Part 4

3032 Kata
Alden : Park Hae Jin Amanda : Sejeong Gugudan Itu cuman bayangan author, visual cerita ini ya:) 4-Just Married Lanjutan part sebelumnya (Maaf guys, sebenernya part sebelumnya kepotong) Pagi hari esoknya... Alden sudah bersiap dengan jas kantornya dan kini sibuk merapikan tampilannya dipantulan cermin ruang ganti bajunya. Setelah selesai barulah keluar dari kamar tapi malah dikejutkan oleh suara putri kecilnya yang membawa kue bertuliskan 'Selamat ulang tahun papa' dan lilin berbentuk angka umurnya tahun ini yaitu '36' tahun, sengaja api tidak dinyalakan karena nanti bisa membahayakan Jessi. Alden tau siapa yang menyiapkan kue padanya, siapa lagi kalau bukan maminya--iris---pemilik kue terbesar di kota ini. "Selamat ulang tahun papa, Jessi ucapkan. Semoga papa makin baik sama Jessi yey! "Jessi tersenyum lebar dengan kedua tangannya menyodorkan kue di hadapannya papanya. Alden memejamkan matanya, bayang-bayang dari masa lalu muncul menghantui pikirannya. Senyuman Jessi yang begitu manis mengingatkan seseorang yang telah mengecewakannya dan tak sadar matanya berkaca-kaca tapi segera ia tahan. Janji suci tepat ditanggal ini begitu diingkari oleh seorang wanita yang pernah mengisi hatinya di masa lalu. Kenapa harus ditanggal yang sama? Haruskah ia membenci tanggal ulang tahunnya sendiri? "Kamu ingin apa sayang? "Alden membungkukkan badannya dan menepuk puncuk rambut Jessi yang masih berantakkan. Jessi juga sebentar lagi akan berulang tahun. Jessi belum mandi dan sengaja bangun pagi untuk memberi kejutan pada papanya. Jessi yang sekolahnya memang berangkat agak siang jadi dirinya kini masih memakai piyama warna ungu bermotif donat rasa cokelat dan strawberry. "Nanti pulang sekolah, Jessi pengen ke lumah tante Amanda, boleh? "tanya Jessi bersuara cempreng dan raut mukanya diimutkan. " Boleh. " " Kata nenek, disuluh buat sulat ijin. "Kini kue ulang tahun itu berpindah tangan, Alden membawa kue itu dengan satu tangannya. " Bentar. "Alden masuk ke dalam kamar dan masih membawa kue ulang tahunnya. Jessi pun ikut masuk ke dalam kamar dan Alden kembali di hadapannya Jessi dengan membawa sebuah kalung ID card terdapat fotonya. Sebenernya ia mempunyai banyak benda tersebut dan khusus untuk kartu ijin putrinya ketika akan pergi ke suatu tempat karena di kartu itupula ada alat pelacak yang berukuran mungil tertempel disana. "Jangan dilepas! "Alden memasangkan kalung kartu itu ke leher Jessi. " Siyap pa! "pekik Jessi senang. Seperti anak kecil lainnya, Jessi senang memberikan papanya sesuatu ketika dirinya akan meminta sesuatu pula. " Yaudah papa, berangkat dulu ya. Papa hari ini ada rapat penting, tau rapat kan? " Jessi terdiam mencoba mengingat kembali kata 'rapat' tersebut lalu menggelengkan kepalanya mendadak lupa. " Ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda. " " Gak boleh ditunda? " " Gak boleh, seperti Jessi kalau sekolah gak boleh bolos kan? "Alden mengulas senyum tipis. " Iya. "Jessi mengangguk paham. " Oke, papa pergi dulu. Semangat sekolahnya! " " Semangat mainnya! "Jessi tertawa renyah ketika papanya menciumi wajahnya. " Main mulu. " " Daa papa! Jessi mau sama nenek dulu! "Jessi berlari keluar dari kamarnya diiringi suara gelak tawanya yang membuat Alden tersenyum hangat. Seketika raut wajah Alden berubah saat pandangannya tertuju pada kue yang dibawa dengan satu tangannya. Lantas Alden turun ke bawah dan menyuruh pembantunya tuk membuang kue tersebut. Setelah itu, dirinya berangkat kerja bersama seorang asisten yang sudah berada di layar rumahnya bersama seorang sopir. Beberapa menit kemudian, Jessi turun ke dapur dan meminta pembantu rumahnya membuatkannya s**u. "Jessi!" Seseorang memanggil Jessi membuat Jessi yang sedang asyik bermain dengan gelembung buatannya di ruang bermain di samping ruang keluarga. "Iya opa! "teriak Jessi keluar dari ruangan bermainnya. Ruang bermain milik Jessi pun ada 5 dan letaknya dimana-mana. Jessi melihat opanya menoton televisi di ruang keluarga. " Sini cucu opa. "Jessi mengembungkan pipinya ketika opanya mencubit gemas pipinya. " Itu minuman siapa hayo? " " s**u Jessi. "Jessi langsung duduk di lantai dan menatap s**u rasa vanilla favoritnya. " Jessi pengen pakai sedotan. "Jessi memajukan bibirnya. " Opa, Jessi mau ke dapur dulu. " " Ngapain? " " Ambil sedotan!"teriak Jessi yang sudah keluar dari ruang keluarga. "Jessi hati-hati lho nak! " Kini Jessi berada di dapur dan 8 pembantu ternyata sedang ada di dapur kotor alias dapur yang khusus untuk para pembantu. Dapur rumah ini ada dua yakni, dapur keluarga dan pembantu. " nona kecil, ada apa ke dapur sini? "Seorang pembantu menghampiri Jessi dan menatap Jessi heran. " Jessi mau sedotan. Di dapul sana, habis. "Jessi memajukan bibirnya. " Tunggu disini, bibi ambil sedotan ya. " Jessi mengangguk kemudian memilih duduk di dekat guci namun ia tak sengaja menatap sebuah kotak sampah mungil berada di pojok ruang dapur itu. Jessi berjalan pelan menuju ke sana saat dirasa ada benda yang tak asing dimatanya dan seketika Jessi terduduk lalu menangis sambil meraung. "Kenapa kuenya dibuang huaaa! "jerit Jessi yang menimbulkan para pembantu datang menghampirinya karena merasa khawatir dan cemas. " Ya ampun, kue ulang tahunnya tuan besar. " " Tadi saya disuruh buang sama pak Alden. " " Pak Alden kok jahat ya. " " Duh kasihan si Jessi. " " Itu katanya yang buat nama dari tangan Jessi langsung lho. " Para pembantu sibuk berbisik ria namun Jessi langsung berdiri dan menghadapkan tubuhnya di depan para pembantu rumahnya. " Namanya jahat ya? " " Jadi papa jahat ya? "Jessi menangis sesenggukan. " Itu non emm bukan. " " Pak Alden buaik kok non. " " papanya Jessi baik. " " Jahat huaaa! "jerit Jessi lagi seraya berlari dan mencari omanya. Flashback off ... " Kenapa orang kaya begitu memuakkan? Seenaknya sendiri tanpa tau nasib orang susah kayak apa! " ---Amanda-- "Maaf. "Seorang laki-laki paruh baya memberikan amplop kepada sosok karyawan barunya. " Maksudnya apa pak? " " Amanda sekali lagi saya minta maaf, bapak tidak bisa mempekerjakan kamu. "Pria itu menghela napasnya pelan. " Maksud bapak, saya dipecat? "tanya Amanda yang kini tatapannya tertuju pada amlpop di depannya. " Benar nak. " " Alasannya apa pak? Kemarin saya tidak membuat kesalahan besar apapun, justru kemarin hari pertama bekerja saya disini. "Amanda memandang bingung ke atasannya--pak Iwan. " Bapak tidak bisa mempekerjakanmu disini. " " Ada seseorang yang tidak menyukaiku pak? Tolong pak, beri saya penjelasan!"pinta Amanda dan maniknya mulai berkaca-kaca. Dipecat tanpa adanya alasan yang jelas tentu hatinya sakit. "Seorang petinggi BN'S Entertainment langsung menyuruh saya untuk memecat kamu karena beliau tidak menyukaimu, Manda. Jangan paksa bapak, jika bapak tetap mempekerjakan kamu disini pasti bapak bakalan kehilangan promosi minuman diperusahaan bergengsi itu. Selama ini, bapak mendapat keuntungan besar bekerja sama dengan BN'S Entertainment dan hal langka bagi perusahaan kecil bapak ini mendapatkannya. "Iwan merasa bersalah pada Amanda, padahal baru bekerja kemarin dan hari ini sudah dipecat hanya karena seseorang tak menyukainya. " Seorang petinggi? Siapa itu? "Amanda berpikir keras sejenak. Tak lama matanya membulat setelah paham siapa sosok yang tidak menyukainya ada di sana. " Pak Alden Barnard, direktur utama BN'S Entertainment kan? Saya mengerti. "Amanda mengangguk mantap. " Saya tidak bisa menyebutkan siapa orangnya dan ada surat di amplop itu, kata beliau disuruh baca, "jelas Iwan. " Iya pak, terima kasih mau mempekerjakan saya disini dan mohon maaf kalau saya membuat bisnis bapak akan hancur. "Amanda menundukkan wajahnya dan memejamkan matanya. Setetes air matanya jatuh, segera ia usap cepat. " Bapak yang minta maaf, maaf sekali lagi dan pekerjaanmu sangat bagus. Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini. "Iwan mengulas senyum tipis. " Amin pak, kalau gitu saya pamit pulang. "Amanda beranjak berdiri sembari meraih amplop berwarna cokelat berbentuk panjang. Amanda berjalan lesu keluar dari tempat kerjanya, ia baru bekerja disini sudah dipecat padahal ia merasa tak mengecewakan siapapun bekerja disini kemarin. " Pria itu pastinya, siapa lagi yang membenciku kalau bukan dirinya? "Amanda mencebikkan bibirnya kesal kemudian memilih duduk di trotoar dan mulai membawa surat dari amplop serta di dalam sana ada beberapa selembar uang ratusan ribu. Amanda membaca selembar surat berwarna putih. Isi surat itu tentang perintah untuk berhenti bekerja di area Alden dan Jessi. Amanda meremas surat itu dan membuangnya ke tempat sampah sampingnya. "Oke kalau gitu aku gak akan kerja di sekitarnya begitupula Jessi. Puas kan? Kenapa dia setega itu sama aku? Aku salah apa padanya? Apa hanya karena Jessi ingin menjadikanku sebagai mamanya? "Amanda berdecak kesal, hidupnya sudah sulit dan ini ditambah lagi. " Berarti aku harus berhenti jadi pengantar makanan sekaligus jualan burger dong? Astaga! "Amanda memegang kepalanya dan ia harus meninggalkan pekerjaan yang baru kemudian mencari pekerjaan lagi? 'Emang cari pekerjaan itu gampang apa?! '--batin Amanda. " Kenapa orang kaya begitu memuakkan? Seenaknya sendiri tanpa tau nasib orang susah kayak apa! " " Utang orang tuaku belum juga lunas, mencari perkerjaan pun gak mudah didapatkan. "Amanda mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu melepas jaket tebalnya karena terasa gerah dipagi hari ini tentu gara-gara orang yang menyebabkan kekacauan dikehidupannya. Duduk diam beberapa menit di sini akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke tempat kerjanya yang lain, burger. Sesampainya di sana, ia langsung menemui atasannya yang ternyata memiliki waktu senggang hari ini namun belum ia mengutarakan maksud menemuinnya malah atasannya memberikan dirinya info terbaru. "Jadi gini, nanti malam dan tiga hari tiga malam berturut-turut ada acara bazar malam di Simpang Lima Gumul. Kamu mau gak dapet jatah uang lembur? Lumayan lho uangnya apalagi bazar malam sangat menguntungkan daganganku. " " Apa? Lembur? "Amanda terbata-bata dan merasa tawaran itu cukup menggiurkan. " Kalau kamu gak kuat ya bisa satu malam aja jualannya gak papa, maklum sih begadang sampai tengah malam pula. Acara selesai dini hari. "Seorang wanita muda yang sesuainya berjarak limat tahun di atasnya bernama Sona. Wanita cantik yang sudah memiliki bisnis sendiri dan Amanda merasa iri tentu iri hal baik karena ingin seperti wanita karir tersebut. " Saya mau, mbak. "Amanda tak berpikir panjang langsung mengangguk cepat. " Berapa hari? " " Tiga hari tiga malam saya mampu. " " Eh jangan deh, dua hari aja. Kamu cewek lho, nanti gak kuat dan sakit. " " Enggak kok mbak, saya terbiasa bangun sampai malam, "balas Amanda dan ia terpaksa berbohong kali ini. Amanda sebenarnya tak pernah begadang namun karena tawaran ini sangat bagus untuknya, ia tak akan menolak. " Oke deh, kamu yang mau ya. Saya tidak memaksa. Yaudah kamu hari ini malam aja kerjanya ya? Biar diganti sama yang lain yang tidak ikut lembur. " " Oke kak. " " Terima kasih atas kerja samanya. "Sona mengulurkan tangannya seraya tersenyum ramah. " Sama-sama mbak. "Amanda membalas uluran tangan dari bosnya. ... " Bu Gulu!"teriak sosok gadis kecil nan mungil itu pada seorang guru yang melintas di depannya. "Eh Jessi, iya nak ada apa? "tanya Luna, guru yang dipanggil Jessi. Luna langsung berlutut, memudahkan Jessi berbincang dengannya sebab Jessi yang terlalu mungil seperti anak usia 4 tahun. " Bu Gulu tadi tante Amanda tidak jualan, Jessi lihat bolak-balik sampai kaki Jessi sakit dan capek banget sekalang. Kemana tante Amanda, bu Gulu? "tanya Jessi penasaran kepada Luna. " Bentar ya, bu Luna mau nelpon tante Amanda. "Luna mengangguk paham ternyata Jessi mencari Amanda. " Iya bu Luna Maya. " " Astaga kamu ini. "Luna mencubit gemas pipi Jessi karena dirinya selalu disebut Luna Maya. 'Anak kecil kagak ada akhlaknya' " hihi. "Jessi terkikik geli sambil menutupi pipi chubbynya yang selalu jadi incaran cubitan oleh orang-orang yang memang merasa gemas pada tingkah laku Jessi. " Eh gak diangkat. "Luna mencoba berulang kali menelpon Amanda namun panggilannya ditolak. " Ehmm. "bibir Jessi melengkung ke bawah. " Jessi jangan sedih, mungkin tante Amanda lagi sibuk kerja. " " Bu Luna Maya eh bu Luna, suluh tante Amanda jadi istli papanya Jessi nanti bial gak kelja. Kelja kan bisa capek, Jessi aja gak mau kelja. "Jessi meremas bahu gurunya, Luna melihat manik Jessi berkaca-kaca dengan bibirnya dicebikkan. " Jessi ingin punya mama? "tanya Luna penasaran dan mengusap pipi Jessi. " Iya bu Gulu, Jessi selalu sendilian kalau oma sama opa gak ke lumah. Pokoknya Jessi ingin mama. "Jessi mulai menangis meski tak kencang tapi cukup membuat hati Luna mencelos. 'Kasihan sekali, aku akan coba nemuin Amanda nanti' "Udah jangan nangis ya, bu Luna akan berusaha membujuk tante Amanda." Luna menyeka air mata Jessi dan menyuruhnya untuk tersenyum. Memang Jessi terlihat murung dari kemarin bahkan tak ikut bermain seperti anak-anak lain. Biasanya Jessi ceria dan suka berceloteh bersama teman-temannya namun sekarang malah banyak diam walau masih rajin mengikuti pelajaran sekolah. "Benelan kan bu Gulu? Jangan bohong kayak papa, biasanya olang besal suka bohongin anak kecil. Jessi gak suka dibohongin nanti Jessi malah besal lho. "Jessi teringat ucapan oma dan opanya yang selalu menasehatinya tiap hari kala mereka berdua berada di rumah. " Enggak dong, bu Luna janji akan berusaha mencari tante Amanda. " " Telima kasih bu Luna Maya. " " Haish ada Mayanya lagi? " " Hee. "Jessi menyengir dan raut wajahnya sedikit ceria. " Udah sana, main sama temen-temen bentar lagi juga pulang. " " Iya bu Gulu! "Jessi mengangguk patuh. " Pasti ada alasannya Manda menghindar deh, dia gak setega itu sama anak kecil. "Luna menghembuskan napasnya pelan lalu mulai melanjutkan jalannya menuju ruang guru. ... Alden Barnard sibuk membaca laporan keuangan perusahaannya, selesai membaca barulah ia menandatangani beberapa hal yang ia setujui kemudian diberikan laporan itu pada Direktur keuangan. "Terima kasih Pak Direktur Utama. " " Sama-sama. "Singkat Alden setelah orang itu pergi, ia melanjutkan mengerjakan lembaran-lembaran yang menumpuk. Sebentar lagi ada proyek besar bersama artis tanah air dan perusahaannya akan mengeluarkan produk baru yang akan dipromosikan oleh artis tersebut. "Pak Alden. "Seseorang memasuki ruangannya, ialah sekretaris Megan yang setia mendampinginya disaat perusahaan masih belum sejaya ini sekaligus wanita itu temannya semasa SMA. " Ya? "Alden menatap sekilas ke arah Megan. " "Saya sudah melakukannya seusai perintah, wanita itu tidak akan bekerja lagi di sana. "Sekretaris Megan tersenyum. " Gak ada karyawan jadi aku gak terlalu baku dong. "lanjut Megan. " Bekerjalah. " " Haha iya. "Megan tersenyum kecut, menyukai sosok Alden yang sekarang sangat mustahil baginya mendapatkan hati laki-laki itu. Bertahun-tahun lamanya menyukai Alden semenjak kelas 1 SMA bahkan disaat Alden menikah, rasa cinta Megan pada Alden tak pernah pudar dan saatnya kini berharap cintanya bisa terbalaskan setelah Alden bercerai namun ternyata makin sulit. Alden sangat menutup diri ke wanita tapi Megan masih bersyukur karena Alden masih mau diajak berbincang dengannya dibanding dengan wanita lain yang malah sedingin es sifatnya. "Aku masih banyak pekerjaan, kamu pun juga kan? " " Istirahat bentar ya Al? Kamu belum makan siang, ayo makan bareng di kantin. " " Aku tidak mau makan di kantin, suruh saja asistenku untuk bawa bawakan ke sini. Kau sudah taukan apa yang kusukai? " " Oke, aku telpon dulu asistenmu. " Alden mengangguk saja lalu tatapannya kembali beralih ke lembaran demi lembaran yang harus diperiksa olehnya. " Pak Roy, tolong antarkan makanan yang saya kirim tadi ya. "Megan tengah menelpon Roy---pria berumur 30 tahun--asisten pribadi Alden. 'Iya bu' Megan mematikan teleponnya dan menatap Alden yang masih saja memegang kertas lembaran tersebut. " Ayolah, duduk di sana!"Ajak Megan pada Alden. Megan menunjuk ruangan yang dikhususkan untuk bersantai ria. "Iya, sebentar. Kamu duluan aja. " " Yaudah. "Megan melangkahkan kakinya ke sana. 'Apa dia gak pernah sekalipun melirik aku? '--batin Megan sembari memandangi Alden. Beberapa menit kemudian, Alden dan Megan makan bersama. Alden tersentak kaget saat Megan membersihkan belepotannya dengan tisu dan ia pun menatap Megan yang gugup sekarang. "Aku bisa sendiri, "kata Alden meraih tisu ditangan Megan dan mengelap bibirnya sendiri. " Hmm sebenarnya ada hubungan kamu dengan wanita bernama Amanda itu? "tanya Megan penasaran dan baru ingat. " Tidak ada hubungan apapun, Jessi yang menyukainya dan memaksaku menjadikan wanita itu sebagai mamanya alias istriku. "Alden meneguk air mineral dari gelas kaca hingga kandas. " Mungkin Amanda menyukai kamu Al dan sengaja mendekati Jessi. " " Banyak wanita berlomba-lomba mendekati Jessi bertujuan ingin jadi istriku, tapi hanya dialah yang dipilih Jessi. "Alden menghela napasnya pelan lalu meraih ponselnya yanh berada di atas meja. " Amanda mungkin punya sihir dan mampu melabui Jessi. Harus waspada sama wanita ular kayak gitu Al, kalau bisa sih bikin Amanda jauh dari kota ini. Bakal aku bantu kok. "Megan berkata itu dengan penuh antusias, ia terbakar cemburu kalau beneran Amanda sengaja membuat Jessi menyukainya agar menjadi istri Alden. Megan tidak akan membiarkan itu terjadi. " Mengapa kamu berpikir sejauh itu? Wanita penyihir? "tanya Alden bingung. " Iya bisa jadi tuh, wanita modelannya kayak gitu kan? Padahal bagiku dia jelek dan yah bukan tipemu. Wanita miskin, pakaiannya pun murahan sekali dan tidak cocok bersanding denganmu, Alden. "Megan tersenyum lebar dan sesekali merapikan pakaiannya. " Bukan tipeku? Apa kamu tau tipeku seperti apa? "tanya Alden seraya menaikkan sebelah alisnya. " Kamu pernah berprinsip tidak akan menikahi wanita miskin kan? Ingat Alden, Naomi dari kalangan bawah dan mengambil hartamu saat kamu sudah sangat mencintainya lalu pergi mengejar karirnya eh sekarang sudah berpacaran sama seorang artis, "jawab Megan santai. "Lebih baik kamu urusi pekerjaanmu saja." Rahang Alden mengeras mendengar nama seseorang disebut di depannya dan ia berusaha mengontrol emosinya karena sadar di hadapannya itu adalah teman baiknya semasa SMA. "Kamu mengusirku? Ini waktunya istirahat lho, kan kita selalu begini. "Megan tersenyum manis. " Aku sedang sibuk sekali, bulan depan aku ke Malaysia kalau kamu lupa. " Raut wajah Megan berubah namun kembali tersenyum lebar dan mengangguk," okelah, kapan-kapan kita ngobrol bareng deh. Aku kangen kita berdua bercandaan kayak dulu. " Megan meraih tasnya yang berada di sampingnya lalu beranjak berdiri disusul Alden. Alden menjawab dengan anggukkan singkat saja dan mrmpersilahkan Megan pergi dari ruangannya. Alden duduk kembali dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Masa lalu masih saja muncul dipikirannya, selalu ada nama seseorang yang tak pernah ia hilangkan ah bukan itu tapi sulit dihilangkan bekasnya. Tangan Alden mengambil remot televisi diujung meja kerjanya dan mulai jarinya menekan tombol diremot televisi untuk menyalakan televisi yang berada tepat di depannya berjarak tiga meter dari meja kerjanya. 'Berita hari ini adalah sosok model ternama, Naomi Samantha tengah berpacaran dengan aktor yang kini sedang populer setelah membintangi film 'Love Story'. Kabarnya mereka sudah----' Televisi dimatikan dan Alden merasa panas mendengar berita dari mantan istrinya. Bukan Naomi namanya kalau tidak pernah membuat skandal berkencan untuk pamornya tahun ini, bergonta-ganti pacar sudah menjadi hobby baru wanita itu dan Alden selalu hapal mantan-mantan kekasih Naomi. "Dia selalu berkencan sana-sini tapi tak pernah meluangkan waktunya bertemu Jessi. Untuk menanyakan kabar pun tak pernah dilakukannya, ibu macam apa dia? Untung saja Jessi tidak mengenalnya, aku tidak mau melihat wajah sedih anakku. "Sedingin apapun dikenal banyak orang diluaran sana, Alden tak pernah melakukan sikap itu pada Jessi. Jessi, gadis kecil istimewanya dan apapun ia lakukan untuk putrinya namun permintaan aneh kali ini adalah hal tersulit untuk ia penuhi. Alden berharap Jessi melupakan soal meminta 'mama' padanya. Alden juga sengaja menghindari putrinya dan selalu datang ke kantor lebih awal sedangkan pulangnya di waktu tengah malam hari. "Maafkan papa, papa tidak bisa mengabulkan keinginanmu nak. "Alden memandang sebuah pigura terletak di ujung mejanya. Pigura tersebut menampilkan fotonya bersama Jessi saat Jessi memenangkan lomba fashion show di sekolahannya. Senyuman manis Jessi membuat raut wajahnya sama persis seperti Naomi kala tersenyum, mengapa harus sama dengan sosok ibunya yang tak menganggapnya ada? ... Banyak banget kan? Sengaja author kasih awal awal part itu banyak :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN