Bab 21

1034 Kata
Ketika kamu ingin tahu, bagaimana rasanya sakit hati Diandra. Maka pecahkanlah piring dan gelas sampai hancur berkeping-keping. Bila ada yang masih menjadi kepingan besar. Ambil, dan hancurkan lagi! Atau jika bisa, kalian bisa remukkan dengan palu godam. Hingga menjadi serpihan debu. "Aku, Viola, kekasih suamimu." Jantung Diandra, serasa berhenti berdetak. Dia tersenyum kaku. Dia nampak memalingkan wajah. Brengsek! Apa maksud dari ini semua? Diandra tetap berhasil mempertahankan harga dirinya. Diandra, tidak mau emosional di sini. Dia, harus tampil elegan. "Sayang, benarkah, dia kekasihmu?" Tanyanya berusaha menghilangkan gemetar pada suaranya. Fernando menatap diandra, tiba-tiba. Lalu kembali berpaling, seakan tak mampu menjawab. Diandra menyambut jemari, Fernando. Menatapnya dalam. "Sayang, aku butuh jawaban?" Tanya Diandra. Fernando, benar benar memerah sekarang. Rasanya sangat tak tega. Tapi, Viola tatapan, menghilangkan rasa bersalahnya pada Diandra. Fernan, melepaskan jemari halus Diandra. "Ya, dia Viola kekasihku, bukankah kau sudah tahu?" Jawab Fernando tegas. Jantung Diandra serasa di tusuk pedang panjang nan tajam. Di koyak dari dalam sebelum, ditusuk kembali berkali-kali. Air mata hampir menetes. Diandra bangun dari duduknya, menatap ke arah Fernando dan Viola bergantian. Kemudian tersenyum. "Selamatlah, untuk kalian berdua. Aku hanya bisa mendoakan, semoga kalian bisa segera menikah." Diandra melangkah pergi dan kembali menoleh "Sayang, aku menunggu surat ceraimu." Jantung Fernando berhenti berdetak saat mendengar kata, surat cerai. Kata yang paling dia benci. Akhirnya terucap kembali. Fernan hendak bangun dan mengejar Diandra. Namun ditahan oleh Viola. "Duduk, kalau kau pergi, aku akan membencimu, seumur hidupku !" Ancam Viola. Fernan diam. ********** Diandra melepas sepatunya, kakinya sakit saat tadi berlari kencang. Bodohnya dia, buat apa dia lari, Fernan tidak akan mengejar. Diandra terisak di jalanan. Untunglah saat ini hujan, jadi tidak ada orang yang berlalu lalang. Diandra duduk di halte. Mencoba meredakan tangisannya. Dia mengambil tas kecilnya dan mengeluarkan ponsel. Ingin menelpon Diego. Tapi dia ragu. Sudah berkali-kali dia meminta bantuan Diego. Diandra merasa dia hanya memanfaatkan, Diego saja. Ada sekitar 1 jam Diandra di sana. Hujan berhenti dan Diandra kembali berjalan. Dia enggan naik taksi, karena pakaiannya yang sudah basah kuyup. Kakinya mulai lelah, nafasnya mulai tersengal. Diandra hampir, pingsan. "DIANDRA !" Fernan... gumam Diandra. "Di, kau kenapa? Untung aku bisa melacak ponselmu." "Kakak?" "Iya, ini aku sayang." "Kakak, maafkan aku...." "Maaf untuk apa? Sudah kita ke rumah sakit sekarang, ya." "Tidak mau, aku mau pulang." "Yasudah kita pulang, ya." "Ke kampungku, kak." "Hah?" "Aku gak mau ke rumah itu, lagi. Aku gak mau kak... hiks...." Diego menatap Diandra yang menangis sesegukan. Dipeluknya Diandra. "Ya udah, kita pulang ke rumah mu, ya." Di dalam mobil, Diego meminta Diandra untuk mengganti pakaiannya. Diego memang selalu membawa baju ganti di mobil. "Pakailah kemejaku, sampai di rumahmu, baru mandi dan ganti bajumu ya." Diandra mengangguk. Diego keluar dari mobil, membiarkan Diandra mengganti pakaiannya. "Kak, sudah!" seru Diandra. Diego pun masuk ke dalam mobil dan melirik Diandra yang kini hanya pakai kemeja Diego. Wajah Diego memerah, saat melihat paha mulus, Diandra. Sialan, dasar otak m***m ! Diego langsung melajukan mobilnya. Dan setelah 3 jam perjalanan, mereka sampai di kampung halaman Diandra Diandra mengajak masuk Diego. Diego pernah ke sini, tapi tak pernah sampai masuk ke dalam rumah. Rumah yang bagus. Mungil. "Aku, mandi dulu ya, kak." "Iya, aku tunggu di sini." Diego duduk di ruang tamu. Memperhatikan berbagai pajangan dan foto. Rumah ini sangat nyaman. "Kak." "Ya." "Apa kakak, lapar?" "Oh, enggak kok." "Mau aku buatkan, teh?" "Boleh." Diandra ke dapur, sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk. Astaga, Di. Kenapa kamu begitu seksi, Diandra masih mengenakan kemeja, Diego. Diego mengikuti Diandra. Dan duduk di kursi meja makan. Memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Diandra. Andai kau istriku, Di. Sudah pasti aku akan ke sana dan memelukmu. Mencium lehermu dan meremas dadamu. Oh... junior keras. Bahaya. "Di. Aku pakai toiletmu, ya." "Pakai saja, kak." Diego buru-buru masuk kamar mandi. Dan menuntaskan yang tak seharusnya. Gawat kalau Diandra, tahu. ********** "Kak, jangan tidur di bawah, naik lah ke atas!" seru Diandra. Saat melihat diego akan tidur di kursi depan. "Memang tidak apa-apa?" Tanyaku ragu. Dia tersenyum. "Tidak apa-apa." Diego pun naik ke atas, di mana kamar Diandra berada. Wow... bagus sekali kamarnya. Ada jendela besarnya. Ini loteng kan ya. "Ini selimut untuk kakak tidur." "Makasih." "Gak apa-apa kan, kakak tidur di bawah sana." "Gak apa-apa kok, santai saja." Diego merentangkan selimut di lantai, dan membenarkan posisi bantal. Barulah Diego tidur. "Kak." Diego membuka mata kembali. "Ya?" "Kakak udah tidur?" "Belum, kenapa?" "Apa kakak tau. Kenapa Fernan begitu mencintai Viola?" Deg ! Haruskah ia membahas ini. Sekarang? "Eh, Di... lupakanlah apa yang sudah terjadi...." "Aku tak apa kak. Ceritalah." Diego menarik nafas panjang. "Aku boleh duduk di ranjang?" "Boleh." Diego bangun dan duduk di ranjang sekarang. Mereka saling berhadapan. "Jadi?" Diandra sudah tak sabar. "Jadi, Viola adalah cinta pertama Fernando." cerita pun mengalir *Flashback on* Fernando, dan aku adalah dua pria dengan hati baja. Sulit sekali di takhlukkan oleh seorang gadis. Di fikiran kami hanya ada pekerjaan dan pekerjaan. Gadis adalah nomor kesekian di hidup kami. Hingga pada suatu hari, Fernando bertemu dengan Viola. Aku tidak tahu detailnya seperti apa. Tak yang jelas, Viola mampu merubah Fernando. Fernando jadi ceria, dan selalu bdrsemangat. Aku dikenalkan pada Viola. Dia adalah gadis baik, cantik, manis dan tidak manja. Dan dia selalu mampu membuat hati gundah Fernando menjadi nyaman kembali. Sayangnya kisah cinta mereka harus kandas. Karena kedua keluarga tidak setuju. Keluarga Viola. Adalah keluarga Hunter. Musuh bebuyutan keluarga Horrison. Dan itu sudah menjadi rahasia umum. Mereka berpisah selama 1 tahun. Dan Fernando di jodohkan dengan mu. Aku tahu. Dia begitu membencimu. Menyalahkanmu karena kau hadir, saat, Viola telah kembali. Mungkin Viola juga sakit hati. Karena melihat kekasihnya menikahi gdis lain. *Flashback off* Diandra tersenyum kecut. "Jadi, di sini akulah orang ketiga itu?" "Di, sudahlah jangan difikirkan lagi ya." Diandra mengangguk. Rasanya ingin menangis, tapi kenyataanya membuatnya tersadar. Bahwa dia pantas merasakan hujaman pedang pada hatinya. "Kak?" "Ya?" "Boleh peluk." Dengan senang hati, Diandra. Batin Diego. Mereka berpelukan di sana. Diandra merasakan kenyamaan saat bersama diego. Dia memang kakak terbaik yang dia punya. "Terima kasih, kak. Sudah mau mengerti keadaanku." "Sama-sama." "Kak. Kalau aku cerai, apa kakak masih anggap aku adik?" Enggaklah. Kamu akan aku anggap calon istri. "Iya. Pasti. Hubungan kita tidak akan terputus oleh siapa pun." "Janji." "Janji, adik manis."

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN