BAB 19 KEKUATANKU KEMBALI?

1656 Kata
Jam menunjukkan pukul dua siang, Daniel bangun dari tidur panjangnya. Ia membersihkan diri setelah itu ia keluar kamar menuju kamar sebelah. Saat membuka kamar Alesiya. Lelaki itu menganga tak percaya. Lelaki itu mengerjapkan mataya memastikan apa yang ia lihat. Ruagan yang terlihat seperti langit malam yang penuh dengan bintang-bintang. Lelaki itu mendekati Alesiya yang masih berkutat dengan tidur siangnya. Ia guncang tubuh wanita itu pelan, namun wanita itu hanya mengeluh dan tak memperdulikan lelaki itu. “Apa kekuatanmu sudah kembali?” lelaki itu membisikkan sebuah kalimat di telinga Alesiya. Saat itu juga wanita itu membuka matanya cepat. Saat matanya terbuka dan mendudukkan dirinya. Ilusi yang ia buat tanpa sadar menghilang seketika. Ruangan itu kembali seperti semula. Wanita itu menatapa kamarnya. Tak terjadi apa-apa. “Mana mungkin kekuatanku kembali.” Kata wanita itu pelan dan kembali membaringkan badaanya. “Tadi aku lihat ruanganmu seperti langit malam. Sepertinya kekuatanmu telah kembali,” ujar Daniel sambil menarik tubuh Alesiya kembali duduk menatapanya. Wanita itu menatap Daniel kesal. “Gean yn beweging.” Wanita itu menatap buku yang ada di atas meja belajar. Dengan mengucapkan sebuah mantra ia menatap buku-buku itu berharab bergerak dan terbang seperti yang ia inginkan. Namun wanita itu hanya menelan kenyataan. “Tuh kan. Kekuatanku mana mungkin kembali,” kata Alesiya kesal. “Maaf. Aku kira kekuatanmu kembali. Soalnya tadi-“ perkataan lelaki itu terpotong. “Sudahlah aku lapar. Buatkan aku makanan.” Tak ingin mendengar alasan Daniel wanita itu mendorong lelaki itu menuju dapur. Memintanya untuk membuat makan. Akhirnya lelaki itu pasrah. Mungkin hanya halusinasinya saja. Kekuatan Alesiya sudah di segel, jadi wanita itu tak mungkin mengunakan kekuatannya. Saat Daniel sibuk memasak di dapur. Wanita itu sibuk membersihkan diri dalam toilet. Saat masakan buatan Daniel telah siap wanita itu juga telah menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya. Meraka berdua makan dengan damai tampa ada pembicaraan. Selesai makan mereka menghabiskan waktu berjalan-jalan di taman bermain. Wanita itu memakai hodie, celana jens dan sebuah  topi. Ia  menggulung rambutnya untuk menutupi beberapa helai yang berwarna putih. Sedangkan Daniel memakai celana jens dan kaos biasa berlengan pendek. Mereka berkeliling taman yang telah ramai oleh pengunjung. Saat melewati toko penjual aksesoris. Wanita itu berhenti dan membeli dua bando imut. Bando yang memiliki telinga singa di asanya sedangkan bando yang satu bertelinga kelinci. Wanita itu memaksa Daniel memakai bando itu yang menurutnya sangat imut. Sedangkan lelaki itu beranggapan memakai bando itu sangat memalukan. Namun tak tega melihat wajah memelas Alesiya akhrinya ia setuju. Sepanjang perjalan para pengunjung menatap mereka berdua dan berbisik-bisik melihat keromantisan mereka berdua. Tanpa sadar Alesiya mengandeng tangan lelaki itu dengan lembut di sepanjang perjalanannya menikmati taman bermain dengan wajah ceria. Namun wajahnya berubah senyum kecut mendapati sosok lelaki yang sangat ia cintai lagi bermesraan dengan sahabatnya. Pemandangan yang ada di hadapannya membuat ia semakin cemburu. Wanita itu melepas genggamannya pada tangan Daniel. Berusaha untuk mundur menjauh. Ia masih tak rela menyaksikan lelaki yang ia sukai bersama dengan sahabatnya. Saat wanita itu melangkah mundur tiga langkah. Sebuah tangan meraih tangannya. “Kau harus bisa menerima kenyataan,” ujar lelaki itu. Wanita itu hanya diam. Daniel menarik wanita itu mendekati Zaki dan Amanda yang tak jauh dari tempatnya. Memaksa wanita itu untuk melihat kenyataan. Zaki dan Amanda menyadari keberadaan mereka berdua. Mereka mendekati Alesiya dan Daniel. “Wahh, kalian juga kesini jalan-jalan?” ujar Amanda. Alesiya hanya mengangguk kecil dan memaksakan senyuman di wajahnya. Walau hatinya kini menjerit sakit hati dan cemburu. “Ayo kita kesana?” Amanda menujuk sebuah wahana biangalala. Menarik Alesiya mendekat ke wahana tersebut. Saat mereka beremat ingin menaiki wahana tersebut. Bayangan tetang lelaki yang ia temui kemarin membuat ia ragu. Wanita itu menegok kesana kemari. Menatap setiap pengunjung. Ia takut lelaki itu mengawasinya. “Ada apa?” tanya Zaki. “Tidak ada.” Akhirnya wanita itu pasrah. Mereka berempat menaiki bianglala. Zaki dan Amanda duduk di kuri yang sama sedangkan Alesiya dan Daniel duduk di kursi yang sama. sehingga mereka saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Sepanjang putaran Alesiya hanya diam, menyaksikan kemesraan Zaki dan Amanda yang terlihat sangat bahagia. Saat ia menunduk lagi-lagi ia terbakar cemburu. Mereka bedua memakai sepasang sepatu couple berwarna putih. Ia bernapas pelan, ia alihkan pandangannya pada jendela bianglala menatap pemandangan yang ada di bawah dengan menahan tangis. Ia tak bisa menatap Zaki dan Amanda. Ia tahu matanya kini berkaca-kaca. Setelah putaran terakhir, Alesiya meminta izin sebentar untuk ke toilet. Saat ia di toilet ia membilas wajahnya. Memperbaiki dandanannya. Berusaha senormal mungkin. dengan wajah ceria yang ia buat-buat wanita itu melangkah ke kafe tempat ke tiga temannya menunggu. “Maaf aku lama,” ujarnya dan duduk di samping Daniel. “Tidak apa-apa.” Saat ingin mengecek menu makan, Daniel mencegahnya. “Aku sudah memesan makan kesukaanmu,” kata Daniel, wanita itu hanya tersenyum. Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Alesiya senang, Daniel sangat mengerti dirinya dan mengetahui makanan kesukaannya. “Aaaa.” Amanda memotong daging sapi dengan garpu dan sendok setelah itu menyodorkannnya pada mulut Zaki. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya namun ia tetap  membiarkan Amanda menyuapinya. Melihat kelakuan Zaki dan Amanda membuat Daniel kesal. Dengan wajah cemberut lelaki itu juga menyuapi Alesiya. “Aaaaa.” Awalnya wanita itu enggan memakannya namun Daniel mengedipkan mata memberinya isyarat. Akhirnya ia memakannya dan tersenyum malu. Tanpa Alesiya sadari, ternyata Zaki melihatnya dengan tatapan cemburu. Menyadari perubahan wajah Zaki, Daniel semakin melancarkan rencananya. “Wahhh, kalian romantis sekali? Kenapa kalian tak pacaran saja?” ujar Amanda membuat Zaki dan Alesiya tersedak makanan. “Sebenarnya aku juga mau pacaran dengannya. Sayangnya ia menolakku,” kata Daniel kembali memanaskan suasana. “Sangat disayangkan. Lelaki setampan dirimu malah di tolak,” sambung Amanda. Alesiya hanya diam begitupun dengan Zaki. Daniel mengangguk.  “Aku harus lebih berusaha lagi untuk mengejar wanita di sampingku.” Mendengar hal tersebut membuat Alesiya lagi-lagi tersedak. Daniel tersenyum menatap wajah Zaki yang mulai berubah. “Tenyata ia termakan umpan.” Ujarnya kecut. Demi kebaikan Alesiya, lelaki itu akan membuat Alesiya kembali kepada Zaki. Walau tak bersamanya, setidaknya Alesiya bahagia dengan lelaki yang ia sukai. Sejak kejadian di kampus saat semua orang menuduh Alesiaya sebagai pembunuh saat itulah ia sadar bahwa Zaki masih memperdulikan Alesiya. Yang perlu ia lakukan adalah membuat lelaki itu menyadari persaannya sendri. Setelah makan bersama, hari semakin gelap. Zaki kembali ke apertemennya. Sedangkan Amanda menumpan di mobil Daniel dan Alesiya karena apertemen mereka sama. saat berada di life Amanda meberikan Alesiya dan Daniel sebuah undangan. “Beberapa minggu lagi aku akan ulang tahun. Aku akan mengadakan pesta kecil-kecilan di rumahku. Aku harap kalian datang yah!” mereka berdua hanya mengangguk. Setelah itu life berhenti di lantai dua. Wanita itu keluar yang di iringi oleh selama malam untuk mereka berdua. **** “Bunuh mereka semua.” Gelas yang ada di pegangan Alesiya terjatuh dan pecah berkeping-keping. Daniel yang ada di sampinya, menatapnya khawatir. “Ada apa?” tanya Daniel namun wanita hanya diam menutup kedua telinganya. “Bunuh mereka semua.” Suara itu lagi. “Ada ap-“ “DIAM!” perkataan Daniel terpotong dengan bentakan Alesiya. Wanita itu gemetar ketakutan. Suara-suara itu kembali. “Kau adalah vampire. Mereka tak akan menerimamu.” Tetes air mata mengalir di pelupuk matanya. Keringat dingin tak luput dari pelipisnya. Daniel semakin cemas dengan keadaan Alesiya. “Kau bisa membunuh Amanda dan memiliki Zaki seutuhnya.” “Tidak ... tidak.” Hanya satu kata yang terucap di bibir pucatnya yaitu “tidak”. Daniel mendekat menenangkannya. Saat Daniel ingin memeluk tubuh ringkik itu. Tiba-tiba saja mata Alesiya berubah merah dan seketika itu juga mendorong Daniel hingga terpental jauh menabrak dinding kamar. Darah segar keluar dari bibir lelaki itu. Ia hanya menatap Alesysia sendu yang tak bisa mengontrol dirinya sendiri. “Akan ku bunuh kalian semua.” Kalimat menyeramkan keluar dari bibir wanita polos itu. Alesiya melangkah mendekati Daniel dengan mata yang kini berubah merah yang semakin lama semakin mengelap. “Sadarlah, Alesiya.” Daniel berteriak sambil mundur menjauhi wanita itu. “Akan kubunuh kalian semua.” Sekali lagi. Kalimat menyeramkan itu lolos dari bibirnya membuat Daniel semakin takut dan cemas. Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi seorang lelaki bermata biru menyaksikan dari balkon yang ada dalam ruangan Alesiya. Lelaki itu menyeringai melihat Alesiya yang tak bisa mengendalikan dirinya. Kuku-kuku wanita itu mulai memanjang. Ia bersiap-siap untuk melayangkan cakaran namun Daniel segera mencegah tangannya dengan sekuat tenaga. Luka yang di akibatkan oleh Alesiya membuat ia tak berdaya. “Sadarlah. Aku mohon, Alesiya!” bentak lelaki itu dengan menatap Alesiya sendu. Namun, wanita itu masih tak dapat mengendalikan dirinya. Alesiya lagi-lagi menghempaskan tubuh Daniel ke ranjang hingga rajang itu terbelah dua. Daniel terbatuk mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Wanita itu melangkah, dengan tangan kirinya ia mencekik leher Daniel yang mulai tak bertenaga. Lelaki itu hanya menatap Alesiya sendu dan memanggil-manggil nama wanita itu. Leher Daniel mulai mengeluarkan darah segar akibat kuku-kuku panjang Alesiya yang menusuk masuk kedalam daging leher lelaki itu. “Alesiya, sadarlah,” lirih lelaki itu. “restich bliuwe.” Sebuah mantra terucap dari seorang lelaki bermata biru yang sedari tadi mengawasi mereka berdua. Tubuh Alesiya kembali seperti semula. Kuku-kunya memendek dan matanya juga kembali seperti semula. “Maafkan aku,” lirih wanita itu sebelum kegelapan menghampirinya. Hingga tubuhnya jatuh menimpa tubuh Daniel yang penuh dengan luka. Dengan sisa tenagannya, Daniel memindahkan tubuh Alesya ketempat yang lebih nyaman. Dengan langkah gontai lelaki itu melangkah menuju balkon. Namun belum sempat ia melihat lelaki bermata biru itu. Sebuah tangan tiba-tiba memukul tengkuknya hingga ia tak sadarkan diri. “Belum saatnya kau mengetahui siapa aku.” Lelaki itu membaringkan tubuh Daniel asal. Lelaki bermata biru itu menatap seisi ruangan Alesiya. “Berantakan sekali,” ujarnya. “werom nei normaal en wekker wurde.” Setelah mengucap mantra, Seisi ruangan kembali seperti semula. Bahkan dinding yang retak dan ranjang yang terbelah dua kembali seperti semula seakan tak terjadi apapun. Lelaki itu memindahkan kedua tubuh tak berdaya itu keatas ranjang dan tersenyum menyeringai. Kedua tubuh itu ia buat berpelukan. Seakan mereka telah melakukan kegiatan panas di malam hari. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN