Alexander tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia tidak perduli jam berapa saat ini. Tak peduli sedingin apa sekarang. Hanya coat tebal yang sekiranya mampu menghangatkan tubuhnya. Alexander terburu-buru menuju garasi. Berjalan cepat menghampiri sebuah mobil sport pabrikan Jerman. Porche Cayenne berwarna hitam metalik yang menjadi satu-satunya mobil favorit pria itu. Alexander langsung memutar kunci lalu kakinya dengan cepat menancap pedal gas. Mobilnya melesat menabrak angin malam. Kedua tangan mencengkram setir mobil dengan sangat kuat. Rahangnya mengencang seiring dengan jantungnya yang mengetuk dengan cepat. Ada perasaan bersalah yang besar dari dalam hati pria berdarah Oliver itu. Menyesal mungkin terdengar sangat klise. Bahkan pria itu ragu jika dirinya pantas mengucapkan kalimat