Part 3

2836 Kata
Part awal-awal sengaja aku kasih panjang partnya karena belum bisa up tiap hari^^ Author Niwi up cerita ini gak tiap hari ya karena masih mengurus cerita lainnya yang lebih diprioritaskan up tiap hari dan mau tamat juga:) Happy Reading guys! ... 3-Just Married? 'Harta tidak menjamin kebahagiaan' ---Amanda--- Malam ini terpaksa Amanda ijin tidak bekerja dikarenakan Jessi tak mau pulang dari rumahnya bahkan baru selesai mandi dan berganti baju pun tangan mungil Jessi langsung menggenggam tangannya. "Tante Amanda, hali ini papa ulang tahun tapi Jessi gak punya hadiah buat papa. "Jessi mendongakkan wajahnya ke samping, menatap Amanda yang tersenyum lembut ke arahnya. " Terus? "tanya Amanda penasaran. " Tante Amanda ya yang jadi hadiahnya, nanti Jessi bilang ke papa bial jadi istli papa. " " Apa bisa? "Amanda merasa gemas seraya membelai rambut Jessi yang berkuncir satu. " Bisa dong hehe. "Jessi tertawa renyah, siapapun yang mendengar suara cemprengnya pasti akan ikut tertawa seperti Amanda sekarang. " Ayo pulang yuk, tante anter ya? "Amanda memang dikirimi pesan yang berisi alamat tempat tinggal Jessi oleh Luna. " Ndak mau. "Jessi mengembungkan pipinya dan menggelengkan kepalanya cepat. " Nanti Jessi dicariin papa lho." "Jessi masih malah sama papa, tadi pagi kue ulang tahun buat papa malah dibuang sama papa. Kan Jessi malah. "Jessi mendengus kecil dan masih mengingat tadi pagi kue untuk papanya malah papanya sendiri yang membuangnya tentu Jessi marah pada papanya. " Dibuang? "tanya Amanda tak percaya. " Iya tante Amanda, papa gak suka diucapin ulang tahun. Kenapa ya tante? Kan Jessi kepo. "Jessi memajukan bibirnya dan raut wajahnya mendadak berusaha berpikir keras. " Kenapa gak nanya ke papanya Jessi langsung? Alasannya apa gitu. "Amanda juga bingung mendengar celotehan Jessi yang tengah curhat padanya. 'Gak suka diucapin ultah? Kenapa ya? '--Batin Amanda heran dan juga timbul rasa penasaran dipikirannya. " Papa gak mau jawab. "Jessi menggelengkan kepalanya lagi. " Assalamualaikum, Aric pulang--lho siapa ini kak? "Aric pulang ke rumah langsung menatap bingung ke arah Jessi. " Waalaikumsalam, ini Jessi emm murid di TK yang tempat kakak jualan di sana. Habis futsal Ric? "tanya Amanda pada adiknya yang memakai seragam futsal. " Iya kak, minggu depan ada tanding. Doain menang ya kak, nanti uangnya bisa buat uang saku ke Bali. "Aric bersuara lirih sembari melirik kamar Erlena. " Ibu lagi keluar kok, udah sana mandi. " " Hai adek cantik. " " Hai kakak tampan, "balas Jessi sambil mengedipkan kedua matanya. Ingat saja ia tak bisa mengedipkan salah satu matanya. " Kamu tau kata tampan? "Aric merasa gemas mendengar suara cempreng Jessi yang lucu sekali. " Tau, papanya Jessi juga tampan. Paling tampan sedunia hehe. "Jessi menyengir lebar. " Sudah sana mandi, Ric. Bau kamu tuh. "Amanda menegur adiknya yang malah menggoda Jessi tentu Jessi yang pandai menjawab dan mengeles semua pertanyaan yang diberikan oleh orang-orang di sini. " Haha iya kak. "Aric langsung masuk ke dalam kamar dan tak lama keluar menuju ke kamar mandi. " Kakak itu siapa ya tante? "tanya Jessi seraya menoleh ke Amanda dan jari mungilnya menunjuk ke arah kamar Aric. " Itu adiknya tante, namanya Aric. " " Ali ya? "Jessi bersikeras mengucapkan r tapi apalah daya masih belum bisa mengucapkan huruf r. Amanda tertawa pelan mendengarnya, lalu merangkul Jessi. " Tante Amanda, disini gak ada tipinya ya. Jessi pengen apa gitu, kalau di lumah kan biasanya Jessi nonton tipi. "Jessi celingak-celingukkan karena di rumah Amanda tidak ada apa-apanya dan dia merasa bosan. " Tante anterin pulang gimana? Nanti keburu larut malem. " " Tante jahat! "teriak Jessi kesal dan mengagetkan Amanda. " Eh kok nangis? "Amanda pun memangku Jessi dengan mudahnya karena tubuh Jessi begitu mungil persis umur anak 4 tahunan. " Huaaa Jessi gak mau pulang! " " Iya Jessi, Jessi gak pulang kok. Jessi di rumah tante. "Amanda pun memeluk Jessi begitupula Jessi memeluk Amanda dan menyenderkan kepalanya ke bahu Amanda dengan manja. " Gak mau pulang pokoknya, Jessi di sini telus kan Jessi udah bawa baju banyak. "Tangannya Jessi mengusap dagu Amanda sesekali mencubit kecil pipi Amanda. Tas mungil Jessi memang berisi 2 pasang baju setelan. Akhirnya Amanda mengajak Jessi keluar rumah, melihat banyaknya anak kecil bermain di area gang karena gang buntu jadi bisa digunakan bermain dengan bebas menyeberang. Erlena membawa banyak makanan khusus untuk Jessi dan pastinya juga dibagikan ke semua anak tetangga. Tentu memakai uang Amanda padahal Amanda baru saja gajian yang nantinya akan digunakan untuk membayar cicilan buku sekolah Aric. Erlena juga tak tanggung-tanggung membelikan makanan bahkan sampai dua kantong plastik besar lebih. Jessi merasa capek bermain pun merengek ke Amanda. "Jessi ngantuk? "tanya Amanda melihat kedua mata Jessi yang memerah. Jessi mengangguk dan meminta gendong ke Amanda. Lantas Amanda menggendong Jessi dan membawanya ke dalam rumah sebab angin malam hari ini lumayan kencang. " Manda. "Panggil Erlena yang ikut pulang ke rumah. " Ya bu? " " Kok bapaknya belum dateng juga sih? Padahal ibu menanti kehadirannya lho, siapa tau kan buat pamer ke tetangga. "Erlena duduk di sofa dan matanya menatap ke Amanda yang tengah berdiri sambil menimang Jessi. " Ngapain pamer segala sih bu? Udah dibilang perilaku kayak gitu gak baik. " " Jangan nasehatin ibu! "tegur Erlena sembari mendengus kesal. " Terserah ibu aja deh. "Amanda pun masuk ke dalam kamarnya, memang ada dua kamar di rumahnya dan ia tidur bersama ibunya. Walau dalam keadaan terlelap, Jessi masih memegang tangannya erat seakan tak mau ia tinggal. Amanda membaringkan Jessi di kasur tipis--tempat tidurnya. Ia mencoba melepas tangan Jessi selembut mungkin, setelah itu barulah Amanda bisa bernapas lega. "Kak Man---" "Shuttt! "Amanda menoleh wajahnya ke belakang. Aric mengangguk paham kala sekarang Jessi tengah tertidur pulas. Lelaki remaja itu mendekati kakaknya sambil membawa buku gambar ukuran A3 dan alat tulis. " Mau apa? " " Kak tolong gambarin guci dong, aku gambar melenceng mulu. Daripada bolak balik hapus, mending digambarin kakak. Boleh ya? "pinta Aric pada kakaknya. " Iya, sini. "Amanda pun mulai menggmbar guci yang dimaksud adiknya. Tangannya terlihat lihai sekali membuat sketsa bahkan Aric menatap takjup bahwa kakaknya bisa membuat garis tegak lurus secara sempurna tanpa bantuan penggaris dan tidak ada kesalahan sehingga tidak membutuhkan penghapus sama sekali. Memang Amanda memiliki bakat menggambar sejak kecil dan kemampuannya menurun dari mendiang ayahnya yang berprofesi seorang arsitek. Tak butuh waktu lama, Amanda menyelesaikan menggambar guci sesuai permintaan adiknya. "Makasih kakakku yang cantik. "Aric keluar dari kamar kakaknya dan ia hanya tinggal memberi warna itupun besok karena harus meminjam krayon atau pensil warna ke temannya. "Sama-sama. " Amanda yang merasa bosan pun memutuskan untuk mengambil buku sketsanya dan mulai mendesain dress seperti biasanya. Jika ada waktu memang Amanda selalu menyempatkan diri menuangkan kemampuannya ke buku sketsa dan membuat pakaian dimulai dari dress, celana, t-shirt, jaket, gaun, kaos kaki dan sebagainya. Tak terasa Amanda mulai terlelap memeluk Jessi dari samping dan tangannya masih memegang buku sketsa serta pensil. Rumah terasa sunyi tiba-tiba terdengar ketukan pintu keras dari luar berulang kali. Erlena yang ketiduran di sofa pun segera bangun dan membukakan pintu. Sebelumnya sempat melirik dari jendela, siapa tamu yang datang malam-malam begini. Seketika matanya membulat tatkala ada pak RT pula di depan rumah. "Selamat malam bu Erlena. "Seorang pria tua---Surya menjabat sebagai RT menyapa Erlena. " Malam pak, emm ini ada apa ya? "Erlena kebingunan rumah didatangi orang-orang berpakaian hitam. " Maaf menganggu malam-malam begini, jadi mereka adalah anak buah dari bapak Alden selaku ayah dari Jessi yang katanya berada di rumah Anda, "jelas Surya. "Oh begitu, baiklah saya panggilkan Jessi ya. Beri waktu juga karena dia sedang tidur di kamar." Erlena sebenarnya merasa kantuk namun karena ketakutan melihat orang-orang berpakaian hitam tadi, ia langsung bisa melebarkan matanya Erlena bergegas masuk ke dalam kamar, ia juga membangunkan Amanda dan setelah Amanda bangun begitupula Jessi walau agak oleng karena masih mengantuk. "Ayo Jessi, kamu dijemput pulang sama papa kamu. "Erlena menggandeng Jessi berjalan keluar rumah dan Amanda berada di belakang mereka. " Apa? Pulang? Jessi gak mau!"teriak Jessi histeris baru sadar dari kantuknya pun langsung memeluk kaki Amanda. Sontak semua orang kaget mendengar teriakan Jessi tiba-tiba. Memang kedatangannya orang-orang berpakaian hitam berjumlah 8 orang tentu mendapat perhatian dari para tetangga sekitar rumah Amanda. "Jessi, kamu harus pulang. Kamu dicariin sama papa lho. "Pak Rt dan Erlena mencoba membujuk Jessi untuk pulang. " Ayo ikut kita pulang. "Orang-orang berpakaian hitam itu mendekati Jessi tapi malah membuat Jessi menjerit ketakutan. " Kalian jangan maksa dong! Ini anak kecil bukan orang dewasa! "Amanda yang tak tega mendengar suara tangisan Jessi yang ketakutan lantas menegur orang-orang berpakaian hitam tersebut meski sebenarnya merasa takut melihat wajah mereka yang sangat datar sekali. Amanda menggendong Jessi dan Jessi memeluk Amanda sambil menangis. Para tetangga saling berbisik-bisik ria dan terjadilah keramaian. Namun itu tak berlangsung lama, terdengar suara barinton dan derap langkah kaki beberapa orang ke arah samping membuat semua orang terdiam serta sadar siapa orang yang baru saja berbicara. "Pulang! "Alden---seseorang yang membuat warga di gang ini terdiam, Erlena melongo tak percaya bahwa orang yang ditunggunya sedari tadi datang tapi merasakan auranya itu seketika Erlena tak bisa menyombongkan diri. Semua seolah terhipnotis adanya Alden Barnard, sosok pengusaha fashion yang sedang ramai menjadi perbincangan di masa kini terutama kaum muda. Walau begitu terkenal karena bisa berhasil membawa usahanya sejaya ini, sikap Alden tetaplah sering membuat karyawan jengkel dan peraturan di perusahaan semakin disiplin bahkan melakukan dua kali kesalahan besar langsung terkena DO apapun jabatannya. "Gak mau papa!"Jessi enggan menatap papanya dan masih memeluk leher Amanda. "Jessi.... " "Jessi pengen disini sama tante Amanda." Jessi mulai menghentikkan tangisannya tapi masih dalam posisinya tadi. "Jessi, denger ya sayang. Jessi harus pulang ke rumah, besok bisa main ke rumah tante lagi. Rumah tante selalu terbuka kok, jangan bersikap gini ya nak? Sayang sama tante gak? "Amanda mengusap pipi Jessi lembut dengan sayangnya. " Sayang banget, tapi Jessi masih pengen disini. "Jessi mengerucutkan bibirnya menatap Amanda. " Jessi besok sekolah lho, sekolah itu penting dan gak boleh bolos. " " Jessi pengen bolos. " " Eh itu gak boleh, bolos bikin Jessi nanti gak pinter dan suka males. Katanya Jessi pengen pinter biar kayak papa? Harus rajin sekolah dong, nanti kalau Jessi pinter bisa punya gedung besar kayak papa. Mau kan? " " Hmm mau, Jessi pengen punya gedung banyak telus pengen kaya. Sama papa gak boleh miskin, gak enak lasanya. "Jessi mengangguk sambil memajukan bibirnya. Tentu jawaban Jessi membuat orang-orang yang mendengarnya tertawa meski harus menahan sekuat tenaga karena ada Alden disini yang notabenenya papanya. " Iya, Jessi pengen kaya kan? " " Tapi Jessi pengen mama juga. "Jessi menangkup pipi Amanda dan memasang muka kusut. 'banyak maunya'--batin Alden yang ingin sekali mangarung anaknya sekarang juga. Jessi pintar berbicara karena seringnya mendengar kakek dan neneknya berbincang atau orang dewasa lainnya sebab Jessi memiliki rasa ingin tau yang tinggi. Terkadang Alden malu sendiri mendengar ucapan anaknya walau Jessi tidak tau arti apa yang diucapkannya. " Oh ya, Jessi lupa. "Jessi menepuk jidatnya kemudian meminta turun dari gendongan Amanda. Amanda menurunkan Jessi dan terlihat Jessi mendekati papanya sambil menggandeng tangan Amanda. " Papa, Jessi bawa kado buat papa. "Sekarang Amanda berdiri tepat di hadapan Alden. Alden memiliki tinggi badan 1,88 cm sedangkan Amanda 1,60 cm. Amanda menundukkan kepalanya rasanya malu berada diposisinya sekarang yang menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar sini pastinya ia tebak sekarang banyak yang sedang membicarakan hubungan dirinya dengan Jessi. "Kado? "Alden melirik Amanda sekilas kemudian berjongkok menjajarkan tinggi badannya dengan Jessi. Kedua tangannya bertengker dibahu putri kecilnya. " Jessi lupa beli kado buat papa jadi tante Amanda yang jadi kado dali Jessi untuk papa. Bial papa gak sendili lagi telus kelualga bisa lengkap kayak temen Jessi yang lain. Jessi bisa gambal mama di samping papa nantinya. "Jessi mengutarakan hatinya pada papanya, semua orang yang mendengar ucapan Jessi merasa tersentuh dan ada yang matanya berkaca-kaca, Amanda. Amanda memandang sendu ke arah Jessi, tentu berat menjadi Jessi namun anehnya bocah itu sangat terlihat ceria sekali dan pantas saja Jessi di sini bersikap manja padanya karena Jessi ingin merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Alden benapas berat lalu bertanya, "Jessi ingin keluarga lengkap? " " Iya, mau tante Amanda. "Jessi mengangguk sambil tersenyum lebar meski matanya sayu karena masih merasa kantuk. Alden mendekap Jessi dan berbisik tepat di samping telinga anaknya, " Papa akan menikahinya dan menjadikannya sebagai mamanya Jessi. "tentu ucapannya tak terdengar oleh orang lain. " Benelan pa? Waaa! "teriak Jessi senang. " Huss, gak boleh bilang siapa-siapa ya? Ini rahasia. "Alden pun menggendong Jessi yang melonjak-lonjak senang dengan kedua tangannya direntangkan di atas. " Yee lahasia!"Jessi pun mengantup bibirnya rapat saat Alden menyuruhnya diam, Alden memberi kode dengan jarinya yang diletakkan di depan bibir Jessi. "Pulang ya? " Jessi mengangguk semangat dan ya Alden memang sudah menebak apa yang membuat Jessi mau pulang. Alden merasa tak tenang jika anaknya berada di sembarangan tempat jauh dari pengamanannya, ia juga sengaja menyekolahkan Jessi di tempat yang agak jauh dari tempat tinggalnya dan tak terlalu mempublikasikan Jessi ke semua orang. Yang hanya tau adalah orang-orang dari kalangan atas ataupun teman-temannya keluarganya Jessi. "Saya ambilkan barang-barang Jessi. "Amanda bergegas masuk ke dalam rumah dan mengambil tas Jessi lalu diserahkan ke anak buah Alden. " Tante, Jessi pulang dulu ya! Besok Jessi bakal main ke sini lagi! "Jessi melambaikan tangannya semangat. " Iya. "Amanda mengangguk dan membalas lambaian tangan dari Jessi. Jessi masih di dalam gendongan Alden dan kepalanya menyembul di balik bahu lebar Alden. Anak itu tak berhenti mengucapkan salam perpisahan sementara pada Amanda sampai keluar dari gang buntu/gang tidak tembus bernama Melati. Semua orang berbisik-bisik ria bahkan secara terang-terangan mengucapkan selamat pada Erlena karena katanya sebentar lagi punya menantu kaya raya. Ditambah lagi Erlena terus menyombongkan dirinya kepada semua orang sedangkan Amanda sudah masuk ke dalam kamar sekarang. "Tarik napas keluarkan.. "Amanda menarik napasnya dalam-dalam lalu dihembuskan secara perlahan. Sedari tadi Amanda merasa ketakutan dan kecemasan berlebih di hadapan Alden yang memasang raut wajah datar serta banyaknya pengawal mengerubunginya. " Auranya mencengkam, bikin merinding juga. "Amanda langsung merebahkan tubuh ke kasur. "Tapi harus ya wajahnya tampan gitu, jadi terngiang-ngiang pula."Amanda menutupi wajahnya dengan bantal. Walau datar tetap tampan menurutnya " Amanda! "panggil Erlena yang kini berdiri di ambang pintu. " Apa bu? "tanya Amanda bingung sembari mendudukan tubuhnya. " Kalau beneran nih Jessi pengen jadiin kamu mamanya, kamu harus bilang mau! Ini soal ekonomi keluarga! Ibu ingin hidup enak! " " Bu, tolong jangan paksa Amanda! Amanda masih belum siap menikah! "Bantah Amanda. Amanda menggelengkan kepalanya cepat. " Umurmu sudah 24 tahun! Memang sudah waktunya menikah!" "Tapi bu, Amanda masih punya rencana lain. " "Rencana apa?" 'Amanda pengen merasa tenang tanpa ada beban dan melibur diri sendiri setelah melunasi utang-utang orang tua juga membiayai sekolah Aric'--isi kepala Amanda saat ini. "Itu privasi Manda. "Amanda menundukkan kepalanya. "Pokoknya ibu ingin kamu beneran jadi mamanya Jessi! Titik!" Erlena pergi berlalu meninggalkan Amanda di dalam kamar. "Menikah? Aku bahkan tidak pernah memikirkan itu, mana mungkin pria itu menuruti keinginan anaknya dan tadi itu hanya tipuan sematanya agar Jessi mau pulang. Dari raut wajahnya saja dia gak tertarik sama aku, biasanya pria setampan itu punya simpanan wanita kan? Iya nih pasti! "Amanda mendumel sendiri dan menebak sosok Alden menurut pandangannya. " Lagian anak kecil mah pasti mudah lupa, sepertinya aku harus pindah kerja deh tapi kontrakku masih lama. Apalagi akhir-akhir jualan burger makin laris, duh sayang kalau keluar gitu aja. Tapi aku kasihan sama Jessi dan diriku sendiri. " " Aku tidak bisa bayangin nikah sama orang asing dan kayak gak suka sama aku. Mungkin aku bakal tersiksa. Sudah hidupku kayak gini dan nikah gak bahagia juga percuma meski banyak harta. Harta tidak menjamin kebahagiaan. "Amanda mengacak-acak rambut asal. " Yahh meski aku juga butuh uang sih, huft aku tidak minafik, eh aku mikirnya kejauhan sih. Enggak, enggak mungkin banget aku nikah sama pengusaha tajir itu. Semoga Jessi cepet lupain aku. "Tapi disisi lain timbul rasa khawatir pada Jessi, entahlah hatinya seolah ada rasa nyaman berada didekat anak itu dan setelah mendengar keinginan terbesar Jessi. Mengapa malah ia ingin merawat Jessi dan memberi kasih sayang penuh sebagai seorang ibu semestinya? Pelukan hangat dari Jessi pun, Amanda sudah menebak bahwa Jessi benar-benar membutuhkan kehadirannya di kehidupannya. "Astaga.. " " Aku juga menyayangi Jessi. "Amanda kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. ... Kejadian malam kemarin... " Astaga aku tertidur di kantor. "Alden menghembuskan napasnya kasar karena tiba-tiba merasa ingin buang air kecil di tengah malam hari dan baru menyadari bahwa ia berada di kamar ruang kerjanya. Pukul 00.30 Alden bergegas masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya dan membasuh mukanya tak lupa menggosok giginya. Memang di ruang kerjanya, tersedia banyak fasilitas pribadi yang ia anggap sangat penting. Satu lantai khusus dengan ruangannya yang begitu lebar ialah ruang kerjanya yang terletak paling atas gedung kantornya ini. Selesai semuanya, Alden menelpon sekretarisnya dan menyuruh untuk mengabari satpam yang berjaga malam agar menyalakan lampu gedung lantai bawah karena sudah ia pastikan di sana gelap. Selesai semua urusan, barulah ia keluar dari ruang kerjanya dan menaiki lift khusus. Keluar dari lift, ia disambut oleh dua pengawalnya lalu berjalan di belakang. Semakin berjalan keluar gedung, semakin banyak pengawalnya berada di belakangnya. Sengaja ia memperbanyak pengawalan untuk dirinya dan keluarganya sebab perusahaan sedang dimasa jaya-jayanya dan ia mencegah ada tindakan berbahaya dari orang-orang suruhan yang berasal dari perusahaan yang menganggapnya musuh. Mobil mewah berwarna hitam sudah siap di depan dan hanya tinggal masuk saja karena pintu dibuka oleh pengawalnya. Alden tidak menyetir sebab kepalanya masih terasa pusing. ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN