sudah malam DIANDRA ; ya, kau juga kak Diandra meletakkan kembali ponsel nya. Dia masih ingat foto-foto itu. Tapi coba dilupakannya. Diandra merebahkan kepalanya di meja. Dan mulai memejamkan mata. ********* Diandra bangun dengan tubuh sakit. Dia benar-benar tertidur di meja dengan posisi yang tak enak. Dia melihat jam. Pukul 7 pagi, dia harus membuat sarapan. Diandra memasak nasi goreng di campur telur. Setelah selesai dia ke atas. Ke kamarnya. Diandra membuka pintu dan tersentak di sana. Apa yang dia lihat ini sungguhan  Dia melihat Fernando bertelanjang d**a di atas ranjangnya ! Fernando yang memang sudah bangun tersentak kaget mendapati Diandra sedang menatapnya. "Hey, jangan mengintipku!" Fernando berusaha menutupi tubuhnya. Diandra ber decih. Enak saja mengintip, dia yang seenaknya tidur di ranjang orang dan sekarang telanjang pula. "Kenapa kau telanjang seperti itu di kamar orang hah?" Diandra kesal "Aku gerah semalam, kenapa di rumahmu tidak ada Ac sih?" Fernando malah balik marah. Astaga pria ini menyebalkan sekali. Diandra yang kedinginan semalam, Fernando malah kepanasan. Terbuat dari apa kulit tubuhnya itu. "Hey, jangan lihat aku terus. Aku mau pakai baju." Diandra memutar bola matanya, dia tak menggubris ocehan Fernando. Diandra memilih membuka lemari dan mengambil pakaiannya lalu dibawanya ke bawah. "Kau mau ke mana?" Diandra menoleh ke arah Fernando. "mandi," jawab Diandra singkat. Fernando langsung memakai pakaiannya kembali saat Diandra tak ada di kamar. Hufh... Fernando tertegun sejenak. Dia ingat semalam mencari Diandra, dan sedikit sakit hati saat Diandra bilang Fernando menyebalkan dan lebih senang kalau dia tak bersama dengan Diandra. Rasanya Fernando ingin marah. Tapi untuk apa, toh bukankah itu yang dia inginkan. ********* Fernando turun ke bawah, dia terkejut melihat Diandra sedang sarapan sendiri. "Hey, kenapa kau makan sendirian?" "Karena aku lapar." "Kenapa tak memanggilku?" "Memang nya aku pelayanmu. Maaf ya ini rumah ku, kau tak berhak mengaturku." Fernando mendengus sebal. "Ambilkan aku nasi." "Ambil sendiri tuan besar." "Oh, ayolah apa susahnya mengambilkan aku sepiring nasi." Diandra menatap kesal ke arah Fernando. "Aku bukan pelayan mu, Fer." Diandra langsung pergi keluar rumah. Ada apa sih dengannya menyebalkan sekali. Gumam Fernando. Diandra menangis di belakang rumah. Kenapa dia menangis. Kenapa dia bersikap kasar dengan Fernando. Kenapa dia kesal sekali. Setiap melihat Fernando dia langsung ingat foto mesra itu. Kenapa dia cemburu. Dia kan tak menyukai Fernando. Bodohnya kau Diandra. Memalukan sekali bersikap seperti anak-anak. Diandra menghapus air matanya dan kembali ke dalam rumah. Fernando masih asik makan di sana. Tumben dia tak komentar apa pun tentang masakannya. Biasanya dia akan bawel. Bilang masakkannya tak enak, hanya nasi goreng. Dan lain-lainnya. Fernando meliri Diandra yang sudah berdiri di sampingnya. "Terima kasih sarapannnya. Aku akan mencuci piringnya." Diandra bengong mendengar Fernando mengatakan hal ajaib itu. Dan benar-benar dilakukan oleh seorang Fernando. Dia mencuci piring sendiri. Walau akhirnya.... Prang....  upss... "sorry," ucapnya. Piring pecah berserakan di mana-mana. Diandra menarik nafas panjang. "Biar aku bersihkan, Di." "Tidak usah, nanti sapunya malah patah." Fernando manyun di sana. Dia kan hanya mencoba membantu Diandra. Kenapa Diandra marah. "Pergilah mandi sana. Biar aku bersihkan ini." Fernando diam membuat Diandra menatapnya."kenapa?" "Bagaimana caranya mandi pakai gayung?" Diandra tepok jidat. Astaga suaminya ini payah sekali. "Memangnya kau pangeran berkuda putih dari istana raja angling Darma!" "Siapa Angling Darma?" "Ah sudahlah. Terserah kau mau mandi atau tidak, yang penting kau jangan di sini." Fernando naik ke atas kamar. Terserahlah, kenapa juga Diandra jadi segalak ini. Kenapa juga Fernando jadi selembek ini. Hufh... Dia kembali merebahkan dirinya di ranjang. Enaknya bisa santai seperti ini.... Ponselnya berdering. Dengan malah Fernando mengangkatnya. FERNANDO ; "Apa? DIEGO ; Kau di mana? FERNANDO ; jangan pura-pura tak tahu. DIEGO ; jaga dia. FERNANDO ; jangan memerintahku. DIEGO ; dia istrimu b******k! FERNANDO ; sudah tahu. Tut Tut "Ye dimatikan" umpat Fernando kesal dan membuang ponselnya ke samping. ******* Fernando akhirnya mandi juga walau agak kesusahan mengguyur tubuhnya dengan gayung. Sabun batang. Sikat gigi murah. Kamar mandi sempit. Dan dia harus membungkuk saat mengambil air dari bak air. Menyusahkan sekali. Selesai mandi dia langsung berpakaian. Dengan pakaian yang sama. Karena dia tak membawa baju ganti. Diandra yang melihat itu langsung memberikan satu stel pakaian bekas ayahnya. "Pakailah." Fernando mengambil baju itu. Yah lumayanlah. Dan dia pun memakainya. Kaos putih dan celana Jeans  "Setidaknya bilang terima kasih." Fernando melirik Diandra. "ia, terima kasih." "Yang ikhlas." "Astaga kau cerewet sekali ini di rumah ini. Mending kita pulang aja kalau kau di sini sangat cerewet, aku tak tahan mendengarnya." "Pulang saja sendiri. Aku mau di sini." Fernando menyilangkan kedua tangannya di d**a. "Tapi kau istriku." "Tapi kau tak menganggapku. Jangan lupa itu." Fernando yang kesal langsung menarik lengan Diandra dan melemparnya ke tempat tidur. Tubuh kurus itu ditindihnya. Membuat Diandra diserang rasa panik. "Kau mau aku menganggapmu hah?" Diandra langsung menggelengkan cepat. "Kau mau pulang ke rumah ku. Atau kau mau aku perkosa di sini!" "Kau takkan pernah menyetujuiku." "Kata siapa?" "Karena itu adalah janjimu!" Fernando tersentak. Dia langsung beringsut menjauh dari Diandra. "Maafkan aku, Diandra." Fernando langsung pergi entah ke mana. Meninggalkan Diandra yang mulai menangisi nasibnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN