BAB 20 KARENA AKU MENCINTAIMU

1834 Kata
Kesokan harinya, Amanda menaiki lift naik ke lantai tiga. Dengan wajah ceria wanita itu melangkah dengan meneteng sebuah kantong pelastik. Wanita itu mengetuk pintu kamar Alesiya, namun wanita itu tak kunjung membukannya. Akhrinya wanita itu mengambil kunci cadangan yang ada dalam kantonya dan membuka pintu mahoni itu dengan pelan. Tanpa permisi wanita itu masuk dan meletakkan kantong pelastik yang ia bawah di meja yang ada di dapur. Masih dengan wajah ceria wanita itu melangkah kekamar Alesiya dan betapa kagetnya ia menatap sahabatnya yang tidur berpelukan dengan seorang lelaki. Ia semakin mendekat untuk melihat jelas lelaki yang memeluk Alesiya dan saat itu juga wanita itu tersenyum. Jadi selama ini sahabatnya pacaran dengan Daniel. Wanita itu bernapas lega, dia pikir sahabatnya dan pacarnya saling menyukai. Ternyata dugaannya salah. Tak ingin melewat moment berharga tersebut, dengan wajah tersenyum menyeringai wanita itu mengabadikan moment tersebut dalam poselnya. Tak hanya satu foto yang ia ambil, ia mengambil dari segala arah dan tersenyum pada kedua sahabatnya yang masih tertidur pulas. Wanita itu masih mengambil foto dan saat itu juga cahaya flash kamera membangunkan Alesiya. Masih dalam proses mengumpulkan nyawa, wanita itu menatap makhluk di hadapannya yang tersenyum menyeringai di hadapannya. “Sejak kapan kau di sini?” kata Alesiya yang sesekali menguap. Saat wanita itu ingin mendudukan tubuhnya, saat itu juga ia sadar. Sebuah tangan melingkar di perutnya. “What the hell!” wanita itu menatap horor pemilik tangan, betapa terkejutnya ia melihat siapa yang memeluknya. Dengan wajah kesal wanita itu mendorong lelaki yang masih tertidur besama dewi-dewi mimpi.  Dorongan itu membuat lelaki yang memeluknya tadi terjatuh dari ranjang sehingga tercipta suara erangan kesakitan. “Apa yang telah kau lakukukan padaku? Dasar m***m!” tangan Alesiya mengambil bantal yang ada di sampingnya, dengan wajah memerah wanita itu memukuli Daniel yang masih setengah sadar. Lelaki itu membiarkan Alesiya memukilinga dan sesekali ia menguap. Tak lama kemudia bola matanya membulat, menyadari apa yang telah terjadi. Aku di mana? Ruangan yang ia tempati sekarang bukanlah ruangannya. Jadi bisa di pastikan ia berada di kamar Alesiya sejak tadi malam. “Maafkan aku, tadi malam kamu demam tinggi jadi aku harus menjagamu semalaman,” kata Daniel berbohong. Ia tak mungkin menceritakan apa yang terjadi. “Apa kau ingat?” lanjutnya dan bernapas lega saat wanita itu menggeleng polos. “Syukurlah ia tak ingat,” Batin Daniel. Perkelahian antara Alesiya dan Daniel membuat Amanda tersenyum geli. Tak disangka ternyata kedua sahabatnya berpacaran. Amanda terbatuk kecil untuk menyadarkan kedua temannya yang tak memperdulikan keberadaannya. Akhirnya, setelah lima menit kedua sejoli yang bertengkar itu akhirnya menyadari keberadaan Amanda. “Pagi-pagi kalian berdua romantis sekali.” Perkataan Amanda, membuat kedua sahabatnya menatapnya kesal. “Aku tak sengaja tidur di sini,” kata Daniel berusaha mengelak. “Jangan bohong deh, kalian berdua pasti bermesraan tadi malamkan?” “Tidak!” kedua sahabatnya berteriak bersamaan dengan wajah tersipu malu. Amanda hanya menatap keduanya tersenyum geli. “Masih tidak mau mengaku,” batin Amanda. Setelah memberikan oleh-oleh dari orang tuanya, akhirnya Amanda kembali ke ruangannya untuk bersiap-siap ke kampus. Begitu pun dengan Alesiya dan Daniel bersiap-siap untuk kekampus. ***** Saat Alesiya dan Daniel berjalan di koridor kampus, lagi-lagi mahasiswa memperhatikan mereka berdua sambil berbisik-bisik dan tersenyum-senyum. Perasaan Daniel mulai tak enak. “Masalah apa lagi ini?” Batinnya. Langkah mereka berdua berhenti di pintu kelas. Daniel merasa sesuatu pasti telah terjadi di kampusnya, sehingga semua mata tertuju padanya.  “Somoga hanya perasaanku saja,” batinnya sebelum membuka pintu. “Selamat, yah?” keduanya melogo. Sebuah baliho besar terpajang di dalam kelas yang bertuliskan “Pasangan kampus terfavorite, Alesiya dan Daniel” selain itu foto-foto mereka berdua terpajang di dalam kelas. Mulai dari foto saat Daniel mengendong Alesiya, saat menyelamatkan wanita itu, bahkan foto saat tadi pagi juga terpajang di kelas. Daniel menatap Alesiya yang di sampingnya. Wanita itu tak bergeming. Mungkin wanita itu kaget melihat foto-foto mereka berdua. “Siapa yang memasang foto-foto ini?” Daniel mendobrak meja membuat semua temannya diam. “Foto-foto kalian sudah terpajang sebelum kami datang,” kata salah satu temannya. “Bukankah seharusnya kalian senang?” kata teman sekelasnya yang lain. “Kaliankan sudah resmi pacaran, jadi tidak ada salahnya untuk merayakannya kan?” Lanjut temannya lagi. Daniel tak bisa melakukan apa-apa lagi, ini bukanlah salah teman sekelasnya. Seseorang pasti sengaja melakukan ini. Lelaki itu menatap Alesiya yang masih bungkam. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Daniel. Wanita yang di hadapannya tetap bungkam sambil menatap semua foto-foto yang terpajang. Linangan air mata mengalir dari wajahnya membuat Daniel semakin cemas. Jemarinya mengambil tiap-tiap foto yang terpajang. Sebuah foto yang menunjukkan Daniel mengendongnya saat di gudang. Seharusnya yang lelaki yang ada di dalam foto bukanlah Daniel melainkan Zaki. “Tidak, ini tidak mungkin.” wanita itu mulai menyadarinya. Lelaki yang menolongnya waktu di gudang bukalah lelaki yang ia cintai melainkan Daniel sahabatnya. Wanita itu menghapus air matanya kasar dan berlari keluar dari kelas. “Aku harus berbicara dengannya.” Wanita itu berlari menuju hutan mencari Zaki, lelaki itu pasti di danau, dan betul saja ia menemukannya. “Ada apa?” tanya Zaki menyadari kehadiran Alesiya. “Waktu di gudang siapa yang menolongku? Kau kan yang menolongku?” wanita itu mulai berkaca-kaca. “Maaf, itu bukan aku.” “Tidak, kau pasti bohong.” Alesiya menyangkal. Ia tak bisa menerima. Jelas-jelas yang ia lihat waktu itu adalah Zaki yang menolongnya. “Maafkan aku, yang menolongmu adalah Daniel bukan aku.” Pada saat itu juga Daniel datang dengan ngos-ngosan yang sedari tadi mencari Alesiya. “Aku pergi dulu, mungkin ada yang perlu kalian bicarakan.” Zaki pun meninggalkan Alesiya dan Daniel berduaan di danau. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Daniel khawatir. Alesiya menatap wajah Daniel yang terlihat cemas. “Mengapa kau tak cerita?” air mata yang sejak tadi ia tahan di hadapan Zaki kini runtuh di pelupuk matanya saat menatap sahabat baiknya. “Ada apa? Kumohon jangan menangis.” Lelaki itu menghapus air mata Alesiya dengan jemari besarnya namun Alesiya dengan cepat menepis lengannya. “Kenapa kau tak cerita? Seharusnya kau memberitahuku bahwa bukan Zaki yang menolongku saat di gudang. Mengapa harus kamu yang menolongku. Kenapa bukan Zaki?” Wanita itu menangis histeris dan memukul d**a Daniel pelan untuk menyalurkan kekecewaannya yang selama ini dia salah. “Maafkan aku.” Hanya kata maaf yang dapal lelaki itu ucapkan. “Kenapa harus kamu, kenapa bukan Zaki.” “Dan kenapa kau membohongiku? Seandainya kau memberitahuku lebih awal, aku tak akan terlalu berharap bisa kembali bersamanya. Kenapa kau harus merahasiakannya?”  Masih dengan memukul d**a bidang Daniel. “Kenapa kau membohongiku? Jawab!” Saat itu juga Daniel memeluk Alesiya. Ia tak tahan menatap air mata yang ada di wajah wanita itu. Wanita itu memberontak dalam pelukan Daniel ingin melepas pelukannya, namun lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya. “Maafkan aku, aku berbohong karena aku mencintaimu.” Akhirnya kalimat yang sejak dulu ia pendam akhirnya ia dapat keluarkan. Mendengar pengakuan Daniel membuat tubuhnya lemas. Wanita itu terdiam dalam pelukan Daniel. “Aku berbohong, karena aku tak ingin kau kecewa, saat kau mengira yang menolongmu adalah Zaki kau sangat senang. Aku tahu kau sangat menyukainya. Maka dari itu aku terpaksa berbohong. Aku tak ingin melihatmu menangis dan kecewa,” kata Daniel sambil mengelus pungung Alesiya untuk menenangkannya. “Maafkan aku.” ***** Sejak pulang dari kampus, Alesiya semakin pendiam. Ia tak berani menatap wajah Daniel. Kejadian di danau membuat ia syok. Apa yang harus di lakukannya? Lelaki itu pasti menderita kerenanya. Sama halnya seperti dirinya. Menyukai seseorang yang tak mencintainya. dia telah menyakiti sahabat baiknya. Kini mereka berdua berada di ruang makan. Mereka makan dengan damai dan terlihat canggung. Daniel bernapas berat menatap Alesiya yang masih tak ingin menatapnya. “Sampai kapan kau mendiamiku?” tanya Daniel namun wanita itu tetap diam ia sibuk menatap piring yang kosong. “Aku memang sangat mencintaimu, namun aku tak bisa memaksamu untuk menyukaiku. Aku bisa menunggumu untuk berbalik hati kepadaku.” Lanjutnya dan memberika senyuman untuk menangkan wanita di hadapannya. “Maafkan aku.” Lirih wanita itu. “Tidak apa-apa, hanya saja. Bisakah kita kembali seperti semula? Seperti saat tak terjadi apa-apa?” tanya Daniel. wanita itu hanya mengangguk pelan dan kembali menundukkan kepala. Daniel tersenyum dan tangan kirinya mengacak-acark rambul Alesiya membuat wanita itu memanyunkan bibirnya. “Kau tak perlu mencemaskan perasaanku. Aku akan menunggumu, kapanpun hatimu siap menerimaku.” Kata Daniel untuk menangkan Alesiya yang masih tetap diam. **** “Sampai kapan kau akan tetap di sini? Kau tahu sangat berbahaya jika kita berlama-lama di sini. Kita harus pergi secepatnya.” Lima vampire kini berdiskusi dalam sebuah ruangan gelap. Hanya cahaya rembulanlah yang menjadi penerangan di ruangan itu. “Tidak! Kita tidak boleh pergi sebelum aku mendapatkan Alesiya.” Kata lelaki tampan yang memiliki nama lengkap Aland Lee. “Kenapa kau sangat terobsesi padanya?” “Wanita itu istimewa, sama halnya denganku yang seorang Vampire murni yang terlahir dari rahim manusia.” “Apa kau yakin akan membawa wanita itu? Dia punya kehidupan sendiri di sini.” “Aku tak peduli, yang jelas apapun akan aku lakukan untuk mendapatkannya. Walaupun dengan cara menghancurkan persahabatan mereka.” Masih dengan wajah dingin. “Saat Amanda mengadakan ulang tahunnya di rumahnya, bawa Zaki kemari.” Perintah Aland pada temannya. **** Di sebuah ruangan besar nan megah di sebuah kota kecil yang di Jepang, terlihat tiga wanita dan tiga lelaki sedang berdiskusi sambil menunggu pemimpin datang. Suasana dalam ruangan itu terlihat menegangkan saat seorang lelaki paruh baya tiba-tiba masuk dengan wajah dingin dan seorang asisten di sampingnya sambil memegang sebuah berkas. “kota sebelah barat kini di serang oleh beberapa makhluk yang belum bisa di pastikan jenis makhluk tersebut.” Salah satu wanita memulai pembicaraan. Apakah masih belum bisa di pastikan makhluk apa itu?” tanya lelaki paruh baya itu. “Kami hanya bisa menduga bahwa makhluk itu yang menyerang kota yang ada di sebelah barat  adalah seorang vampire,” Kata seorang laki -laki yang ada di hadapan wanita yang pertama kali membuka suara. “kerahkan semua bawahanmu untuk membunuh makhluk itu, kalau bisa cari di mana markas para mahluk itu.” “Baik, tuan,” ke enam anak buasnya berkata serempak sambil berdiri meminta ijin untuk pamit.  “Kalau memang itu Vampire, maka tak lama lagi aku akan menemukan anakku,” batin sang pemimpin itu saat semua anak buahnya telah keluar dari ruang rapat. “Untuk mencari anakku, akan aku pertaruhkan semuanya, walau harus melakukan hal yang berbahaya,”batinya lagi. Tak lama kemudian suara pesan masuk ponsel mengagetkannya. Ia meraih posel yang ada di kantong jasnya. Ia tersenyum menatap nama pengirim pesan yang ada di layar ponselnya. Saat membuka pesan yang bertuliskan. “Ayah, jangan lupa untuk kembali ke Indonesia, ulang tahunku tinggal beberapa hari lagi. Aku harap ayah datang untuk merayakannya.” Setelah menjawab pesan dari putrinya ia terseyum dan menatap sendu foto yang ada di layar ponsel. “Akan sangat membahagiakan saat ia ada.” Lirih lelaki paruh baya itu. “Pesan tiket sekarang juga, aku akan pulang ke Indonesia besok.” Kata lelaki itu pada asistennya. “Baik, tuan.” TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN