BAB 14 LELAKI MISTERIUS 2

1913 Kata
Seorang lelaki tampan dengan bola mata berwana biru berjalan menyusuri hutan berantara yang paling dalam, ia masuk kedalam sebuah bangunan yang tak berpenghuni terlihat dari lumut-lumut yang menjalar di sekitar dinding bangunan dan daun-daun yang bertebaran di sekitar bangunan tersebut. Saat lelaki itu menaiki tangga yang hanya berjumlah tuga itu, terlihat angin bertiup saat lelaki itu menapaki kakinya di tiap tanga, seakan angin itu keluar dari langkah kakinya. Saat ia tiba di depan pintu utama tanpa melakukan apapun pintu itu terdobrak sendiri oleh angin kencang dan terciumlah aroma darah yang pekat dari dalam bangunan. Saat pintu terbuka terlihat empat lelaki yang sedang berpesta porah dengan sebuah bangkai manusia terletak di atas meja panjang. “Kau lama sekali?” ujar salah satu lelaki. “Maaf aku punya urusan sedikit tadi.” Ia duduk di salah satu kursi yang telah di siapkan oleh temannya. “Jadi apa yang akan kita lakukan?” ujar salah satu lelaki lagi menatap lelaki yang bermata buru. “Untuk sementara kita menetap di sini, ada yang menarik dari kota ini.” Ujar lelaki yang bermata biru sambil menyeringai. ***** Hari yang paling di tunggu Alesiya tiba yaitu hari sabtu di mana ia dan Daniel tidak memiliki jam pelajaran hari ini. Namun wanita itu tetap kekampus pagi sekali untuk mencari Amanda yang entah wanita itu kemana, sudah tiga hari wanita itu tak ia jumpai membuat cemas. Saat tiba di ruang Amanda lagi-lagi ia tidak melihat wanita itu, ia bertanya pada salah satu teman Amanda dan ternyata Amanda pulang kerumah orang tuanya, karena ada yang harus ia lakukan. Mendengar hal itu membuatnya kecewa, mengapa Amanda tidak mengatakannya. Dengan wajah muram ia berjalan-jalan di belakan kampus hingga langkahnya terhenti pada sebuah danau kecil yang ada dalam hutan. Wajah muramnya seketika berubah cerah saat melihat Zaki ada di danau itu yang sedang memancing ikan seorang diri. Dengan langkah cepat ia mendekat namun saat lima langkah dari lelaki itu, wajah Amanda terbayang dalam pikirannya. “Apa yang aku pikirkan.” Batinnya  dan dengan pelan ia melangkah mundur berusaha untuk menjauh, tapi suara ranting kayu yang tak sengaja ia injak membuat lelaki itu menoleh dan mentapnya. “Apa yang kau lakukan di sana?” ujar Zaki sambil meletakkan pancingnya dan mendekati Alesiya. Saat lelaki itu mendekat wanita itu malah berjalan mundur hingga lagi-lagi ia menginjak sebuah kayu dan membuatnya terjatuh tersungkar. “Apa kau tidak apa-apa?” lelaki itu membantu Alesiya berdiri mengenggam tangannya menuntunya duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari danau. Wanita itu hanya bungkam saat lelaki itu memeriksa lututnya yang sedikit memar. Zaki meraih sapu tangan yang ada di sakunya dan membungkus lutut wanita itu lembut. “Kalau jalan hati-hati yah?” ujar Zaki lembut. “Kenapa kau baik sekali padaku?” tanya Alesiya menatap lelaki itu. “Apakah karena wajahku?” lanjutnya lagi. “Apakah berbuat baik membutuhkan alasan? Aku berbuat baik karena aku tidak memiliki alasan apapun. Karena ini murni dari dalam hatiku yang ingin berbuat baik.” “Jadi aku baik kepadamu bukan karena wajahmu atau hal lain. Itu semua murni karena keinginaku sendiri. Bahkan jika orang lain yang jatuh aku pasti akan menolongnya. Karena manusia ditakdirkan untuk saling menolong.” Zaki mengakhiri perkataannya dengan mencubit hidung mancung Alesiya membuat wanita itu tertawa. “Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan disini?” tanya Zaki yang duduk di samping Alesiya. “Tidak ada, aku tadi mencari Amanda karena sudah tiga hari aku tak menemukannya dan ia tak memberi kabar membuat kucemas dan ternyata ia pulang kerumah orang tuanya.” Lelaki itu mengangguk menanggapi. “Apa kau suka menangkap ikan?” lanjutnya. “Iya, ini hobby ku sejak kecil, dengan memancing pikiranku akan menjadi tenang.” Mereka berdua mengobrol sambil mengajarkan Alesiya cara menggunakan alat mancing. Keakraban mereka mulai terjalin, wanita itu tak lagi menghindar ia akan menyerahkan semuanya pada takdir dengan apa yang akan terjadi kedepannya. Tanpa mereka berdua sadari sedari tadi seorang lelaki mengawasi mereka berdua di sebuah pohon besar yang tak jauh dari tempat Alesiya dan Zaki. Sambil menyeringai lelaki itu berkata. “Kau akan menjadi milikku.” Dan menghilang di gantikan dengan angin yang bertiup. Tiupan angin itu membuat bulu kudung Alesiya meremang, ia memalingkan wajahnya ke arah pohon yang tak ada siapapun. “Mungkinkah hanya perasaanku saja?”batinnya sambil memeluk tubuhnya yang dingin. Menyadari wanita itu kedinginan Zaki melepas syal yang ia pakai dan mengaitkannya di leher putih Alesiya dengan lembut. “Ayo kita pulang.” Ajak Zaki dan di balas dengan anggukan. Lelaki itu emberikan pelukan hangat pada Alesiya menuntunya menuju mobil yang ia parkir dan mengantar wanita itu kembali ke apertemennya. Saat tiba di apetemen seperti biasa Daniel berdiri di depan masuk menunggu wanita itu. Lelaki itu menghampiri Alesiya saat melihat wanita itu turun dari mobil yang langsung meninggalkannya. “Kamu pulang dengan siapa?” “Aku pulang dengan Zaki.” Lelaki itu hanya mengangguk dan memegang tangan Alesiya menuntunnya masuk keapertement. ***** Esok harinya di pagi yang cerah seorang wanita cantik dengan rambut terurai yang berwarna hitam melangkahkan kakinya menapaki lantai menju ruangan seorang wanita cantik yang masih terlelap dalam mimpi indahnya di balik selimut tebal yang hangat. Wanita yang memiliki nama lengkap Amanda rin itu berjalan sambil meneteng sebuah kantongan besar. Dengan jemarinya yang lentik ia mengetuk pintu yang berbahan mohoni itu dengan pelan. Namun wanita yang ada didalam tidak memperdulikan dan lebih memilih untuk tidur. “Untung aku punya kunci kamarnya.” Amanda meraik kunci kamar dari dalam tasnya. Sejak berteman dengan Alesiya mereka memutuskan untuk masing-masing menyimpan kunci kamar dengan begitu mereka bebas masuk kapanpun. Dengan mengeluarkan sedikit tenaganya, wanita itu mendorong pintu berbahan mahoni itu. Ia tersenyum melihat pemilik ruangan yang bernama Alesiya itu masih berada di balik selimut. Ia menaruh bawaaanya dan menghapiri Alesiya. Dengan kasar ia menarik selimut membuat wanita itu berteriak marah. Namun saat melihat sang tersangka, wajah marahnya tergantikan dengan senyum bahagia dan dengan cepat ia memeluk wanita itu dengan wajah polos. “Kamu kemana saja? Aku kangen sekali? kamu tak pernah memberiku kabar membuatku sangat cemas.” Lirih Alesiya yang mulai berkaca-kaca dalam pelukan Amanda. “Maafkan aku, kemarin aku buru-buru pulang, jadi tidak sempat memberi tahukanmu dan sialnya lagi ponselku rusak dan aku tak hapal nomormu jadi tidak bisa menelpon.” Kata Amanda sambil menepuk punggung Alesiya lembut untuk menenangkannya. Wanita itu tersenyum melihat tingkah Alesiya yang seperti anak kecil. “Kamu tidak kekampus yah?” “Tidak, Aku lagi malas saja.” “Kalau Daniel? Dia kemana?  Tumben tak bersamamu?” “Ahhh, dia ada di kampus, maklum dia anaknya rajin.” Selesai mengobrol sebentar wanita itu memberikan Alesiya oleh-oleh yang ia bawa dari rumahnya. Melihat wajah senang Alesiya membuat wanita itu kembali tersenyum. ***** Saat pukul dua siang mereka berdua keluar untuk berjalan-jalan, mereka berbelanja dan mencicipi setiap makan yang mereka lewati. Kini mereka berada di taman menikmati anak-anak yang bermain bersama dengan keluarganya. Sebuah bola kasti tiba-tiba terbang ke arahnya dengan cepat hingga orang biasa tak akan melihat bola itu. Namun berbeda dengan Alesiya ia menyadari bola itu mengarah kepada mereka berdua. Tangan Alesiya meraih tubuh Amanda memeluknya dan memutar ke arah kanan membuat mereka berdua tejatuh dan saat itu juga tedengar suara pecahan kaca dari sebuah toko bunga yang tak jauh dari tempat mereka berdua. Dinding kaca toko itu pecah berhamburan di akibatkan sebuah bola yang tiba-tiba melayang kearahnya. Jika saja bola itu mengenai Amanda maka bisa di pastikan wanita itu akan tewas. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Alesiya cemas. “Aku baik-baik saja, untung saja kau menarikku.” Alesiya membantu Amanda berdiri namun pekikan keras membuat ia sadar. Lutut Amanda memar ia tak bisa berjalan. “Naiklah di punggungku?” Alesiya berjongkok di hadapan Amanda. “Tapi aku berat.” “Tidak apa, aku kuat kok.” Akhirnya Amanda melingkarkan tangannya pada leher wanita itu membiarkan Alesiya mengangkatnya. “Terima kasih.” Kata Amanda dan di balas dengan anggukan kecil. Tanpa mereka berdua sadari seorang lelaki tampan memakai hodie hitam yang sedari tadi mengawasi mereka menyeringai. “Ini semakin menarik, ternya dia punya saudara kembar,” kata lelaki itu dan menghilang tertiup angin. Saat tiba di apertemen mereka bedua di sambut oleh seorang lelaki yang memiliki hobby menunggu di lobby appertemen siapa lagi kalau bukan Daniel. Lelaki itu menghamiri Alesiya dengan wajah cemas. “Apa yang terjadi?” tanyanya sambil mengambil alih tubuh Amanda. “Nanti saja aku cerita.” Daniel membawa Amanda yang ada di atas punggungnya menuju kamar wanita itu. Saat tiba di ruangan wanita itu dengan cekatan ia mengoleskan obat pada lutut Amanda yang memar. Wanita itu terdiam menatap lelaki itu yang mengobati lukanya. Sedangkan Alesiya hanya terduduk diam di ranjang Amanda memikirkan siapa yang melempar bola itu kearah mereka. Dengan kecepatan bola itu, bisa di pastikan bahwa yang melempar bukanlah manusia biasa. “Tidak usah cemas, mungkin ada anak yang tak sengaja melempar ke arah kita.” Seru Amanda saat melihat wajah cemas dan serius Alesiya yang memikirkan kejadian tadi wanita itu hanya mengangguk menanggapi. “Semoga saja apa yang aku pikirkan salah.” Batin Alesiya. **** Seperti biasa Alesiya dan Daniel berangkat ke kampus bersama menggunakan motor baru berwarna hitam dan terlihat keren. Saat Alesiya menceritakan bahwa ia bertemu seorang lelaki yang tampan dengan menaiki sepeda motor yang keren membuat Daniel tak mau kalah, akhirnya keesokan harinya lelaki itu menyuruh rangga untuk membelikannya sepeda motor yang keren dan paling mahal. Lelaki itu tersenyum menatap wajah Alesiya yang berbinar melihat sebuah motor mewah berada di samping mobil Daniel. Dengan wajah gembira wanita itu menaiki motor dan duduk di belakan Daniel sambil memeluknya. Sedangkan Amanda berangkat duluan kekampus dengan Zaki yang pagi-pagi sekali lelaki itu datang menjeputnya. Saat Alesiya dan Daniel tiba di kampus, seperti biasa banyak wanita yang menatap benci ke arah Alesiya yang selalu berada di sisi lelaki itu. Sehingga wanita yang lain tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Daniel. Saat berjalan di koridor Alesiya meminta Daniel untuk membelikannya sebuah motor dan lelaki itu pun menyetujuinya. Tiba di kelas lagi-lagi banyak mata yang menatap mereka. “Dasar wanita tak tahu diri.” Tanpa Alesiya sadari, seorang wanita menatapnya benci lalu meninggalkan kelas. **** Pelajaran pertama selesai, tiga puluh menit lagi pelajaran selanjut dimulai. “Masih ada waktu sebelum jam selanjutnya.” “Daniel aku ketoilet sebentar yah?” kata Alesiya pada lelaki di sampingnya dan di balas dengan anggukan kecil. Alesiya berjalan menuju toilet, tanpa ia sadari seorang wanita mengikutinya dari belakan saat Alesiya tiba di toilet. Ia membasuh wajahnya mulusnya dan membilas tangannya. Namun saat ingin keluar tiba-tiba saja sebuah tangan membekap mulutnya. Aroma obat bius dari sapu tangan itu masuk kedalam hidung Alesiya hingga membuat tubuh wanita itu melamah. Dengan sisa tenaganya ia memberontak, mendorong wanita itu kuat hingga terjatuh. “Apa yang kau lakukan?” dengan sisa tenaga dan pandangan yang mulai mengabur Alesiya bertanya. Namun wanita yang belum di ketahui siapa langsung mengambil apapun yang bisa ia gapai dan memukul kepala Alesiya. Darah menetes dari pelipis Alesiya namun ia masih berusaha untuk mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang. Dengan langkah tertatih wanita itu berusaha keluar dari dalam toilet memanggil siapa pun. Namun lagi-lagi wanita itu memungut satu tangan yang berisi obat bius dan membekap Alesiya sekali lagi. “Zaki tolong aku ...” Lirihnnya sebelum kesadarannya menghilang. Wanita itu menyeret tubuh tak berdaya itu keluar dari toilet. Jam pelajaran dimulai beberapa menit yang lalu saat mereka berdua berkelahi dalam toilet. Memudahkan wanita itu keluar tanpa ketahuan siapa pun. Ia membawa Alesiya menuju sebuah gudang yang tak terpakai lagi. Wanita itu mengunci Alesiya dalam gudang yang kotor dan gelap. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN