Sialan!
Fernando, mendengus kesal. Kali ini, dia tak tahan lagi. Tubuh Diandra terlalu menggiurkan untuk di-siakan. Sialan dapat membatalkan!
Diandra membuka mata, menatap Fernan yang sudah bangun lebih dulu. Dia ikut duduk dan mengusap punggung Fernan. Berniat untuk bertanya.
"Jangan pegang-pegang!" Bentak Fernan. Membuat Diandra bingung. Apa ada yang salah? Kenapa dengan Fernando?
"Fer ...."
Fernan menghempaskan tangan, Diandra. Dan langsung pergi ke kamar mandi. Terdengar guyuran air di sana.
Diandra bengong. Sementara semalam, mereka masih b******u mengapa sekarang jadi dingin. Ada masalah apa sebenarnya.
Diandra turun dari ranjang. Memakai kembali pakaiannya. Dan duduk di tempat tidur, menunggu Fernan keluar dari kamar mandi.
Fernan, keluar dari kamar mandi. Tanpa melirik Diandra sama sekali.
Setelah, pakai pakaiannya. Dia pergi. Buru-buru, Diandra menarik lengan, Fernando.
Fernan, berhenti. Diam ditempat.
"Kamu, kenapa?" Diandra mulai bertanya. Fernan, harus melepaskan pegangan dipindahkan. Tapi di tahan oleh, Diandra.
"Aku mohon, jawab, Fer?", Fernando menerima salivanya susah payah.
"Viola, kembali," jawab super singkat, yang mampu membuat, Diandra melepaskan lengan, Fernando.
"Maaf," ucap Diandra. Membiarkan, memilih pergi dari hadapannya. Fernan menutup pintu kamar. Tidak langsung pergi, hanya menunggu dan disetujui pintu itu. Ada setitik air mata di sana.
"Maafkan, aku, Di," bisik Fernan yang langsung pergi dari rumah.
********
Diandra menangis, tubuhnya bergetar. Kenapa, kenapa harus sekarang dia datang?
Baru saja Diandra merasakan indahnya cinta, kenapa secepat itu berakhir?
Diandra, merosot di depan pintu. Memeluk lututnya.
Kamu, jahat Fer.... jahat....!
"Di, kau di dalam?" Diego... gumamnya. Buru-buru, dia menghapus air matanya. Dan membuka pintu. Diego memeluk, Diandra.
"Aku tahu, Viola kembali. Jangan menangis, ya, ada aku di sini."
Diandra hanya diam, hanya air matanya yang memberitahukan, kesengsaraan hatinya.
"Kita sarapan ya, kamu belum makan apa-apa, dari tadi pagi."
Diandra menggeleng, sudah tak ada rasa lapar, di perutnya.
"Di, aku tahu kamu sedih, tapi bukan begitu cara kamu menyelesaikannya."
"Aku mau sendiri, kak."
"Tapi, Di?"
"Aku, mohon, kak."
Diego pasrah. Dia pun mengusap rambut Diandra, dan meninggalkannya.
Diandra mengunci pintu. Agar tak ada yang bisa mengusiknya. Diandra benar-benar ingin sendiri.
Diandra melepas pakaiannya, dan masuk ke dalam kamar mandi. Berendam dia di sana. Memejamkan mata, sembari bersenandung. Menguatkan hatinya.
Air matanya terus mengalir, sulit sekali untuk dihentikan.
Aku tahu, kau mencintai, kekasihmu. Aku tahu, kau hanya peduli padanya. Siapa aku? Aku, hanyalah sisi gelapmu.
Yang bisa kau lihat, yang bisa kau rasakan, tapi tak bisa, kau sentuh.
Siapa aku?
Aku hanyalah bayang semu-mu. Aku hanyalah mimpi pahitmu.
Siapa aku?
Aku hanya beban, hidupmu
Hanya istri gelapmu...
Aaaaaaaaa!!!
Aku benci kau, Fernando !
Kenapa sulit sekali, untuk bisa lepas dari mu.
Kenapa aku mencintaimu... ?
Kenapa aku harus merasakan tubuhmu, yang menjadi candu bagiku.
Dan kini...., kini kau pergi dengannya.
Kau memilihnya kembali.
Lalu, bagaimana denganku?
Bagaimana nasibku?
Mama, papa, aku tak sanggup, menahan ini semua.
Aku bukan wanita yang kuat dan sempurna. Aku terlalu lemah. Aku merindukan suamiku....
Aku merindukannya.... !
Diandra menenggelamkan dirinya, di bathtub... hingga ia kehabisan nafas.
Uhuk...uhuk... Diandra kehabisan nafas, dan terbatuk di sana. Kembali menangis dan meraung. Cemburu, membutakan sisi kesabarannya !
*********
Viola tengah tersenyum dalam pangkuan Fernando. Rasanya dia sangat merindukan kekasihnya ini.
"Kenapa, kau pergi?"
"Aku hanya butuh sedikit waktu."
"Aku sangat merindukanmu, Vio?"
Viola, diam. Kemudian tersenyum.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Kau meragukan aku?"
"Hahaha, tidak sayang. Aku tidak pernah meragukanmu."
Fernando mengecup bibir Viola. Namun, kecupan itu membuat, Viola tersentak.
"Kenapa sayang?" Fernando bingung.
"Bibir mu, rasanya berbeda?"
Fernan, langsung mengusap bibirnya.
"Benarkah?"
"Aku tahu sekali rasa bibirmu. Apa kau... kau telah mencium istrimu!" Pekik, Viola. Fernan. Lebih kaget lagi.
"Fer...." Viola hampir terisak di sana. Fernan langsung buru-buru memeluknya.
"Sayang, maafkan aku."
"Jadi benar, kau telah mencium, istrimu?" Fernan mengangguk pasrah. Itu memang salahnya.
Viola bangun dan menjauh dari Fernan. Membuat Fernan meradang.
"Sayang, jangan pergi lagi, aku sangat merindukanmu."
"Diam, jangan mendekat !" Bentak Viola. Membuat langkah, Fernan, terhenti.
"Aku fikir, kau mencintaiku, aku fikir, kau akan mencariku, aku fikir, kau akan sedih aku tinggal.
"Tapi apa yang aku dapat ini? Kau justru bisa bersenang-senang dengan istrimu, begitu?"
"Vi, jangan salah paham, aku memang menciumnya, tapi hanya sebatas itu. Tidak lebih."
"Mana aku tahu!"
"Astaga, aku serius, Vi."
"Aku tak percaya."
Fernan menarik paksa lengan, Viola dan memeluknya.
"Sayang, jangan buat aku menderita seperti ini. Aku sangat merindukanmu, hanya kamu yang aku cintai. Aku khilaf dengan Diandra. Aku hanya cinta kau, dan aku hanya menyentuhmu, tidak ada wanita lain."
"Sungguh?"
"Sungguh, sayang."
"Aku perlu bukti, Fernan."
"Maksudmu?"
Viola menyeringai di belakang Fernando.
*********
Fernando pulang ke rumah malam hari. Langkah kakinya agak berat, ketika menuju kamar Diandra. Rasa bersalah menyelimutinya.
Dia mengetuk pintu, dan tak lama, Diandra membukanya.
"Boleh, aku masuk?"
Diandra meringis di sana. Suaminya kini meminta ijinya. Untuk masuk ke dalam kamar. Hebat.
"Masuklah, ini rumahmu, kau bebas keluar masuk," ujar Diandra. Membuat hati Fernan panas.
"Aku tak lama-lama, aku hanya ingin bilang. Besok malam, aku akan mengajakmu dinner. Kita berdua, jangan ajak Diego."
"Untuk apa?" Pertanyaan Diandra mempersulit Fernan, untuk segera pergi dari kamar itu
"Untuk permintaan maafku."
Fernan langsung keluar kamar. Namun, keburu dipeluk oleh Diandra. Membuat Fernan menegang.
"Aku mencintaimu, Fer...."
Fernan menghela nafas. Berat sekali rasanya. Dia genggam jemari, diandra. Dan perlahan melepaskannya.
"Besok malam, aku jemput."
Diandra mengangguk. Fernando menatap Diandra.
Dan mengecup kening, Diandra lama. Sialan ! Rasanya berat sekali untuk Fernando.
"Aku pergi ya."
"Jaga dirimu, Fer."
"Kau juga, tidurlah, sudah malam."
"Kenapa kau tidak tidur di rumah?"
Pertanyaan, Diandra menyakitkan untuk dijawab.
"Aku. Ada perlu."
"Dengan, Viola?"
Deg!
"Jangan ikut campur, urusanku!"
Fernan langsung pergi meninggalkan Diandra.
Aku tahu, kau pasti akan tidur dengan kekasihmu kan. Aku tahu, Fernando.
**********
Diandra berpenampilan cantik malam ini. Karena Fernan mengajaknya makan malam.

"Kau, mau ke mana, Di?" Diandra menoleh kesumber suara.
"Kakak."
"Kau, mau ke mana rapih begitu?"
"Aku, diajak dinner oleh, Fernando."
Diego mengerutkan keningnya.
"Fernando?"
"Iya."
"Tapi, dia kan?"
Diandra hanya tersenyum.
"Sudahlah, kak. Siapa tahu ini adalah awal yang bagus untukku dan dia, ya kan?"
Diego hanya mengangguk.
"Mau, aku antar?"
"Oh, tidak perlu kak, Fernando akan menjemputku, nanti."
Dan tak lama suara deru mobil terdengar.
"Itu pasti dia, aku pergi dulu kak."
"Hati- hati."
"Ya, kak."
"Di...."
"Ya?"
"Telpon aku, kalau kau butuh bantuanku."
Diandra mengerutkan kening sejenak. Kemudian mengangguk.
Fernando sudah menunggu di luar. Begitu Diandra muncul, Fernan langsung lemas.
"Diandra !" Bentaknya. Membuat Diandra kaget.
"Ke...kenapa, kau tiba-tiba marah?"
"Kenapa?Menurutmu ?"
"Aku...aku tidak tahu."
"Kenapa kau berpakaian seperti ini sih?"
Diandra melihat penampilannya. Tak ada yang salah
"Ada apa dengan penampilanku?"
Wajah Fernan memerah.
"Kau terlalu cantik, malam ini." Fernan memelankan suaranya. Tapi masih terdengar oleh Diandra.
Diandra tersipu malu.
"Sudahlah, ayo masuk." Diandra masuk kedalam mobil. Dan mereka sudah berada di tengah jalan raya sekarang.
Tak butuh waktu lama. Mereka sampai di restorant mewah. Tak salahkan, Diandra memakai gaun malamnya.
Fernando menarik jemari Diandra dan berjalan beriringan. Rasanya hati diandra begitu bahagia.
Hingga mereka duduk di salah satu meja yang sudah dipesan oleh Fernando.
Mereka memesan makanan, dan memakannya dengan nikmat.
Selesai makan malam. Fernando, nampak mencari seseorang.
"Mencari siapa, Fer?"
"Tidak, bukan siapa-siapa."
Diandra diam. Melanjutkan membeli makanan penutup.
"Fernando!" Sapa seseorang. Fernan dan Diandra langsung menoleh ke arah yang sama.
Seorang wanita cantik dengan gaun malam yang seksi. Nampak tersenyum menatap Diandra.
"Kamu siapa?" Tanya Diandra. Gadis itu menjulurkan persetujuan.
"Perkenalkan, aku Viola Hunter, kekasih suamimu."
Deg!