BAB 9 UNIVERSITAS

1719 Kata
Pagi hari yang cerah dengan matahari membiaskan cahayanya di seluruh dunia. Burung-burung berkicau di atas langit biru bersama kelompoknya seakan menari di atas langit. Sebuah bangunan tinggi, megah dan kokoh di kalimantan selatan, tepatnya di sebuah pulau terpencil dan sangat luas. Sebuah bangunan dengan dikelilingi oleh hutan berantara yang sangat luas. Di bagian terdalam hutan juga terdapat sebuah danau kecil yang indah namun jarang di kunjungi oleh siapapun. Banguan tinggi dan kokoh itu merupakan sebuah tempat di mana anak remaja yang masih dalam pertumbuhan kedewasaan menuntut ilmu pengetahuan. Namun, tidak sembarang orang boleh menginjakkan kaki di pulau tersebut. Hanya anak tertentulah yang dapat masuk dan menentut ilmu di sana. Sebutlah bangunan itu adalah Universitas Kairin. Universitas Kairin merupakan Universitas yang jarang diketahui oleh orang banyak. Hanya beberapa kalangan yang mengetahui Universitas tersebut dan merupakan suatu kerja sama antara Jepang dan Indonesia. Namun, kedua negara merahasiakan hal ini kepada masyarakat. Karena itu tidak banyak yang mengetahui Universitas Kairin. Pagi hari yang cerah ini, lagi-lagi Universitas Kairin di buat ricuh oleh sekelompok wanita yang berjejer di halaman depan kampus. Mereka berlomba-lomba untuk merias wajah mereka secantik mungkin dengan berbagai macam bedak digunakannya. Tak lupa pula sebagian dari mereka mempersiapkan ponsel di tangan mereka. Tak lama kemudian dua mobil mewah memasuki halaman Universitas. Pengemudi tersebut memarkir mobil di tempat biasa dengan cekatan. Tak lama kemudian seorang lelaki tampan keluar dari salah satu mobil yang terparkir dan di sambut oleh jeritan riuh dari para pengemar lelaki itu. Wanita-wanita itu mulai mengambil foto sana-sini menggunakan ponsel mereka dan ada juga yang menggunakan handicame untuk mengabadikan momen-momen saat lelaki tampan itu keluar dari mobilnya. Selang beberapa menit kemudian seorang wanita keluar dari mobil yang juga terparkir di samping mobil lelaki tampan tersebut sehingga tercipta kericuhan dari para fans lelaki tampan. Para fans lelaki tersebut berdecak kesal melihat wanita yang datang bersamaan dengan idola mereka. “Lagi-lagi si jelek itu datang bersama pujaan hatiku,” ujar salah satu wanita dan menatap wanita yang ada di samping pujaan hatinya dengan sinis. Sebut saja lelaki itu bernama Ryuzaki Santoso dan wanita yang ada di sampingnya yaitu Amanda rin. “Tunggu saja pembalasan ku,” ujar salah satu wanita cantik saat melihat Amanda rin keluar dari mobil di samping Zaki sambil mengepalkan kedua telapak tangannya hingga urat nadinya terlihat. Tak lama kemudian para fans Zaki di bubarkan oleh salah satu dosen yang mengajar di Universitas Kairin. Semua mahasiswa yang memiliki mata kuliah saat itu juga melangkah meninggalkan tempat mereka semula dan masuk ke ruangan masing-masing menunggu dosen yang akan mengajar. “Aku duluan yah!  aku punya jam pelajaran sekarang juga,” ujar Amanda kepada Zaki dan melangkah meninggalkan Zaki yang tersenyum manis kepadanya. Saat Amanda memasuki ruangan semua mata tertuju padanya, para wanita menatap Amanda sinis. Bagaimana tidak, semua wanita ada di ruangan itu merupakan Fans Zaki. Sejak Amanda menjadi mahasiswa baru di Universitas itu, tidak ada yang menyukainya hingga sekarang. Karena itu Amanda mulai terbiasa dengan tatapan sinis para Fans Zaki. Makan di kantin pun ia sendiri, hanya ada Zaki yang menemaninya saat lelaki itu tidak memiliki mata kuliah. Jujur saja Amanda ingin mengadu kepada Zaki tentang keadaanya di kamus hanya saja ia merasa tidak enak mengatakannya. Bibirnya seketika kelu saat menatap wajah tampan Zaki. Ia tidak ingin lelaki itu merasa bersalah atau pun mencemaskannya tiap hari. Hari ini Amanda hanya memiliki satu mata kuliah, jadi saat mata pelajaran selesai ia merapikan buku-bukunya bermaksud untuk kembali ke apertement. Namun, tiba-tiba saja sebuah pesan masuk di ponsel yang ada di genggamannya. “Temui aku di belakan kampus.” Amanda mengehal napas, sudah ia tebak siapa yang mengirim pesan tersebut. “Pasti salah satu fans Zaki,” batin Amanda. Wanita itu melangkahkan kakinya keluar ruangan dan melangkah menuju belakan kampus dengan pelan. Di belakan kampus terdapat hutan berantara yang jarang di kunjungi, hanya ada pepohonan yang besar dan menjuntai ke langit bitu. Saat tiba di belakan kampus di sana berdiri tiga gadis cantik dengan pakaian mewah dan rok yang minim sehingga memperlihatkan paha mulus mereka yang putih.  Mereka bertiga merupakan anak dari salah satu pejabat negara yang memiliki kekuasaan di bidang politik. Amanda mendekati ke tiga gadis tersebut dengan pelan. “Untuk apa kalian memanggilku kemari?” tanya Amanda. “Kau! sudah berapa kali aku katakan untuk menjauhi Zaki!” Salah satu wanita yang bernama Desi memaki dan mengacungkan telunjuk di wajah Amanda. “Aku tidak akan menjauh,” ujar Amanda. “Kau!” Desi mengepalkan telapak tangannya geram, terlihat urat nadi di leher. “Kenapa? Kau ingin memukulku?” ujar Amanda sinis saat Desi ingin melayangkan tamparan di wajahnya. Namun degan cepat Amanda menangkap tangan Desi. “Apa yang kalian berdua lihat? Cepat pukul dia!” ujar Desi memerintahkan taman-temannya atau lebih tepatnya seorang pesuruh. Kedua teman Desi mendekat dan salah satunya melayangkan tendangan di perut Amanda, membuat wanita itu tersungkar sambil memegangi perutnya yang sakit. Amanda mengepalkan kedua tangannya, berdiri dan melayangkan tendangan namun berhasil di tangkis oleh teman Desi yang bernama Dina. Teman Desi yang bernama Rina yang sedari tadi diam melangkah mendekati Amanda dan menamparnya keras membuat wanita itu kembali tersungkar. “Kalian berdua pegang kedua tangannya.” Perintah Desi. Dina dan Rina memegangi kedua tangan Amanda yang kesakitan. Desi mendekati Amanda dan lagi-lagi melayangkan tamparan keras di pipi kiri Amanda. “Inilah akibatnya jika kau membantahku!” lagi-lagi terdengar bunyi keras saat Desi kembali melayangkan tamparan di pipi kanan Amanda. “Walaupun orang tuamu adalah orang kaya, namun tidak sebanding dengan kekayaan orang tuaku. Jadi kau jangan menghalangiku lagi, mengerti!” Desi memerintahkan kedua temannya untuk mengikat Amanda di salah satu pohon besar yang ada di sana dan meninggalkan Amanda seorang diri dengan tubuh yang penuh luka. Tiga jam telah berlalu dan Amanda masih terikat di sebuah pohon besar di belakan Universitas seorang diri. Tak ada satupun yang menemukannya. Kini ia sangan haus dan kelaparan ditambah lagi luka yang ada di tubuhnya membuat ia semangin tak berdaya. “Tolong,” lirihnya. Tak lama kemudia seseorang melangkah mendekatinya. Merasa ada yang mendekat Amanda berusaha untuk menajamkan pengelihatannya untuk meliha siapa yang datang, dan saat itu juga kedua bolamatanya membulat terkejut. “Siapa kamu?” ***** Daniel dan Alesiya tiba di sebuah pulau terpencil yang ada di kalimantan selatan bersama dengan beberapa orang kepercayaan Rangga. Mereka berdiri di depan sebuah Apertement yang sangat mewah dan elegan. “Silahkan masuk, Tuan.” Daniel dan Alesiya melangkah masuk, sesekali Alesiya melogo terkagum-kagum menatap isi bangunan mewah yang akan ia tempati. Sangat berbeda dengan tempatnya yang ada di hutan. Walau rumahnya berasar dan terlihat mewah, hanya saja minimnya cahaya membuat rumahnya terlihat seperti kuburan. “Kamar nona Alesiya ada di lantai 3 ruang nomor 304 dan kamar tuan Daniel berada di lantai tiga ruang nomor 305.” Ujar salah satu pelayan memberikan kunci kamar. “Silahkan ikut saya, Tuan.” Alesiya dan Daniel mengikuti pelayan itu menuju ruangannya. Saat tiba di kamar Alesiya membuatnya tak henti-hentinya terkagum-kagum. “Akhirnya sifat lucu dan polosnya telah kembali.” Batin Daniel menatap Alesiya. “Kamu suka?” tanya Daniel. “Iya, aku harap jika kita kembali ke hutan. Rumah kita bisa seperti ini.” Kata Alesiya. Selesai mengelilingi ruangannya Alesiya dan Daniel duduk di balkon sambil menikmati makanan yang mereka pesan. “Aku tidak sabar ingin bertemu dengan teman-teman baru. Rasanya seperti apa yah punya teman banyak.” Batin Alesiya. “Apa kau ingin jalan-jalan? Universitas Kairin tidak jauh dari sini.” “Benarkah? Kalau begitu kita keliling dulu.” “Ayo.” Mereka berdua keluar dari apertement dan berjalan kaki menuju Universitas Kairin karena berada di belakan apertement tempat mereka berdua tinggal. Alesiya dan Daniel berjalan mengelilingi Universitas Kairin dan sesekali mengintip dari luar jendela melihat remaja seumurannya menuntut ilmu. Tanpa sadar Alesiya meninggalkan Daniel di lorong yang sibuk mengintip para mahasiswa menuntut ilmu. Tiba-tiba Alesiya melihat seorang gadis yang mirip dengannya di sebuah ruangan yang membedakan hanya rambut mereka. Wanita itu memiliki rambut panjang hitam sedangkan Alesiya memilik rambut yang panjang kecoklatan. “Kenapa wajahnya mirip denganku?” batin Alesiya. “Mungkinkah hanya kebetulan?” Saat melihat wanita yang mirip dengannya keluar dari ruangan, diam-diam ia mengikutinya tanpa ketahuan. “Untuk apa dia kesini? Tempat apa ini.” Alesiya tetap mengikuti wanita yang mirip dengannya, hingga berada di sebuah hutan yang ada di belakan Kampus. “Haruskah aku membantunya?” batin Alesiya melihat wanita yang mirip dengannya di kepung oleh tiga wanita. Kini ia berada di atas sebuah pohon besar sehingga ke empat wanita itu tidak akn menyadari kehadirannya. “O hearsker oardielje de frou.”  Alesiya mengucapkan sebuah mantra kedua matanya berubah merah, namun salesai mengucap mantra tidak ada yang terjadi dan kedua matanya kembai seperti semula. “Apa yang terjadi?” batinnya. “O hearsker oardielje de frou.”  Ia kembali mengucapkan mantra namun tidak ada yang berhasil. “Astaga aku lupa, kekuatanku telah di segel oleh ayah” “Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku menunggu ke tiga wanita itu pergi baru menyelamatkan wanita itu?” batin Alesiya. Alesiya mengepalkan telapak tangannya saat melihat ketiga gadis itu memukuli wanita yang mirip dengannya. Entah mengapa ia dapat merasakan sakit yang di rasakan wanita itu saat di pukul. Ketiga wanita itu memungut tas Amanda dan melemparnya menjauh sebelum mereka meninggalkan Amanda. Saat ketiga gadis itu meninggalkan Amanda terikat seorang diri di sebuah pohon besar barulah ia keluar dari persembunyiannya namun tidak mendekati Amanda. Alesiya merasa ragu untuk mendekat, apa yang harus ia katakan jika bertemu? “Hai, apa kabar?” kata Alesiya pada sebuah pohon. “Tidak-tidak.” “Apa kau baik-baik saja?” katanya lagi pada sebuah pohon. “Tidak-tidak.” “Apa yang harus aku katakan, yah?” batinnya lalu kembali menduduk kan dirinya di tanah yang penuh dengan daun-daun yang berjatuhan. Ia memetik sebuah bunga yang tak jauh dari tempatnya duduk. “Mendekat ... tidak ... mendekat ... tidak.”Alesiya memainkan bunga yang ia pegang dan mencabut satu persatu kelopak bunga itu. Tiga jam telah berlalu dan Alesiya masih berkutat dengan bunga yang ada dihapannya. Ia masih belum menemukan kata yang baik saat bertemu dengan wanita itu. Akhirnya ia pun mendekati Amanda yang terikat tak berdaya. Saat wanita itu menyadari kehadirannya, kedua mata mereka bertemu. Terlihat jelas keterkejutan di wajah Amanda. wanita itu sangat terkejut menatap Alesiya. “Siapa kamu?” kata terakhir yang ia dengar sebelum kegelapan menghampiri Amanda. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN