BAB 21 MUNGKINKAH DIA ANAKKU?

1693 Kata
Tiga hari telah berlalu sejak pengakuan Daniel pada Alesiya, hubungan mereka berdua yang semula canggung kini membaik seiring berjalannya waktu. Hari ini adalah hari kamis, mereka berdua berangkat ke kampus bersama setelah serapan pagi bersama di kamar Alesiya seperti biasanya. Saat tiba di kampus, seperti biasa. Teman-temannya masih saja tersenyum-senyum melihat mereka berdua. Foto-foto mereka berdua yang terpajang di kelasnya tiga hari yang lalu telah menyebar di seluruh kampus, membuat mereka berdua seketika terkenal sebagai pasangan romantis. Saat Alesiya dan Daniel tiba di kelasnya, sebuah pesan dari Amanda muncul di layar ponsel Alesiya. Kedua matanya tiba-tiba membual dan kaget. Ia telah melupakan sesuatu. “Astaga! Aku hampir lupa,” pekik Alesiya mengagetkan Daniel yang hampir terjungkal akibat suaranya yang keras. “Ada apa?” “Sepertinya kita bolos saja hari ini.” “Sebaiknya kita bolos saja, aku harus mencari kado yang terbaik untuknya.” Wanita itu menarik lengan Daniel keluar dari kelas. Lelaki itu hanya pasrah, membiarkan wanita itu menariknya kemanapun ia mau. Saat menyusuri koridor kampus, lagi-lagi mereka berdua membuat mahasiswa yang melihat mereka ricuh. Tarikan Alesiya pada tangan Daniel terlihat seperti pasangan kekasih yang lagi bergandengan tangan dan terlihat mesrah di mata teman-temannya. Teriakan-terian dan siulan teman-temannya membuat wajah Alesiya bersemu merah akibat malu. Sedangkan lelaki yang ditariknya hanya tersenyum menatap wajah Alesiya yang malu. Mereka berdua mengelilingi mall untuk mencari hadiah untuk sahabat baiknya, tiga jam telah berlalu namun mereka masih belum menemukan hadiah yang bagus untuk Amanda. Akhirnya Alesiya dan Daniel beristirahat sejenak untuk mengisi perut mereka. “Apa yang harus aku beli, aku bingung apa yang akan aku berikan padanya.” Wanita itu memanyunkan bibirnya prustasi. Tiga jam mengelilingi mall tapi tak mendapatkan hadiah yang bagus. Daniel hanya tersenyum menatap Alesiya yang terlihat lucu saat prustasi. “Apa kau punya ide yang bagus? Apa yang harus aku beli?” “Uang pemberian ayah, juga sudah menipis,” lanjutnya sambil menghembuskan napas berat sambil menatap makan di hadapannya. Kini ia tak berselera untuk makan. Walaupun perutnya terus berbunyi untuk meminta untuk diisi namun wanita itu masih enggan untuk menyentuh makanannya. “Seorang sahabat tidak akan meminta hadiah yang mahal maupun yang mewah. Walaupun kau hanya memberikannya hadiah yang sangat murah dan jelek namun jika pemberianmu itu tulus untuknya aku yakin dia akan menerimanya dengan hati dan senang, karena seorang sahabat sejati itu akan menerima apapun yang diberikan oleh sahabatnya asalanya pemberian itu tulus dari hati,” kata Daniel panjang lebar dan pada saat itu juga wanita itu mulai memikirkan hadiah yang menurutnya cocok untuk sahabatnya. “Sepertinya aku sudah tahu apa yang aku berikan padanya,” kata Alesiya yang tiba-tiba berdiri dari duduknya. “Kalau begitu cepatlah makan sebelum makanan ini menjadi dingin,” kata Daniel tersenyum pada wanita itu dan menyuruhnya untuk segera memakan makanannya. Setelah menghabiskan makanannya, mereka kembali ke mall untuk membeli bahan untu membuat hadiah yang akan ia berikan pada sahabatnya yang ulang tahun dua hari lagi. “Apa yang akan kau lakukan untuk kertas oragami itu?” tanya Daniel pada Alesiya yang kini berada di toko penjual buku. “Aku dengar kalau kita membuat 1000 burung dari orangami maka permohonan kita akan terkabulkan, jadi aku ingin membuat burung oragami untuk Amanda sehingga salah satu keinginannya akan terkabulkan.” “Apa kau punya hadiah untuknya?” tanya Alesiya dan lelaki itu hanya mengangguk. Akhirnya setelah membeli bahan untuk membuat burung oragami mereka berdua pun kembali ke apertement. Langit terlihat gelap saat mereka berdua tiba di apertement. Saat masuk kedalam ruangannya, Alesiya langsung mengambil posisi ternyaman untuk membuat seribu burung. Saat Daniel memintanya untuk beristirahat sejenak wanita itu hanya mengelengkan kepala, waktu tak banyak lagi, ia harus menyelesaikannya secepatnya. “Apa perlu aku bantu?” tanya Daniel menatap wanita yang ia cintai terlihat kelelahan. “Tidak perlu aku harus melakukannya sendiri, karena aku takut permohonanannya tidak akan terkabul jika kau membantuku.” Saat jam menunjukkan pukul tiga pagi, wanita itu tersadar Daniel masih berada di ruangannya. Lelaki itu pasti lelah menemaninya seharian. Alesiya menghampiri Daniel yang tertidur di sofa yang tak jauh dari tempatnya. Tangan megapai selimut yang ada di ranjangnya dan menyelimuti Daniel yang tertidur pulas. “Maafkan aku yang telah menyakitimu dan membuatmu menunggu,” batin Alesiya menatap wajah Daniel sendu. Setelah menyelimuti Daniel, wanita itu kembali melanjutkan membuat burung oragami sepanjang malam hingga menjelang pagi datang. Ia tersenyum saat burung terakhir di masukkan ke dalam toples kaca. “Akhirnya selesai juga.” ***** Pada hari jumat, Daniel dan Alesiya bersiap-siap berangkat ke rumah Amanda yang berada di Jakarta. Setelah memberaskan barang-barangnya mereka pun berangkat menggunakan pesawat yang telah ia pesan sehari sebelum berangkat. Di dalam pesawat, Alesiya menyandarkan kepalanya di pundak Daniel. Wanita itu tertidur setelah beberapa kali bolak balik ketoilet untuk memuntahkan isi perutnya. Wanita itu tidak kuat terlalu lama di dalam pesawat, guncangan pesawat membuatnya mual. Setelah meminum obat pereda mual akhirnya wanita itu mulai tenang dan tertidur pulas di samping sahabatnya Daniel. Perjalanan Kalimantan ke Jakarta membutuhkan waktu sekitar tiga jam sebelum tiba di bandara. Di bandara Amanda telah menunggu mereka berdua dengan membawa sebuah spanduk untuk mereka berdua. “Daniel!” teriak Amanda saat melihat Daniel yang mengendong Alesiya di punggunya dan terlihat bingung mencarinya. Satu tangannya yang membawa koper besar membuat lelaki itu terlihat kesusahan. “Daniel!” teriak Amanda kedua kalinya. Akhirnya kedua mata mereka bertemu. Daniel tersenyum dan menghampiri Amanda. “Ada apa dengannya?” tanya Amanda. “Dia mual-mual saat di pesawat. Akhirnya ia bisa tertidur saat meminum obat.” “Ahhh, semoga besok dia baik-baik saja.” Sambil membantu Daniel membawa koper. “Aku juga sudah memesankan hotel untuk kalian berdua selama kalian tinggal di sini.” “Terima kasih.” Mereka berempat masuk kedalam mobil Amanda menuju hotel yang telah di pesan. “Kita di mana?” tanya Alesiya yang masih setengah sadar. Wanita itu teridur layaknya seorang bayi yang polos. “Kita ada di mobil Amanda. Sebentar lagi kita akan tiba di hotel.” Mendengar perkataan Daniel, wanita itu kembali memperbaiki posisi tidurnya di samping Daniel. Amanda yang tegah menyetir tersenyum melihat kedekatan Alesiya dan Daniel. Lelaki itu terlihat sangat menyayangi Alesiya. Setelah sepuluh menit perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di hotel yang telah Amanda pesan sebelumnya. “Kita sudah sampai,” kata Amanda setelah memarkirkan mobilnya. Daniel menguncang tubuh Alesiya dengan lembut untuk membangunkannya. Namun wanita itu masih tak ingin membuka mata. Akhirnya Daniel mengendong Alesiya menuju ruangannya. “Kalian berdua istirahatlah. Aku pulang dulu, masih banyak yang harus aku lakukan di rumah,” kata Amanda di depan pintu ruangan Alesiya. “Sampai ketemu nanti malam,” kata Daniel pada Amanda. Setelah Amanda pergi. Lelaki itu mebuka koper milik Alesiya. Ia merapikan barang-barang milik Alesiya. Menatanya dalam lemari. Setelah membereskan barang-barang Alesiya, lelaki itu mengambil koper miliknya dan keluar kamar Alesiya menuju kamarnya yang ada di sebelah kamar wanita itu. **** Malam harinya Alesiya dan Daniel bersiap-siap untuk kepesta sahabatnya. Alesiya terlihat cantik saat memakai gaun putih. Rambutnya ia tata dengan rapi untuk menutupi rambutnya yang memutih. Untung saja rambutnya yang putih tidak banyak jadi ia dapat menyembunyikannya. Sedangkan Daniel terlihat tampan dalam setelan jas berwarna hitam. Saat tiba di mension keluarga Amanda, mereka berdua bergandengan tangan masuk ke dalam pesta. Kedatangan mereka berdua membuat tamu undangan terlihat ricuh dengan kecantikan Alesiya dan ketampanan Daniel. Mereka berdua terlihat sepasang raja dan ratu. Sebagian para tamu undangan terlihat sangat kaget melihat wajah Alesiya yang mirip dengan putri tuan rumah. “Lihat! Wajahnya sangat mirip dengan Amanda?” para tamu yang tak mengenal Alesiya berbisik-bisik. Mendengar bisikan para tamu tak membuat Alesiya malu. Ia sudah terbiasa, wajar saja banyak yang membicarakannya karena wajah mereka berdua memang mirip seperti saudara kembar. Alesiya terlihat kagum melihat mension Amanda yang sangat mewah. Saat memasuki pesta, terlihat berbagai macam jenis kue. Saat acara di mulai wanita itu hanya fokus untuk mencicipi tiap-tiap jenis kue yang ada di pesta, sedangkan Daniel mengikutinya kemana langkah kaki Alesiya pergi layaknya anak ayam yang mengikuti induknya. “Mom, lihat kesana. Dialah sahabat baikku yang selalu aku ceritakan. Sangat miripkan dengan wajahku?” kata Amanda sambil menunjuk Alesiya yang sibuk mencicipi makanan. Saat wanita paruh baya itu menatap wajah Alesiya, tubuhnya seakan lemas. Matanya berkaca-kaca dan gemetar. “Mungkinkah dia anakku,” batin ibu Amanda. “Ada apa, Mom?” tanya Amanda cemas. “Tidak ada, aku kemabali kekamar dulu.” Wanita paruh baya itu kembali kekamarnya yang ada di lantai tiga. Wanita itu menyadarkan tubuhnya di pintu kamarnya, membiarkan tubuhnya merosot sambil memegang dadanya. Bayangan akan masa lalu terputar di ingatannya. Di mana anaknya di ambil oleh makhluk berdarah dingin dan kejam.  “Dimanakah dirimu sekarang? Apakau baik-baik saja?” batin wanita paruh baya itu sambil memeluk lututnya. **** Saat asyik mencicipi makanan tiba-tiba sebuah pesan masuk di penselnya. Alesiya tersenyum menatap nama Zaki ada di layar ponselnya. Sebuah pesan yang bertuliskan “Temui aku di parkiran. Ada yang ingin aku bicarakan by Zaki” membuat gigi putinya terlihat. “Maafkan aku, aku harus keluar sebentar.” Alesiya meninggalkan Daniel sendirian di dalam pesta. Tak membiarkan lelaki itu mengikutinya. Saat tiba di parkiran, tak ada siapapun di sana. Suasana di parkiran sangat mencekam dengan hawa dingin yang menusuk kulit Alesiya yang terbuka. “Zaki kau di mana?” Alesiya meondar mandir mencari lelaki itu di sekitar parkiran, namun ia tak menemukan siapapun. Akhirnya dengan napas kecewa wanita itu melangkah untuk kembali ke pesta. Saat wanita itu melangkah pergi, sebuah tangan tiba-tiba memeluknya dari belakan dengan erat. “Apa kau merindukanku?” bisikan itu membuat bulu kudung Alesiya meremang. Ia ingat suara ini. “Lepaskan aku. Apa yang kau lakukan pada Zaki?” Alesiya berusaha melepas pelukan lelaki itu, namun ia tak bisa. Berapa kali pun ia mencoba. Kedua tangan lelaki itu masih saja tak bisa di lepas. “Dia aman bersamaku, apa kau ingin menemuinya?” bisik lelaki bernama Aland lee itu di telinga Alesiya. Wanita itu mengangguk kecil. “Kalau begitu ikut aku.” Masih dengan memeluk tubuh Alesiya. “Baiklah aku ikut denganmu.” Akhirnya pelukan lelaki itu lepas. Saat Alesiya ingin memasuki mobil milik Aland sebuah tangan tiba-tiba memegang tangannya. “Kau mau kemana Amanda?” tanya si pemilik tangan yang merupakan seorang lelaki paruh baya. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN