BAB 12 HARI PERTAMA KULIAH

1954 Kata
Keesokan harinya Alesiya bangun dari tidurnya yang nyenyak. Entah mengapa tubuhnya tidak merasa sakit lagi. Ia hampiri Daniel yang sibuk memasak makan di dapur. “Pagi?” ujar Alesiya dengan wajah ceria. “Kau sudah bangun? cepat pergi mandi, jangan sampai kita telat.” Daniel mendorong tubuh mungil Alesiya masuk ke dalam toilet. Dengan wajah cemberut wanita itu menurut. Selesai mandi Alesiya melangkah menuju ruang makan yang ada di dalam kamarnya. Di sana Daniel telah menunggunya dengan berbagai macam hidangan yang tertata rapi di atas meja lengkap dengan secangkir darah segar. “Wahhh, enak sekali. Ini daging apa?” tanya Alesiya setelah mencicipi salah satu makan buatan Daniel. “Ini daging sapi, dan darah ini darah sapi.” Dengan terpaksa Daniel berbohon. Selesai sarapan Daniel memberikan sebuah botol darah untuk Alesiya sebelum berangkat ke kampus. Saat berada di lantai dua, seorang wanita lengkap dengan tas telah menunggunya di koridor apartement. “Bagaimana keadaanmu? Kau membuatku sangat khawatir kemarin,” ujar Amanda sambil mengaitkan lengannya di lengan Alesiya. “Aku tidak apa-apa, maafkan aku membuatmu khawatir.” Saat masuk ke dalam mobil kedua wanita itu tak pernah berhenti bercanda ria satu sama lain. Tidak memperdulikan seorang lelaki yang hanya diam sedari tadi. “Ada apa dengan kalian berdua” tanya Alesiya menyadari ke anehan pada keduanya. Sejak di apartement tatapan Amanda selalu menghindari lelaki itu, begitupun sebaliknya. Terlihat jelas ada sesuatu yang di sembunyikan oleh keduanya. “Tidak ada.” Jawab mereka berdua bersamaan. Saat tiba di halaman kampus, semua wanita yang ada di sana merasa terkejut melihat Amanda, Alesiya dan Daniel keluar dari mobil yang sama. “Wahh, ternyata Amanda punya saudara kembar yah!” salah satu wanita yang ada di koridor kampus berbisik-bisik pada temannya. Amanda tidak memperdulikan ocehan dari para wanita yang berbisik-bisik di belakannya. Ia mengantar Daniel dan Alesiya menuju ruang administrasi untuk memberikan surat perpindahan mereka. ***** Pukul delapan pagi, tidak ada lagi mahasiswa yang berkeliaran di koridor maupun halaman kampus. Mereka semua memasuki tiap-tiap kelas. Alesiya dan Daniel mengikuti seorang dosen menuju kelas mereka. Kini mereka bertiga berdiri di depan pintu berbahan kaca dan bertuliskan PBI 3.01. Suasana dalam kelas menjadi kacau saat mereka bertiga memasuki kelas. Salahkan saja Daniel yang kelewatan tampan membuat semua wanita yang ada di sana terpana dan histeris. Beberapa lelaki juga bersiul saat menatap Alesiya yang terbilang sangat cantik. Dosen yang mengantar mereka berdua memukul meja sehingga semua mahasiswa kembali tenang dan menari pesan yang akan di sampaikan oleh dosen tersebut. “Perkenalkan mereka berdua adalah mahasiswa pindahan dari London.” “Perkenalkan nama kalian.” Dosen tersebut memberi arahan pada mereka berdua. “Perkenalkan nama saya Alesiya lee.” Wanita itu memperkenalkan diri dengan malu-malu terlihat semburan merah tercipta di kedua pipinya. “Perkenalkan nama saya Daniel.” Ujar Daniel dengan suara dingin sehingga terlihat keren. Semua wanita yang ada dalam kelas jelas kembali histeris. “Kalian berdua boleh duduk di belakan yang di bangku kosong itu.” Dosen yang bernama Mr.Resa itu menunjuk sebuah kursi dan meja kosong yang ada di belakan. Mereka berdua melangkah menuju bangku mereka. Namun tiba-tiba saja sebuah kaki mencekal kaki Alesiya membuatnya terjatuh. Semua mata tertuju padanya membuat ia sangat malu. “Ada apa Alesiya?” tanya mr.Resa. “Tidak ada, Pak!” Daniel membantu Alesiya berdiri. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Daniel dan Alesiya hanya mengangguk pelan. Lima menit kemudian Mr.Resa keluar dan di gantikan oleh Dosen lain yang bertugas untuk mengajar. Di bangkunya Alesiya tidak bisa fokus belajar. Hingga sebuah pesan masuk di ponselnya membuat ia tersenyum bahagia. “Bagaimana dengan hari pertamamu?” By Amanda. “Memalukan, aku terjatuh dan semua mata tertuju padaku.” “Apa ada seseorang yang menganggumu?” “Tidak ada.” “Syukurlah." Alesiya sibuk dengan ponselnya dan tidak memperhatikan dosen yang mengajar. Seorang wanita yang tidak jauh dari tempatnya duduk melihatnya sibuk dengan ponsel. “Bu, Alesiya bermain dengan ponselnya!” teriak seorang wanita yang merupakan salah satu teman sekelas Alesiya. Teriakan wanita itu membuat semua orang menatap Alesiya. Namun  wanita itu masih belum menyadari bahwa seorang dengan hawa membunuh telah menatapnya. “Alesiya!” Dosen yang mengajar itu berteriak. Namun Alesiya tidak memperdulikan dan masih  sibuk ngechat dengan Amanda. “Alesiya!” urat nadi dosen wanita itu menonjol menandakan ia sangat marah. Dengan cepat Daniel yang ada di samping Alesiya langsung memukulnya membuat wanita itu kembali ke dunia nyata. Betapa kagetnya ia saat sang dosen telah berdiri tegap di hadapannya dan semua mata tertuju padanya. “Ada Apa?” tanya Alesiya polos membuat dosen itu semakin kesal. Dosen wanita itu mengambil ponsel Alesiya. “Kau keluar!” Sambil mengakat jari telunjuk ke arah pintu. Dengan bernapas pelan wanita itu melangkah keluar kelas dan berdiri menyandar di dinding. Tiga puluh menit telah berlalu namun pelajaran  masih belum selesai karena bosan akhirnya ia melangkah kan kakinya menyusuri kampus. Hingga akhirnya ia berada di hutan yang ada di belakang kampus. “Di sinilah pertemuan pertamaku dengannya.” Batin Alesiya saat melewati sebuah pohon besar tempat Amanda terikat kemarin. Ia masih melangkahkan  kakinya hingga berada di dalam hutan yang paling dalam. Di hutan yang paling dalam terdapat sebuah danau kecil yang jarang dikunjungi oleh siapapun. Wanita itu menepuk sebuah bangku yang tak pernah tersentuh, sehingga debu setinggi 1mm menduduki bangku tersebut. Saat ia menepuk bangku itu debu yang bertebaran mengelitik hidung mancungnya, sehingga terdengar sebuah bersin keluar dari mulutnya. Setelah di rasa debu-debu itu menjauh ia mendudukan dirinya di bangku tersebut. Ia mengatup kedua matanya menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Tiga puluh menit telah berlalu dan wanita itu masih mengatup kelopak matanya. Ia tidak menyadari bahwa tak jauh dari tempatnya seorang lelaki menatapnya sambil memegang sebuah pancing. Lelaki itu menaruh pancingnya dan melangkah mendekati Alesiya yang mengatup kelopaknya menikmati angin sejuk. Saat berada di hadapan Alesiya, lelaki itu tertawa kecil saat mendengar dengkuran halus dari wanita itu. “Ternyata dia tidur,” batinnya. Wajah polos Alesiya saat tidur membuat lelaki yang bernama Ryuzaki itu tak bisa menahan senyumannya. Ia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan mengabadikan wajah polos Alesiya saat tidur dalam ponselnya. Bunyi jepretan ponsel itu membuat kelopak mata itu terbuka dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang. “Zaki,” batinnya. “Kau sudah bangun.” Lelaki itu duduk di samping Alesiya. “Dadaku tidak sakit lagi,” batin Alesiya merasa janggal dengan keadaannya. Biasanya saat dekat dengan lelaki itu maka dadanya akan sakit bagaikan sebuah bilah pisau menggores jantungnya. Namun kali ini berbeda, ia merasa baik-baik saja. “Kenapa diam?” tanya Zaki saat wanita di hadapannya hanya diam tak menanggapi perkataannya. “Maaf.” Ujar Alesiya sambil menundukkan kepalanya tidak berani menatap lelaki di sampingnya. “Bagaimana kau bisa sampai disini?” “Itu ...  aku hanya jalan-jalan sebentar dan menemukan danau ini.” “Bahkan suaramu juga mirip dengan Amanda.” Kata Zaki namun wanita itu tidak menanggapi. “Seandainya rambut kalian juga sama mungkin aku akan mengira bahwa kau itu Amanda.”  Alesiya hanya diam mendengar tidak tahu apa yang harus ia katakan. Di tempat yang lain, Daniel berada di depan kelas menunggu Alesiya sejak jam kuliah selesai namun wanita itu sampai sekarang belum kembali. “Dia kemana.” Tiba-tiba lelaki itu melihat sesorang bejalan di koridor kampus menuju arahnya, dengan senyum di wajahnya ia berlari-lari kecil menghampiri wanita itu namun semuanya menghilang saat mengetahui bukan wanita itu yang ia cari. “Aku kira Alesiya.,” ujar Daniel pada wanita itu. “Ngomong-ngomong Alesiya kemana? Dari tadi aku hubungi tapi tidak diangkat,” ujar wanita itu yang ternyata adalah Amanda. “Ponselnya di sita sama dosen tadi karena ketahuan main hp saat jam pelajaran, dan dia diusir dari kelas.” “Entah di mana dia sekarang, dari tadi aku tungguin di kelas tapi dia tidak muncul.” Daniel dan Amanda kini berada di sebuah kantin yang ada dalam kampus. Mereka memesan minuman sambil menunggu Zaki, sedangkan Daniel hanya menghela napas dari tadi. Lelaki itu bingung mencari Alesiya. “Mungkin dia hanya jalan-jalan sebentar.” Ujar Amanda menenangkan dan lelaki itu hanya mengangguk. “Untuk masalah kemarin aku minta maaf telah memarahi dan membentakmu.” Mengingat kejadian kemarin membuat Daniel merasa canggung di hadapan wanita itu. “Tidak apa-apa, aku sudah maafin kok.” Lima menit berlalu namun Zaki belum menampakkan batang hidungnya, dengan kesal wanita itu menghubungi Zaki dan ternyata lelaki itu bersama dengan Alesiya di hutan. Setelah menghubungi Zaki tak lama kemudian lelaki itu muncul bersama dengan Alesiya dengan wajah terengah-engah. “Maaf Aku lupa kalau kita janjian makan bersama di kantin.” Sambil mengetupkan kedua telapak tangannya di hadapan Amanda meminta permohonan ampun. Namun wanita itu hanya memalingkan muka dan menyilangkan kedua tangan yang mengintimidasi. Alesiya menyadari Amanda marah dia pun mendekat. “Ini bukan salahnya, jadi jangan marah yah!” Alesiya mencoba membujuk Amanda. Mendapat wajah menyesal Zaki dan Alesiya akhirnya hati wanita itu pun luluh dan memaafkannya. Ke empat mahasiswa itu  menghabiskan makan dan minuman mereka sebelum meninggalkan kantin. Zaki mengantar Amanda kembali ke apertement sebelum kembali ke apertemantnya sendiri. Sedangkan Daniel menemani Alesiya untuk mengambil ponsel yang disita oleh dosen. Sebelum mendapatkan ponselnya terlebih dahulu sang dosen memberikan sebuah ceramah panjang pada Alesiya membuat kupingnya terasa panas. Selesai mendengarkan ceramah akhirnya mereka berdua dapat kembali ke apartement. “Akhirnya bisa istirahat, ternyata kuliah melelahkan juga.” Wanita itu membaringkan tubuh lalahnya di atas ranjang miliknya. Daniel mengambil satu botol darah dalam lemari es milik wanita itu dan memberikannya. “Terima kasih.” Sambil menggapai botol pemberian Daniel. “Akhir-akhir ini aku tidak bisa kendalikan diriku untuk meminum darah, tidak seperti biasanya. Dulu aku bisa tahan 3 hari sekali minum darah tapi sekrang satu hari tidak minum darah rasanya ya tubuhku akan panas,” keluhnya panjang lebar. “Mungkin karena efek dari insiden kemarin.” “Ohh iya aku hampir lupa, tadi waktu ketemu Zaki aku tidak kesakitan lagi, mungkin kah mantra penghilang rasa suka pemberian ayahku melemah?.” “Bisa jadi seperti itu.” “Kalau begitu, bisakah aku memulai hubunganku dengan Zaki ...” Ujar Alesiya lirih. “Apa tadi kau bilang? Aku kurang dengar.” “Tidak apa-apa.” Selesai mengobrol ringan lelaki itu kembali ke kamarnya meninggalkan Alesiya yang mulai tertidur di atas kasur dengan posisi yang acak-acakan. ***** Di sebuah hutan belantara terlihat seorang wanita dan seorang lelaki sedang bergandengan tangan berlari menyusuri hutan. Langkah kakinya yang menapaki tanah dingin yang di penuhi oleh daun-daun yang berserakan di tengah malam dan hanya cahaya rembulan yang menemani. Bunyi burung hantu dan raungan segirala menambah kesan menyeramkan namun mereka seakan menulikan pendengaran dan terus berlarih. Hawa dingin seakan menusuk kulit namun keduanya seakan acuh, mereka tetap berlari dengan napas terengah-engah dan peluh membanjiri tubuh mereka. Sebuah ujung kayu yang runcing tak sengaja menggores kulit wanita yang berlari itu membuatnya terjatuh. Darah yang menetes membuat aroma darah wanita itu memenuhi hutan mengundang makhluk penghisap darah semakin menggila. “Ayo cepat berdiri, kita harus pergi dari sini.” Sang lelaki berusaha membantu wanita itu berdiri dengan tertatih wanita dan lelaki itu kembali berlari sekuat tenaga.  “Kita harus keluar dari hutan dan-" perkataan wanita itu tercekal dalam tenggorokan tergantikan dengan bola mata yang membuat menatap makhluk yang ada di hadapannya. “Lari!.” Lelaki itu kembali menarik wanita disampingnya memutar arah menjauh dari makhluk yang menatap mereka berdua. Namun langkah mereka kembali terhalang, mereka berdua di kepung oleh lima makhluk yang mengelilingi mereka. “Aku mohon jangan bunuh aku.” Lelaki dan wanita itu berlutut meminta ampun. Namun kelima makhluk itu hanya menatap dingin. “Wahhh, malam ini kita bisa berpesta,” ujar salah satu makhluk itu dan diiringi dengan tawa para sekawannya dan diakhiri oleh teriakan histeris dari wanita dan lelaki itu di tengah hutan. “Tolongggg.” TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN