Bagas berlari untuk menangkap tubuh Panji namun sia-sia. Pria itu lebih dulu ambruk dengan posisi tengkurap. Hidungnya kembali berdarah, mungkin saking kerasnya menghantam lantai. Jani juga melakukan hal yang hampir serupa. Dia menoleh dan hampir berbalik saat mendengar pekikan Bagas. Sayangnya, kaki Jani bak terpaku di tempatnya. Dia tidak bisa melangkah kemanapun selain menangkap detik-detik tubuh Panji, pria yang selalu berdiri tegak di belakangnya, pria yang selalu ada di sampingnya, pria yang hampir tak pernah mengecewakannya, sekaligus pria yang tak pernah mengeluhkan akan kekurangannya, tumbang di depan matanya sendiri dengan begitu mengenaskan. Bagas jongkok, membalik tubuh Panji hati-hati. Namun sayangnya, meski sudah dia tepuk pipinya berkali-kali, Panji tetap tak kunjung ter