Fernando melihat Viola yang keluar dari pesta. Dengan cepat dia melepaskan lengan Diandra dan menangkap Viola. Diandra sampai tersentak tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
Semua orang melihat Fernando yang berlari mencari seorang gadis. Media langsung ramai, wawancara pun menyerbu mereka.
"Violaa!" Fernando berteriak. Namun sayang Viola sudah pergi menaiki taksi terlebih dahulu.
"Tuan Fernando, siapa gadis itu. Kenapa kamu sampai mengejarnya bisa menjelaskan kepada kami?"
Fernando diam, hampir menetes. Dia kesal sekali. Diego datang membereskan diaktifkan ini.
Para petugas keamanan dilindungi Fernando dan Diandra yang mengambil luput dari kejaran para awak media. Pesta tahun ini kacau!
Gina marah besar dengan Fernando. Di rumah Gina marah habis-habisan. Sebaliknya Wajah Fernando ditamparnya dengan keras, logik dalam diri Gina sudah tak bisa dikendalikan.
"KAU MEMBUAT KELUARGA HORRISON MALU, FERNANDO!"
Fernando diam, terduduk di bawah kaki sang ibu.
Menangis bukan untuk mengatasi Gina. Tapi kepergian Viola. Diandra dan Diego yang memperhatikan itu iba. Diandra mendekat, menarik lengan Fernando dan menarik ke kamar.
Fernando hanya menurut tak membantah sama sekali. Entahlah Diandra senang apa yang dialami sangat menyenangkan.
Diandra sudah tahu siapa Viola dari Diego. Diandra paham sakitnya ditinggal, apa lagi Viola adalah cinta mati Fernando. Andai Diandra tahu masalah ini, Diandra tak akan mau menikahi Fernando.
Diandra meminta Fernando duduk di ranjang. Dia mengambil air mineral dan memberikannya pada Fernando.
"Minumlah, agar kau lebih tenang, Fer." Diandra mencoba meminumkannya. Fernando meminumnya sedikit.
"Ini semua gara-gara kau, Diandra." Fernando mulai menyalahkannya. Diandra tak marah, karena memang benar Diandra lah yang salah.
"Ya, kau benar, akulah yang salah andai kau memberitahuku lebih awal, mungkin aku tak akan menerima pernikahan ini, karena aku tahu sakitnya di tinggal pergi orang kita cintai."
Fernando menatap Diandra geram.
"Hapus air mata busuk mu itu. Aku tak butuh." Dengan cepat Diandra menghapusnya. Lalu menggenggam jemari Fernando
"Lihat aku, Fer, apa aku yang telah menghancur kan semua cintamu? Lihat aku, Fer?"
"Ya memang kau. Kau perusak segalanya. Lihat karena kau cintaku pergi. Kau memang tak pantas berada di sisiku, mom salah memilihmu."
Fernando hendak pergi. Namun Diandra memeluk punggung Fernando membuat Fernando terdiam.
"Aku tahu, aku salah. Aku minta maaf, aku rela kau cerai kalau memang itu bisa membuatmu bahagia. Aku ikhlas."
Fernando tersentak dengan kata cerai. Enak saja dia minta cerai setelah membuat cintanya pergi.
"Aku takkan pernah menceraikanmu."
Diandra tersentak. Kenapa Fernando tak mau cerai dengan dirinya.
"Kenapa?" Fernando memandang Diandra dan menarik dagunya kasar.
"Karena aku akan memberi pelajaran padamu." Fernando menghempas dagu Diandra.
"Pergilah, aku tak ingin melihatmu!"
"Aku pergi," pamit Diandra dan langsung keluar dari kamar Fernando.
Di luar sudah ada Diego. Diego mendengar semua pembicaraan mereka. Adik nya benar-benar keterlaluan.
"Diandra." Dia menoleh namun langsung pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Diego menarik nafas.
Dia masuk ke dalam kamar adiknya.
"Apa lagi hah ! "Sentak Fernando yang mengira itu adalah Diandra. Begitu tahu Diego yang masuk, dia langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang.
"Aku dengar semua perkataanmu pada Diandra."
"Bagus."
"Kenapa kau tak mau menceraikannya kalau kau tak menyukai Diandra?"
"Kenapa kau memintaku menikahinya bila kau tahu aku tak pernah menyukainya !" Balas Fernando.
Diego diam. Adiknya benar, jadi ini semua salahnya. Dia yang telah menghancurkan kedua orang yang dia sayangi.
"Aku minta maaf."
"Terlambat."
"Kalau kau ingin menceraikan dia, cerailah jangan buat dia semakin menderita karena kau tak menyukainya."
"Kenapa? Agar kau bisa menikahinya dikemudian hari?"
Diego tersentak. Bagaimana mungkin Fernando berfikir seperti itu.
"Kenapa kau bisa berfikir seperti itu?"
"Aku tahu kalau ada menaruh rasa padanya kan?"
"Fer, jaga ucapanmu."
"Kau tak bisa membohongiku, kak, karena aku sudah pernah merasakan hal itu."
Diego terdiam lagi, dia duduk di ranjang menundukan kepalanya. Merasa bersalah dengan adiknya. Fernando tersenyum miring di sana.
"Ambilah kalau kau mau, tapi aku tak bisa menceraikannya, dan kau boleh menyentuhnya. Itu kan yang kau mau." Diego semakin tersentak menatap adiknya tajam.
Meraih bantal dan melemparnya tepat mengenai wajah Fernando.
Fernando yang kesal langsung balik melempar bantal
"Jaga bicaramu, Fer!!"
"Apa aku salah. Itu kenyataanya kan." Diego menghampiri Fernando dan langsung memukul wajah Fernan membuat Fernan marah.
Mereka baku hantam di sana. Kesal satu sama lain.
"Dengar, Fer, kau salah telah memperlakukan Diandra seperti itu. Dan kau akan menyesal nanti."
"Aku tak akan pernah menyesal, gadis kampung sepertinya tak ada artinya untukku!!"
"b******k !"
Bugh!
Diego kembali memukul wajah Fernando. Kembali mereka saling pukul, hingga wajah mereka babak belur.
Mereka terengah-engah karena lelah setelah berkelahi.
"Kak."
"Hm?"
"Kenapa sih kau selalu membela Diandra?" Fernando menerawang jauh mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri.
"Diandra adalah gadis yang baik, manis dan polos. Dia memiliki aura tersendiri. Dia juga bukan pendendam. Apa pun yang telah kau lakukan padanya dia tak pernah marah atau mengeluh padaku atau mom."
"Aku tahu dia sedih, dia kesal tapi pernah ia tunjukan."
"Dan kau, kenapa kau membenci Diandra?"
"Karena aku mencintai Viola."
"Lalu masalahmu apa dengan Diandra?"
Fernando diam. Memang sih Diandra tak salah apa pun. Yang menjodohkan dirinya dengan Diandra juga orang tuanya.
Kenapa juga ya dia benci dengan Diandra.
"Aku tak tahu, yang jelas aku tak menyukainya."
"Aku dekat dengan istrimu boleh kan."
Fernando menatap tajam Diego
"Bercanda."
"Tidak, tak masalah kok." Fernando seakan bingung dengan jawabannya sendiri. Benarkah boleh atau tidak.
Tunggu kenapa tidak. Toh dia tak ada rasa apa pun. Terserah Diego saja.
"Dekatilah, jadi ketika nanti kau butuh pelepasan kau bisa memakainya."
"Sialan kau ! Ngajak ribut lagi?"
"Hahaha... bercanda. Kali ini aku hanya bercanda."
"Fer, baik-baiklah dengannya. Dia sudah tak punya siapa-siapa lagi. Dia sebatang kara di dunia ini."
Fernando tersentak. Diandra sebatang kara? Pantas saja waktu menikah tak ada keluarganya yang datang. Jadi itu alasannya. Kenapa dia bisa tak tahu.
"Kalau kau memang membencinya. Cukuplah dalam hatimu, jangan kau tunjukan padanya, Fer. Aku tak tega. Dia tak ada tempat untuk mengadu atau sekedar berkeluh kesah... aku harap kau mengerti, bagaimana pun kini dia sudah menjadi istrimu. Tanggung jawabmu."
Diego pergi dari kamar Fernando setelah mengatakan hal itu. Fernando memejamkan mata, dia tak menyangka istrinya sebatang kara.
Dia harus mencari tahu tentang masa lalu istrinya. Tak bisa dia seperti ini, tak tahu apa pun tentang Diandra.
Fernando menelpon pegawainya dan memintanya untuk menyelidiki latar belakang Diandra.
Fernando harus tahu sendiri seperti apa kehidupan Diandra sebelum dia kemari. Sebelum ia menjadi istri seorang Fenando Horrison.
Dan kenapa ayahnya memintanya untuk menikahi gadis kampung sepertinya.
Ya Fernando harus tahu semuanya