Terkadang, masalah memang datang tanpa bisa diterka. Namun kedatangan seseorang yang tepat di waktu yang bersamaan membuat semua terasa jauh lebih berharga.
Vio hanya menatap Ethan yang sibuk membereskan barang-barang yang berserakan di dalam rumahnya. Akibat dari orang-orang suruhan rentenir itu. Lagipula, kenapa mereka bisa datang hari ini? Seharusnya Vio masih punya waktu beberapa minggu lagi. Apa rentenir itu sengaja agar bisa menguasai rumah ini?
Vio hanya terduduk lemas di sofa tua rumahnya, menatap keadaan rumahnya yang mirip seperti kapal pecah ini.
“Banyak debu. Sebaiknya kamu istirahat di kamar. Mau kubuatkan sesuatu?” tanya Ethan sembari memapah Vio ke dalam kamarnya. Gadis ini tampak begitu lemah seakan tak memiliki tulang. Ia tahu pasti kejadian tadi sangat membuatnya trauma. Ia pun mendudukkan Vio di atas ranjangnya. “Aku buatkan teh hangat ya? Di dapur ada, kan?” tanyanya sembari beranjak tapi Vio mencekal lengannya. “Kenapa?”
“Ja-jangan tinggalkan aku. Aku benar-benar takut, Ethan.”
Ethan hanya menghela nafas lalu duduk di sebelah Vio, menatap gadis itu yang terlihat begitu kacau saat ini. Tiba-tiba saja Vio langsung memeluk Ethan sembari menangis seakan berusaha melepas semua ketakutan yang ditahannya.
“Terima kasih karena sudah datang tepat waktu. Aku pikir, aku pikir aku akan kehilangan segalanya,” ucap Vio di tengah isakannya yang tertahankan.
Ethan mengulurkan tangannya, memeluk balik dan mengusap punggung Vio dengan lembut. “Aku tidak akan membiarkanmu kehilangan apapun.”
Kehangatan menjalar di dalam hati Vio, menenangkan gadis yang sempat kalut itu. Perlahan Ethan mengulurkan pelukan mereka dan menatapnya begitu dalam. Entah siapa yang memulainya, yang jelas wajah keduanya kini sudah sangat dekat sehingga deru nafas masing-masing pun terasa. Bibir lembab dan kenyal itu pun saling menyatu, menyalurkan kehangatan satu sama lain sementara di luar yang tiba-tiba hujan rintik yang perlahan menjadi deras.
Ethan seperti kehilangan kendali. Ciuman pertamanya dengan Vio terasa begitu memabukkan, ciuman yang baru pertama kali ia rasakan bersama gadis yang belum lama ia kenal ini. Biasanya ia tidak akan begini pada gadis-gadis biasa. Kecuali pada wanita malam yang memang itulah pekerjaan mereka, itu pun Ethan hanya pernah mencobanya pada Lilian. Hanya satu kali dan langsung menjadi pembicaraan media luas.
Ethan tidak senakal yang orang-orang pikir. Sisanya ia dan Lilian hanya menghabiskan waktu untuk pillow talk, karena ia yang butuh teman bicara. Walau akhir-akhir ini ia tidak pernah bertemu Lilian lagi. Entahlah, ia hanya merasa tidak perlu bertemu wanita itu lagi.
Tangan Ethan mulai menelusup masuk ke dalam kaos yang Vio kenakan. Hingga tangannya menyentuh gundukan kenyal dan lembut yang masih tertutup oleh bra. Dengan mudah ia melepas kaitan bra yang Vio kenakan hingga gundukan itu terbebas untuk disentuh dan diremasnya dengan lembut.
“Ahh… Ethan… “ Sebuah desahan akhirnya lolos dari bibir Vio. Kini gadis itu melepaskan ciuman mereka dan menatapnya dengan mata yang berembun. Membuat Ethan semakin gemas meremas gundukan itu dan memilin putingnya. Vio menggigit bibirnya sendiri, merasakan sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Hujan di luar bertambah deras, seakan mendukung mereka berdua mencari kehangatan bersama.
Kini Vio sudah berbaring di bawah Ethan dan kembali melanjutkan ciuman panas mereka. Kali ini satu tangan Ethan menyentuh bagian bawah Vio yang masih tertutup hotpants tipis sehingga tangannya merasakan kelembapan dan hangat di sana. Pertanda jika gadis ini juga tengah menikmatinya. Ethan pun menarik hotpants itu dengan mudah hingga terlepas dan memperlihatkan liang kewanitaan Vio yang tak tertutup apapun.
Tangan Ethan berhasil memegang gundukan kecil di bawah sana, membuat desahan Vio semakin menjadi.
“Ah… Di sana Ethan… “
Ethan mengulum senyum dan berusaha menyelusupkan satu jarinya ke dalam liang yang telah basah itu. Namun tangan Vio mencegahnya. “Kenapa?” tanyanya dengan suara parau.
“Aku… takut.”
“Kamu percaya pada calon suamimu ini?” tanya Ethan lagi. Gadis itu tak langsung menjawab lalu akhirnya kepalanya mengangguk.
“Sentuh aku, Ethan… agar aku semakin terbiasa menjadi istrimu nanti,” ucap Vio dengan suara seraknya.
Ethan langsung melumat bibir Vio lagi, kali ini lebih ganas lagi. Satu jarinya ia masukkan ke dalam liang kewanitaan Vio, mengocoknya perlahan, membuat Vio semakin mendesah menikmati sentuhan Ethan pada tubuhnya. Jari-jari Ethan semakin cepat menjelajah di bawah sana hingga Vio berusaha menghentikannya. Denyutan di bawah sana menyadarkan Ethan jika Vio akan mencapai puncaknya. Puncak yang mungkin menjadi pertama bagi gadis itu. Bukannya melepaskannya, jari-jari Ethan semakin cepat bergerak di bawah sana.
“Ahhh… Ethan… aku mau… ahhh… “
Tubuh Vio bergetar dan mengejang hebat, membuat Ethan tersenyum puas.
“Setelah menikah, aku akan membuatmu merasakan yang lebih hebat dari ini,” ucap Ethan sembari menarik jarinya dari bawah sana dan menatap Vio dalam-dalam.
“Ke-kenapa tidak sekarang?” tanya Vio dengan suara yang bergetar. Tubuh indahnya yang terekspos di depan Ethan tentu sangat menggoda untuk dijelajah lebih jauh. Namun Ethan berusaha menahannya apalagi kejadian soal Abi beberapa hari yang lalu, yang membuat Ethan takut jika itu akan menimbulkan rasa trauma Vio lagi.
“Aku tidak ingin kamu menyesalinya,” ucap Ethan seraya tersenyum tipis. Tangannya menarik selimut di ranjang Vio dan menutup tubuh polos gadis itu.
Wajah Vio seketika memerah, menyadari dirinya sudah seperti wanita-wanita yang mungkin pernah Ethan tiduri. Tangan gadis itu menarik Ethan agar berbaring di sampingnya. Ia memiringkan tubuhnya, menatap Ethan dalam-dalam. Tak menyangka jika pria itu bisa menahan semuanya, untuknya. Padahal Ethan bisa saja menyentuhnya lebih dalam lagi saat ini tapi pria itu memilih untuk menahannya sendiri. “Aku, wanita ke berapa?”
“Hmmm?”
“Yang pernah kamu sentuh,” cicit Vio dengan malu-malu.
“Entahlah.” Ethan malah mengedikkan bahunya, membuat Vio mencebik sebal.
Gadis itu malah beranjak membuat selimutnya terlepas, membiarkan tubuh polosnya kembali terekspos lagi. “Saking banyaknya ya,” ucapnya dengan nada tak suka.
Ethan malah tersenyum geli melihat kemarahan Vio padanya. Pria itu merasa lega jika akhirnya gadis itu bisa terbuka soal apa yang dia rasakan padanya. Tidak melulu menjadi gadis yang sok jaim di depannya. Ia pun menarik tangan Vio hingga gadis itu berbalik terjatuh menindih tubuhnya.
Wajah Vio seketika memerah saat gundukan indah miliknya berada begitu dekat dengan wajah Ethan. “Lepasin ih!”
Bukannya melepaskan, Ethan malah mengeratkan pelukan mereka. “Kamu harus menahannya, sayang. Sebelum menikah, aku tidak akan menyentuhmu terlalu jauh tapi setelah menikah… siap-siap saja melayaniku setiap hari,” ucapnya.
“Bu-bukankah… “
“Tidak ada hubungan fisik di pernikahan kita?” potong Ethan seakan tahu apa yang Vio pikirkan. “Kamu ingat jika aku menolaknya, kan? Dan hari ini pun… kamu juga tidak menolaknya, sayang.”
Blush!
Wajah Vio memerah sempurna. Menyadari ia sendirilah yang melanggar ucapannya sendiri. “Itu kan gara-gara kamu!” omelnya tak terima.
“Maaf, sayang. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhmu. Aku ini pria dan kamu adalah calon istriku. Kamu tidak mau aku menyentuh wanita lain, kan?”
“Tidak. Tentu saja tidak. Itu sama saja kamu tidak menghormati pernikahan kita, meski… ini hanya pernikahan singkat.” Vio menggigit bibirnya saat menyebut ‘pernikahan singkat’.
Ethan tak menanggapi ucapan Vio, Pria itu malah menggeser tubuh Vio darinya dan beranjak.
Membuat hati Vio sedikit nyeri. Entah kenapa pria itu dengan mudah mematahkan hatinya atau memang dia ingin menyadarkannya jika pernikahan ini memang bukan pernikahan yang sebenarnya. Agar Vio sadar, suatu hari semuanya akan berakhir. Cepat atau lambat.
Di awal pembicaraan mereka soal pernikahan kontrak ini, Vio memang tidak merasa ada masalah. Namun semakin ia mengenal Ethan lebih jauh, ia tahu jika pria itu tak seburuk yang di media katakan. Ethan selalu ada di setiap moment dalam hidupnya. Dalam moment baik dan buruk pun Ethan selalu hadir. Hingga hati Vio luluh akan kebaikan pria itu. Namun semakin Vio jatuh ke dalam pesona Ethan, semakin ia sadar jika semua itu hanya akan membuat patah hatinya semakin nyata.