Khun Jay Jahat

1066 Kata
Dua hari setelah artikel tentang Jay dan Vina terbit di media. Para istri online yang merasa patah hati dan belum mendapat kejelasan merasa sangat terpukul. Beberapa dari mereka terus saja menghujani akun Isteri Sahnya Khun Suppasit, untuk bertanya masalah itu. Namun, Lika dengan terpaksa tidak menanggapinya. Beberapa fans fanatik yang kesal akhirnya mengunjungi Methanan Group. Mereka bertransformasi menjadi reporter dadakan. Berkerumun di depan gedung Methanan Group demi mendapatkan penjelasan dari Jay. Mawes yang melihat hal tersebut tak berani keluar sedikitpun. Para wanita-wanita di luar sana sepertinya beringas dan jelas mereka sedang di luar kendali. "Tuan Jay! fans Tuan berkumpul di depan gedung. Mereka nuntut jawaban soal rumor antara Tuan dan Mbak Vina." "Fans? mereka gila ya? ngapain Gua perlu klarifikasi segala? emanknya Gua artis?" "Aduh, gimana nih Tuan, mereka banyak banget di depan." "Siapa sih yang ngomporin mereka? pasti admin Isteri Sah itu deh," "Kayaknya bukan Tuan, soalnya kan akun itu udah beberapa minggu gak pernah unggah apa-apa. Ini pasti termakan berita media." "Masa? tumben tuh akun gak gerak. Trus media mana yang beritain beginian? anjiir banget. Kalo gini Gua jadi idol aja sekalian!" "Jadi gimana nih, Tuan?" "Tambahin penjaga di depan. Kalo mereka bikin keributan parah. Lapor polisi!" "Baik, Tuan." Mawes segera keluar dari ruangan Jay, untuk memantau kondisi di depan gedung. Entah mengapa seorang CEO bisa punya penggemar sebanyak ini. Methanan Group terasa seperti sebuah agency artis berkat Jay. Jay membuka gawainya, dan langsung menuju akun Isteri Sahnya Khun Suppasit yang dia ikuti. Unggahan terakhir memang hampir satu bulan yang lalu. Artinya admin akun tersebut memang tak ikut campur dalam masalah ini. Tapi entah kenapa Jay seperti kehilangan. Biasanya selalu ada notifikasi bahwa akun itu mengunggah sesuatu. Jay selalu memeriksa semua fotonya di akun tersebut. Kadang dia tertawa membaca komen dari fansnya, kadang dia menekan "Like" untuk komenan yang bagus, dan selalu mengomel jika mendapati komenan yang kurang dia sukai. Tapi sekarang akun itu terbengkalai begitu saja. Jay menghela nafas dan mulai berpikir, "Apa adminnya benar-benar hiatus ya?" *** Lika baru saja selesai memakan tiga bungkus mie rebus. Yah, dia selalu begitu. Tiga bungkus mie adalah hal yang wajib jika di rumahnya tidak memiliki telur. Jika menggunakan telur, Lika biasanya hanya makan dua bungkus. Namun, jika memang mienya hanya tersisa sebungkus, dia tak akan memasaknya. Dia lebih memilih memakan mie tersebut mentah-mentah. Daripada harus merepotkan diri menghidupkan kompor, memasak, dan mencuci piring kotor. Lika bersendawa dengan keras. Perutnya kekenyangan dan dia tersenyum puas. Beberapa saat dia menatap potret Jay di dinding kamarnya. Hatinya mulai merasa sedih lagi. Lika akhirnya membongkar semua yang ada di dapur mencari cemilan yang bisa dia makan. Saat sedih, dia tak boleh berhenti mengunyah, atau dia akan menangis hingga matanya bengkak. Lika tak menemukan makanan kecil apapun di dapur Dia akhirnya pindah ke kamar dan mulai mencari di setiap laci dan lemari. Ketika asik melakukan itu, nada dering di gawai Lika berbunyi. Lika menghentikan apa yang dia lakukan, lalu bergegas mengambil gawai tersebut. Hatinya terasa kecewa saat tahu yang meneleponnya adalah Jamy, bukan Jay. "Iya, kenapa Jam?" tanya Lika begitu mengangkat telepon. "Lu udah di rumah?" "Ya iyalah. Ude jam 7 malam gini. Lu kemana aja sih? gak ada nongol di kantor." "Gua udah tau kenapa Lu bisa ada di ruang janitor waktu itu." "Ha? jadi Lu ngilang buat cari tau soal itu? trus, trus, gimana?" "Lu pasti linglung, trus gak sadarkan diri. Abis itu dikurung di ruang janitor." "Loh, kok bisa? gua gak ketemu siapa-siapa kok. Kok bisa gak sadarkan diri." "Kan ada yang numpahin jus di gaun Lu, kan?" "Oh, staf itu? ho oh, dia gak sengaja." "Dia sengaja. Soalnya isi minuman itu bukan jus. Tapi obat bius," "Apa! anjirr siapa yang ngelakuin itu ke Gua? mereka salah sasaran kali," "Salah sasaran apanya. Jelas-jelas Elu yang dikurung. Gua bakal cari tau semuanya. Lu tenang aja." "Udah de Jam. Biarin aja. Biar gak tambah panjang. Siaalan, kenapa hidup Gua jadi kayak drama begini?" "Mana bisa dibiarin! Gua bakal cari tau siapa dalangnya." "Menurut Lu siapa?" "Menurut Gua? belum pasti sih. Tapi Gua udah dapat titik terang," "Jadi Lu tau siapa orangnya?" "Gua lagi nanyain staf yang bertugas di acara waktu itu." "Ih bawa Gua donk. Gua juga mau tau," "Lu di rumah aja! nanti Gua bakal infoin ke Elu." "Tapi Gua mau ikut." "Gak ada! yang ada nanti Elu bikin rusuh. Gua tau banget Lu gimana. Tunggu di rumah pokoknya?" Jamy menutup teleponnya. Lika menghela nafas kesal. Dia sangat penasaran akan kejadian itu, siapa dalangnya, dan kenapa mereka melakukan itu kepadanya. Tapi Jamy benar juga. Daripada dia mengacaukan segalanya, lebih baik dia menunggu kabar di rumah. *** Lika menelepon Jay, untuk memberitahu tentang masalah yang dikatakan Jamy. Lika mondar mandir sambil menunggu telepon diangkat. "Halo," terdengar suara Jay dari ujung telepon. Jay terdengar sangat lelah, mungkin karena kejadian kerumunan di kantor tadi siang. "Halo, Sayang. Aku mau cerita nih, kamu sibuk gak?" "Gua belum bisa bicara ama Elu, belum waktunya." "Dengerin dulu, jadi kejadian di acara waktu itu jelas disengaja. Ternyata Aku dibuat pingsan dan di kurung di ruang janitor." "Lu ngarang dongeng ya?" "Eh, ini bener Yank, Aku gak bohong." "Lika Miana. Udah Gua bilang kasih Gua waktu. Gua belum selesai mikirin semuanya. Sekarang Elu malah nelpon kasih kabar yang gak-gak." "Sayang, aku cuman mau cerita. Aku kasih tau kamu karena kamu orang spesial di hati Aku. Kan waktu itu kamu marah-marah, ngira Aku sengaja sembunyi." "Gua gak percaya kalau Lu dijahatin orang. Coba Lu pikir, apa alasannya. Lu ngelakuin sesuatu yang bikin orang gak suka? sampe harus ngurung Elu segala?" "G-gak sih ..." "Lu ada masalah sama para model?" "Gak juga ..." "Trus, apa alasannya? jangan ngomong sembarangan kalau gak tau apa alasannya." Lika berpikir dengan keras. Siapa kemungkinan yang melakukan itu padanya. Dengan siapa dia bersitegang, dan dengan siapa dia tidak akur. Namun, Lika tak dapat menemukan jawabannya. Menurutnya dia akur dengan semua orang, dan tak pernah mempunyai musuh. "Napa Lu diem? Lu emank selalu bertindak tanpa berpikir ya, Lu ceroboh, tukang bikin masalah, selalu sesuka hati dalam bertindak. Ini yang buat Gua gak suka ama Lu!" "M-Maaf Yank ..." "Jangan panggil Gua "Sayang" lagi. Gua gak nyaman dengernya!" Jay memutuskan teleponnya. Lika terdiam lalu terduduk lemah. Dia memakan cemilan yang dia temukan di laci samping tempat tidurnya sambil terisak. "Salah Gua apa sih? hiks ... Gua cuman mau cerita, kenapa malah jadi gini, huweee ... K-Khun Jay jahat. Hiks ... hiks," TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN