Part 22- Kebisuan

1080 Kata
Hujan yang reda seharusnya menjadi ketenangan bagi setiap orang yang mengharapkannya. Namun bagi Vio, redanya hujan malah membuat hatinya semakin gelisah. Ethan tetap mengajaknya ke salon seperti awal rencana mereka. Di sana, mommy pun sudah menunggu. Ternyata ibunya Ethan itu memang sengaja datang menemani calon menantunya untuk menjalani segala treatment di salon langganannya. Sementara Ethan memilih menunggu di sebuah ruangan khusus tepat di sebelah ruangan dimana mommy dan Vio sedang menjalani perawatan. Di antara Ethan dan Vio tidak ada percakapan apapun selama perjalanan sampai ke sini. Suasana dingin setelah hujan semakin membekukan keduanya. Membuat Vio menyesal telah menanyakan hal sensitive soal pernikahan mereka. Seharusnya ia diam saja dan menjalani pernikahannya sebagaimana mestinya. Bukan malah berharap dengan sesuatu yang ia tahu tidak akan terjadi. Pria seperti Ethan, pria sesempurna dengan wajah dan karir yang bagus… mana mungkin mau menjalani pernikahan yang sebenarnya dengan gadis biasa seperti Vio. Mantan kekasih Ethan saja adalah seorang artis ternama yang sudah lama tak berkarir lagi karena sudah menikah. Meski begitu, Vio kerap kali membandingkan dirinya dengan wanita yang bahkan tak akan pernah sebanding dengannya… seujung kuku pun tak akan pernah. Ia dan wanita bernama Aurel itu, bagai langit dan bumi. Bahkan kehidupan Aurel sangatlah sempurna. Wanita itu menjadi istri dari seorang sutradara terkenal dan kehidupan pernikahan mereka banyak diekspos media. Walau mereka masih tak memiliki anak meski sudah lama menikah, tapi malah membuat Aurel dan suaminya lebih mesra. Seakan menikmati masa-masa mereka berdua. Jauh berbeda dengan kehidupan Vio yang apa-apa harus berjuang keras bersama ayahnya yang sekarang sedang sakit-sakitan. “Kamu jangan terlalu stress. Menikah itu memang agak berat tapi pas dijalani nggak seburuk yang kamu bayangkan kok. Mommy senang pada akhirnya Ethan memutuskan untuk menikah setelah semua yang dia alami,” ucap mommy yang terbaring di single bed tepat di samping Vio. Wanita itu rupanya menyadari wajah Vio yang seakan memikirkan sesuatu. “Ethan nggak seburuk yang media katakan. Banyak yang tidak orang ketahui tentang dia, bahkan mommy sendiri.” Vio tersenyum tipis. Setidaknya ia merasa beruntung, ada seseorang yang begitu tulus menerima keadaannya yang biasa saja ini. Mommy. Seseorang yang pasti akan sangat ia rindukan nanti jika nanti sudah berpisah dengan Ethan, sesuai perjanjian awal mereka. Seseorang yang membuatnya merasa jika ibunya masih ada. Bunda dan Mommy adalah sosok yang mirip. Mereka sama-sama lembut walau terkadang suka mengomel. “Kenapa mommy bisa menerimaku? Aku kan gadis yang biasa-biasa saja. Bahkan keadaan aku dan Ethan jauh berbeda. Seperti langit dan bumi,” ucap Vio sembari tersenyum getir. Mommy membalas dengan tersenyum yang lebih tulus. “Nanti ada saatnya kamu tahu kenapa mommy lebih senang jika Ethan menikah dengan gadis dari kalangan biasa dibanding dengan kalangan yang sama dengan kami.” “Maksud mommy?” “Suatu saat nanti, jika Ethan menceritakan masa lalunya. Cukup kamu dengarkan saja, dan itu pertanda jika Ethan sudah percaya padamu. Itu artinya dia juga sudah membuka hatinya untukmu. Biar Ethan yang menjawab semua pertanyaan dalam benak kamu saat ini, sayang. Mommy hanya bisa mendukung hubungan kalian berdua dan mendoakan yang terbaik. Mommy hanya tidak ingin Ethan mempermainkan pernikahannya,” ucap mommy sembari memejamkan matanya, menikmati pijatan di punggungnya yang terasa begitu nyaman. Masa lalu Ethan? Vio berusaha memikirkan soal itu tapi percuma. Ia tak tahu banyak soal Ethan selain jika pria itu adalah selebgram terkenal. Namun jika mommy mengatakan dengan begitu serius, Vio yakin jika masa lalu itu bukanlah masa lalu biasa yang bisa dilupakan begitu saja. Apa itu juga yang membuat Ethan terdiam sejak tadi? Cukup lama Vio dan mommy berada di dalam hingga keduanya kini sudah keluar dari ruangan itu. Vio pun mulai perawatan selanjutnya yaitu rambutnya. Mommy menyarankan agar rambut Vio dipotong dengan model baru. Vio pun menyetujuinya. Dari cermin, ia bisa melihat Ethan yang hanya menatap ke luar jendela, menatap deretan kendaraan yang sedang terjebak kemacetan. Apa kendaraan di luar sana jauh lebih menarik dibanding melihat calon istrinya? Atau memang Ethan sedang tak ingin melihatnya? Sedikit saja. Bisakah kamu menganggap pernikahan ini sungguh-sungguh walau hanya sampai pada saat aku dan kamu harus berpisah? Vio membatin. Sekitar jam delapan malam, Vio dan mommy baru selesai. Vio tampak jauh lebih cantik dan manis dengan penampilan barunya. “Tuh, kan. Calon menantu mommy cantik,” ucap mommy sembari menyelipkan rambut Vio di belakang telinga gadis itu. “Iya kan, Ethan?” Wanita itu menoleh pada anaknya yang lebih banyak diam hari ini. Biasanya Ethan akan cerewet karena menunggu di salon terlalu lama. “Iya, mom,” jawab Ethan tanpa menatap ke arah Vio. “Ya sudah. Mommy sudah janjian sama papi mau makan malem. Kalian harus ke rumah sakit, kan? Jangan lupa makan malam juga ya. Jangan sampai enggak loh,” ucap mommy lagi yang bersiap untuk pergi dengan supir pribadinya. “Ethan, ajak Vio makan makanan yang enak ya. Dia harus bahagia menjelang pernikahan kalian biar auranya sebagai pengantin semakin bagus,” ucapnya lagi sembari menatap tajam anaknya itu. “Iya, mom. Tenang aja.” Lagi-lagi Ethan tak banyak bicara, membuat Vio jadi canggung berada di samping pria itu. Setelah mommy pergi, Ethan pun mengajak Vio ke dalam mobil dan mereka pergi bersama menuju rumah sakit. Sebelumnya, Ethan mengajak Vio makan di sebuah restoran bintang lima yang berada di sebuah hotel. “Kalo pertanyaanku membuatmu tak nyaman, lupakan saja. Aku tidak ingin kecanggungan ini terus menerus sampai ke pernikahan kita,” ucap Vio sebelum mereka keluar dari mobil. Ia tersenyum getir dengan perasaan kecewa. “Sesingkat apapun pernikahan kita nanti, aku ingin menjalaninya dengan tenang. Bukan dengan beban.” Ia akhirnya membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Ethan hanya menghela nafas berat. Bahkan acara makan malam di restoran mewah itu pun tak menggugah selera sama sekali. Seakan keduanya sama-sama berat untuk menelan makanan lezat di hadapan mereka. Terutama Vio. Jika tadi Ethan yang banyak diam, kali ini Vio melakukan hal yang sama. Sampai di rumah sakit pun Vio tak bertanya ataupun mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung duduk di samping ayahnya dan mengajaknya mengobrol karena Anton masih terjaga saat mereka datang. “Om, Ethan pamit dulu ya. Sudah malam soalnya,” ucap Ethan sembari menyalami calon mertuanya itu dengan sopan. Anton tersenyum, ia sudah bisa membuka diri untuk pria asing yang akan menjadi menantunya itu. Apalagi melihat ketulusan dan kebaikan Ethan selama ini pada Vio, Anton merasa lega. Pada akhirnya ada pria yang akan menjaga anaknya jika ia sudah tiada. “Kamu hati-hati ya. Terimakasih sudah menjaga Vio hari ini.” Ethan hanya tersenyum tipis lalu keluar dari ruangan itu setelah menatap punggung Vio sekilas.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN