LIMA BELAS
"Zena gapapa kok. "lagi ucapan itu membuat Pandu kesal pada Zena.
Saat ini Zena sedang duduk di atas kasur kamarnya--kamar Pandu sambil menonton acara televisi sedangkan Pandu nampak kesal pada Zena yang terlihat biasa saja padahal tadi kakinya tergelincir. Ia yakin pasti Zena kesakitan apalagi jika mereka di rumah orang tuanya pasti orangtuanya akan menasehati panjang kali lebar padanya yang tak becus menjaga istrinya sedang hamil besar.
"Mas Pandu gak usah khawatir. Oh ya mas Pandu kok tiba-tiba dateng sih, kenapa gak bilamg Zena dulu? "tanya Zena pada Pandu yang juga duduk dengan kaki diselonjorkan ke depan.
" Aku ke sini karena aku ingat perjanjian kita. "
" Perjanjian yang mana? "
" Masak kamu gak inget sih? Perjanjian dimana kita harus terlihat harmonis di depan orang tuaku. "Pandu menghela napasnya dan entah mengapa ia terlihat berat mengucapkan kalimat tadi.
" Hah? Maaf Zena lupa, "ucap Zena yang merasa bersalah melupakan suatu hal.
" Hmm tak apalah, aku keluar dulu. "
" Ikut! "
" Kaki kamu sakit. Udahlah di sini aja. "
" Enggak, enggak mau. Aku mau ikut mas Pandu!" rengek Zena menatap memohon pada suaminya yang terlihat sudah berdiri sambil merapikan pakaiannya.
"Dasar keras kepala. "Pandu pun akhirnya membantu Zena berdiri dan terlihat jika Zena baik-baik saja.
" Tuh kan, keseleo dikit kok. Jadi cepat sembuh. "Zena menunjukkan kakinya yang nampak tak terasa sakit dan rasa sakitnya terasa hilang tadi saat dipeluk oleh Pandu.
"Yaudah, tapi tetap aku harus megang tanganmu."
"Aku jalan sendiri kok." Zena sebenarnya merasa senang ditawari oleh Pandu tapi ia mencoba sedikit jual mahal pada Pandu.
"Yaudah kalau bisa jalan sendiri. "
" Katanya disuruh romantis di depan ibu dan ayah. "Zena mencebikkan bibirnya ketika mendengar ucapan Pandu itu.
" Kamu jadi cewek ruwet banget! Sok jual mahal pula! "Pandu mencoba menahan emosinya melihat sifat Zena yang menurutnya menyusahkan baginya.
Pandu pun menarik tangan Zena untuk berjalan bersama keluar dari kamarnya.
" Ehh jangan cepet dong jalannya, kamu mau aku jatuh lagi? "
...
" Akhirnya kalian keluar juga. "Anggun tersenyum menggoda keduanya yang nampak mesra sekali sehabis keluar dari kamar.
"Ibu, keripik bayamnya udah jadi kan?" tanya Zena antusias.
"Udah dong, kamu duduk saja di ruang keluarga nanti ibu bawakan ke sana. "
" Keripik bayam? "beo Pandu ketika mendengar dua orang yang baru saja berbincang.
" Iya cemilan kesukaanmu nak. Ternyata Zena lagi ngidam keripik bayam lhoh,"ucap Anggun sambil mengusap bahu anaknya.
Zena tersenyum seraya mengusap perut buncitnya sedangkan Pandu menatap perut besar Zena dan mencoba untuk mengenyahkan pikirannya jika itu benar-benar anaknya.
"Zena mau bantu ibu,"ucap Zena dengan nada yang berharap.
"Gak usah, nanti jatuh lagi. Ibu gak mau kamu kenapa-napa! "balas Anggun tegas.
"Tapi Zena mau. "
" Biar Pandu aja yang ngurus Zena bu, dia keras kepala. "Pandu menarik tangan Zena pelan membuat Anggun tersenyum.
Akhirnya mereka berada di ruang keluarga, Pandu membuka jendela rumah agar udara segar masuk ke dalam ruangan itu kemudian ia duduk di samping Zena.
" Kenapa mas Pandu ngelarang aku sih? "
" Ini demi keamanan kamu dan bayi.. Bayi kita. "sedikit berat rasanya jika Pandu mengucapakan 'bayi kita'.
Hati Zena menghangat kala mendengar Pandu mengucapkan 'bayi kita' seakan akan itu menandakan Pandu bisa menerima anak yag dikandungnya ini. Tapi jika mengingat Pandu perhatian kepadanya hanya karena di depan orang tua itu membuat Zena ragu jika ia tak mungkin bisa membuat Pandu menerima anak mereka dengan tulus.
Tak lama kemudian Anggun datang membawa nampan dan di atasnya terdapat piring yang menjadi wadah keripik bayam. Kedua mata Zena berbinar menatap apa yang dibawakan oleh Anggun layaknya anak kecil Zena bertepuk tangan bahagia menyambut makanan yang membuatnya mengindam.
Bahan:
1. 2 ikat bayam (daun lebar)
2. 10 sdm tepung beras
3. 2 sdm tepung tapioka
4. 500 ml air
5. Garam (secukupnya)
Bumbu halus:
1. 4 butir kemiri
2. 4 siung bawang putih
3. 1 sdm ketumbar, sangrai
4. 2 lbr daun jeruk, iris
Cara pembuatan:
1. Masukkan bahan halus ke dalam blender bumbu.
2. Beri sedikit air.
3. Haluskan
4. Campurkan tepung beras dan tepung kanji dan bumbu halus.
5. Beri air sedikit demi sedikit hingga sedikit encer
6. . Celup bayam ke dalam adonan tepung
7. Masukkan ke dalam minyak panas, goreng hingga kecoklatan menggunakan api sedang
8. Tiriskan dengan tissue dapur atau kertas minyak.
"Nih dimakan lho ya, oh ya nanti ibu ada arisan kalian di rumah sendiri gapapa kan? "tanya Anggun pada Zena dan Pandu.
Zena mengambil keripik bayam itu dan dimakan dengan lahapnya. Hatinya lega apa yang ia mau keturutan, hal paling membahagiakan bagi ibu hamil sepertinya.
" Lha ayah kemana bu? "
" Ayah ke pak RT mungkin ayahmu ingin refeshing seperti biasa kan ayahmu pikirannya harus tenang. "kata Anggun.
" Oh gitu, ya bu. "
" Yaudah ibu pergi dulu ya. "
" Hati-hati bu. "
Pandu menolehkan pandangannya ke samping melihat Zena yang sedang makan, Zena menikmati keripik bayam buatan Anggun yang menurutnya super duper enaknya mantul.
" Mas Pandu mau? "tanya Zena pada Pandu sambil menjulurkan tangannya yang membawa keripik bayam tapi bekas baru gigitannya walau sedikit.
" Enggak usah. "
" Kata ibu, ini makanan kesukaan mas Pandu. Emang mas Pandu gak mau. "
" Enggak. "
" Harus mau ya? "paksa Zena sebab ia ingin melihat Pandu memakan keripik bayam itu.
"Iya deh ya." tangan Pandu terulur ingin mengambil keripik bayam namun segera ditahan oleh Zena.
"Biar Zena yang suapin. "Zena tersenyum manis lalu tangannya terarah ke depan bibir Pandu, Pandu pun membuka mulutnya menerima suapan dari Zena.
" Enakan? "tanya Zena.
Pandu menganggukkan kepalanya sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya. Zena diam dan tengah memikirkan sesuatu agar kondisi ini tak terasa canggung.
" Kalau Zena pingin sesuatu, mas Pandu mau nurutin gak? "tanya Zena pada Pandu.
Lantas Pandu menoleh menatap Zena yang raut wajahnya terlihat memohon padanya.
" Pingin apa? "
" Zena pengen es. "
" Kamu mau buat aku dimarahin sama orang tuaku? "
" Kalau buah nanas? "
" Zena... "Pandu menatap tajam pada Zena.
" Hehe bercanda kok, Zena pengen jalan-jalan."
"Kemana? "
" Simpang lima gumul gimana? Zena udah lama gak ke sana. "
...
Suara tangisan anak kecil itu menggema di ruangan kosong bernuansa putih namun hanya ada lampu berukuran kecil yang biasanya berwarna kuning guna menerangi ruangan itu tapi tetap saja tak membuat ruangan itu menjadi terang benderang.
" Ampun momy, ampun hiks hiks. "suara anak kecil itu terlihat sangat ketakutan disertai tangisannya yang menggelegar.
"hahaha." terdengar suara wanita dewasa sedang tertawa mengerikan dan ditangannya itu membawa garisan yang terbuat dari besi.
Wanita itu dengan kejamnya tanpa berpikir panjang memukuli anak kecil itu hingga bagian tubuhnya ada yang terkena goresan sampai berdarah. Sakit, perih itulah yang dirasakan sosok anak kecil perempuan itu. Ia menangis berulang menatap memohon pada wanita itu agar menghentikan aksinya untuk memukulinya namun wanita itu seakan tuli tak mau mendengarkan tangisannya yang histeris.
Bukan hanya kali ini saja wanita itu berulah tapi sudah beberapa kali. Karena masa lalu itu membuatnya berperilaku seperti ini. Sedari kecil ia mengalami depresi berat karena kedua orang tuanya meninggal sama-sama saling membunuh dan itu tepat di depannya apalagi saat itu ia masih berusia anak-anak.
Tawa menggelenggar dari mulut wanita itu terdengar mengerikan semakin membuat anak kecil itu tak berdaya. Tubuhnya yang kecil tak kuasa melawan wanita dewasa itu, ia hanya bisa menangis dipukul berapa kali sampai pada akhirnya ia jatuh pingsa tak sadarkan diri.
"Aku bahagia... "Wanita tersenyum lebar setelah melihat anak itu pingsan.
...