Buaya Ganteng Thailand

984 Kata
"Gua gak mau bicara," ucap Lika kemudian, lalu berbalik. "Gua mau minta maaf. Gua udah nyakitin Elu, Gua minta maaf!" Lika terhenti, dia menutup matanya erat, "Fokus Lika, jangan tergoda. Inget Khun Jay udah nyakitin Elu." "Stalker ... maksud Gua ... Lika," Lika otomatis membuka matanya, tatkala Jay menyebut namanya. "Buka dulu pagarnya. Gua pengen ngomong serius." "Bodo!" Lika sebenarnya ingin memeluk bahkan kalau perlu memanjat Jay, karena dia sangat merindukan laki-laki itu. Namun, di hatinya masih tersimpan kesedihan akibat perlakuan Jay. Dia tak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Lika bergegas masuk ke rumahnya tanpa menoleh kebelakang. "Lika! Gua mau bicara, bentar aja! ijinin Gua masuk!" Lika bersandar di balik pintu. Dia menutup telinganya, berusaha untuk tidak mendengarkan Jay. Lika perlahan mengintip dari jendela, tampak Jay masih berdiri di luar pagar, "Biarin dah. Kalo capek dia juga bakal pulang." Lika beranjak, melepaskan tas sandangnya, lalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Salah, jika berpikir bahwa Lika akan mandi ketika pulang di malam hari. Bahkan saat pulang bekerja pun dia tak pernah mandi. Dia hanya mencuci muka, dan tangan serta kaki dengan air seadanya. Lika, anti mandi malam. Tepatnya dia hanya mandi sekali sehari. Keseringan mandi bisa menyebabkan remantik, dan bakal repot karna bisa merubah wajah jadi estetik. Menurutnya. Tiga puluh menit kemudian, Lika keluar dari kamar mandi, lalu mengintip dari jendela lagi. Jay masih disana. Mungkin karena lelah, kali ini dia bersandar di pagar. Sambil mengusir nyamuk yang menyerangnya. Lika menghela nafas, lalu pergi ke dapur untuk memasak dua bungkus mie. Tentu saja ditambah dua butir telur serta sosis untuk makan malamnya. Empat puluh lima menit kemudian, Lika sudah selesai menghabiskan dua bungkus mie rebus yang dia masak dengan sepenuh hati. Saat itu, hampir pukul sepuluh malam, Lika kembali memeriksa keberadaan Jay. Alangkah terkejutnya Lika, bahwa Jay masih tak bergerak dari tempatnya. "Anjirrr, Khun Jay kenapa sih ... kan aing jadi gak tega." Lika mengintip sekali lagi, tangannya memegang gagang pintu, dia ingin keluar untuk menghampiri Jay. Perasaan dan otaknya mulai berperang. "Buka ... gak ... buka ... gak ..., adoh gimana nih?" Lika uring-uringan sambil mengacak rambutnya, "Gak bisa. Pokoknya Gua harus tahan banting. Gak boleh lemah ama buaya ganteng kayak gitu," Lika mengepalkan tangannya, "Tapi ... kasian, pasti bentol-bentol dah Sayang akuh digigit nyamuk. Mai! (tidak). Biarin aja di digigit nyamuk. Apa urusan ama Gua? kan kita ude putus. Tapi ... kalau Khun Jay jadi sakit gimana ... Biarin! mau dia sakit kek, apa kek, bodo amat? tapi, Aaaaa!" Lika melompat-lompat tak kesal karena dia tak masih saja plin plan. Pukul sebelah lewat dua puluh menit. Mobil Jay berbunyi, Lika yang dari tadi mengawasi Jay dari dalam rumah langsung menghambur dan mengintip. Jay akhirnya beranjak dari rumah Lika. Lika menghela nafas lega, dia langsung masuk ke kamar untuk merebahkan diri. "Akhirnya pulang juga. Buset dia yang nungguin di luar kenapa jadi Gua capek?" Lika mendesahh lalu menatap potret Jay di samping tempat tidurnya. "Gua always say orang ganteng mah bebas. Sultan mah bebas. tapi sebenarnya mana bisa gitu. Mentang-mentang Gua Bucin, Khun Jay jadi seenaknya ama Gua. Ude buat Gua saket ati, sekarang enak-enakan nyamperin Gua lagi? ow tidak bisa," Lika mengambil tisu lalu menyeka potret Jay, "Tapi kamu kok makin hari makin ngegas sih yank gantengnya, kan Gua jadi lemah, anjirr bet nih jantung Bucin, bisa Gua donorin gak sih!" Keesokan harinya. Pukul tujuh lewat empat puluh pagi, Lika memakai sepatu ketsnya sambil melompat-lompat kecil, sepotong roti tawar tersumpal di mulutnya. "Mampus, gua telat! bakal ngomel panjang dah nih si Jamy nanti." Lika mengunci pintu, lalu segera berlari membuka pagar rumahnya. "Eh Buset!" Lika terbelalak, karena melihat Jay sudah berdiri di luar pagar dengan setelannya yang rapi, Jau tersenyum kearah Lika, membuat Lika oleng ke belakang. "Khun Jay! ngapain di mari?" "Mau ketemu kamu," Jay mendekat. Namun Lika segera menghindar. Lika memakan semua roti di mulutnya lalu mundur beberapa langkah, "Jangan deket-deket. Berdiri disana aja," ucap Lika. Kay berjalan selangkah demi selangkah. Dia berhati-hati seperti orang yang sedang berusaha menangkap untuk ayam. "Kamu mau ke kantor? Aku antar, ya?" tanya Jay. Dia berjalan selangkah lagi dengan pelan. "Gua bilang jangan gerak! aish siialann," Lika akhirnya berbalik dan bergegas lari dari Jay. "Lika, tunggu!" Kay mengikuti Lika. Lika melirik ke belakang lalu makin mempercepat langkahnya, "Aih, Khun Jay maunya apa sih." Lika kini mulai berlari kecil. "Lika, berhenti bentar ..." ucap Jay terengah-engah. Lika melihat ke belakang, "Wuaaa!" Lika berteriak, karena Jay semakin dekat dengannya. Dia akhirnya berlari dengan kencang. Jay kewalahan mengejar Lika. Lika seperti atlet lari yang dengan cepat menghilang dari pandangan Jay. "Eh buset! tu cewe kecil-kecil, larinya kencang juga. Wuahhh! capek." Jay akhirnya menyerah. Dia menatap kearah Lika yang sudah menghilang, lalu berbalik ke belakang, "Anjirr mobil Gua ketinggalan. Mana jauh lagi, hah!" Jay menghela nafas, lalu berjalan dengan lelah untuk mengambil mobilnya. *** "Ncel? Lu abis nguli? kenape keringat Lu banyak begini?" Jamy melihat Lika yang baru saja tiba dengan terengah-engah. "Huah! Gua semaput. Minum, mana minum," Lika menerobos masuk ke ruangan Jamy lalu meminum jus yang terletak di atas meja. Jus jambu milik Jamy yang sudah diminum setengah. "Lu ya! ude telat, malah ngabisin jus Gua ..." "Nanti dulu ngomelnya, hah, Gua tepar nih, mau pingsan." "Lu abis ngapain? bajak sawah?" "Mending Gua bajak sawah dah, dari pada gini." "Ngomong yang jelas, elah." "Gua abis dikejar buaya!" "Buaya apaan?" "Buaya ganteng. Hadeh, bengek." "Gila nih anak. Jangan nyante-nyante Lu di ruangan Gua! nih," Jamy Memberi Lika setumpuk dokumen, "Bikin laporan bulan ini, terus setor ke Gua sebelum sore." "Adoh Jam, nanti napa sih, gak liat nih? Gua hampir kenak ayan?" "Bodo, pokoknya beresin. Ude sana keluar ke ruangan Elu." Jamy, menarik Lika, meletakkan setumpuk dokumen ke tangan Lika, dan mendorong wanita itu keluar dari ruangannya. "Eh si Bangsul, tega amat sih Lu ama Gua!" Lika berteriak, lalu menarik nafas dalam, "Hah, gara-gara buaya ganteng Thailand nih. Gua jadi menderita." TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN