Dini hari yang begitu dingin, Jani hanya menghabiskan waktunya untuk menatap kekasihnya dalam diam. Sebenarnya Jani ingin bertanya lebih lanjut, terutama perihal bagaimana seorang Andra yang terkenal santai di mata Jani sampai memukul Panji. Memang benar Jani tidak tahu bagian tubuh mana yang Andra pukul. Tapi, Jani mengenal Andra sudah dari kecil. Dia bukanlah orang yang mudah mengangkat tangannya. Kalau pria itu sampai mengangkat tangannya, berarti masalah mereka tidak sesederhana yang Jani pikirkan. Perempuan itu sedikit bergeser ke kiri, mengahadap Panji yang demamnya sudah lumayan turun. Dia tatap wajahnya lamat-lamat. Bulu matanya yang lentik, hidungnya yang bangir, wajahnya yang rupawan, membuat Jani tak serta merta tergila-gila dengannya. Lebih dari apapun, Jani mencintai pribadi