Part 17- Meminta Restu Keluarga

1144 Kata
“Ayah. Ayah mau minum?” tanya Vio ketika malam hari saat ayahnya telah membuka matanya lagi. Sedari tadi ia menunggu ayahnya terbangun agar bisa berbincang dengan pria itu lagi seperti dulu. Ayah hanya mengangguk pelan karena kondisinya yang masih lemah. Vio pun segera memberikan ayahnya minum melalui sedotan. “Bagaimana keadaan ayah sekarang? Masih lemas ya?” tanya Vio yang tampak cemas. Meski ia tidak menampik jika dirinya sangat bersyukur dengan telah sadarnya sang ayah. “Iya. Ayah baik-baik saja kok.” Ayah masih tampak bingung ditambah adanya pria yang tidak ia kenal berdiri di belakang anak perempuannya. Seakan mengerti pertanyaan dalam tatapan ayahnya Vio, Ethan pun tersenyum tipis dan berjalan mendekat ke arah Anton. “Saya Ethan, Om.” Anton mengangguk-angguk. “Temannya Vio ya?” “Dia… dia calon suamiku, Yah.” Vio memberanikan diri untuk menjawab. Anton tampak sangat terkejut. “Maaf jika membuat ayah terkejut.” Anton terdiam sejenak. Karena setahunya jika Vio menjalin hubungan dengan Abi dan ia tahu hubungan mereka berdua selalu baik-baik saja. Namun kenapa kini di depannya berdiri pria lain yang mengaku sebagai calon suami anaknya? “Ayah tidak mengerti.” Ia menggeleng pelan. “Maaf jika membuat ayah bingung. Semua cukup rumit. Namun saya sangat serius terhadap anak om jadi saya ingin segera meminangnya.” Ethan berusaha menjelaskan sebisanya. Tidak mungkin ia membicarakan soal kepalsuan pernikahan dan segala rekayasanya. “Iya, ayah. Aku juga sudah menerima Ethan. Kami tinggal meminta restu dari ayah saja. Kami juga sudah mulai merencanakan pernikahan ini.” “Tepatnya dua minggu lagi kami akan menikah, Om. Tentu atas restu om.” Ethan menambahkan. “Bagaimana pun juga. Restu anda sangat penting untuk hubungan kami.” Vio menatap Ethan dengan heran. Apa mungkin pria itu sudah biasa berakting di depan orang lain? Sehingga semua ucapan Ethan terdengar begitu meyakinkan. Bahkan Anton yang terkadang tidak begitu ramah dengan teman prianya yang lain selain Abi, kini pria itu tampak senyam senyum sembari mengangguk dan menatap Ethan. Apa ada yang salah dengan operasi ayahnya tempo hari? “Ayah senang jika akhirnya Vio bisa menikah. Meski dia masih kuliah. Ayah yakin jika kamu pria yang baik dan bisa menjaga Vio nantinya. Karena umur ayah juga sudah terlalu tua. Mungkin waktu ayah juga tidak banyak.” “Ayah kenapa bicara seperti itu?” Vio tidak suka saat ayahnya membahas soal waktu yang mereka miliki. Seakan ayahnya akan segera meninggalkannya. Padahal waktu mereka berdua masih sangat panjang, kan? Anton malah tersenyum melihat reaksi dari anaknya. “Ayah hanya ingin melihat kamu bahagia, nak. Kamu tahu? Kebahagiaan kamu adalah tujuan ayah hidup di dunia ini. Semoga saja Ethan bisa menjadi pengganti ayah untuk selalu membahagiakan kamu.” Ia menatap Ethan dan Vio bergantian dengan penuh harap. Vio jadi khawatir. Bagaimana pun juga pernikahan ia dan Ethan hanyalah sandiwara. Bagaimana bisa mereka saling bahagia? Pernikahan ini mungkin hanya berlangsung singkat. Namun ayahnya terlalu berharap pada mereka berdua. Vio jadi merasa bersalah jika harus mematahkan harapan dari ayahnya itu. Apa yang harus Vio katakan jika nanti pernikahannya dengan Ethan berakhir dengan cepat? Pasti ayah akan sangat sedih dan kecewa. Ia sangat khawatir jika ia nantinya mengecewakan ayahnya. Namun tidak ada yang bisa Vio lakukan. Jika pun ia jujur dengan ayahnya sejak awal, itu hanya akan semakin melukai hati ayahnya. Jadi mungkin berbohong demi kebaikan akan jauh lebih baik. Iya, kan? Seakan menangkap kekhawatiran di wajah gadis yang berada di sampingnya, Ethan kemudian menghela nafas lalu mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Vio dengan erat. “Saya berjanji akan menjaga anak om dengan baik dan membahagiakannya.” Vio agak terkejut lalu ia mengajak Ethan keluar sebentar dari kamar rawat ayahnya. “Kamu kenapa bicara seperti itu? Kamu tahu ayah jadi menaruh harapan besar pada pernikahan kita.” Ia terlihat begitu takut. “Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak bisa kamu tepati.” “Pria sejati tidak akan mengingkari janjinya.” Ethan malah mengedipkan sebelah matanya dan masuk kembali ke dalam ruangan Anton. Vio mendengus kasar lalu mengusap wajahnya dengan frustasi. “Bagaimana ini? Semua semakin rumit.” ……………. “Ka-kamu kenapa di sini lagi sih?” tanya Vio ketika melihat Ethan di lobby kampusnya dan menjadi tontonan para gadis yang terlihat ngefans dengan pria itu. Bahkan banyak gadis yang terang-terangan mengajak Ethan foto bersama. Ethan yang selesai berfoto dengan salah satu junior Vio pun menghampiri gadis itu dan tetap bersikap tenang. “Aku mampir untuk menjemput calon istriku,” jawabnya santai dengan suara yang dapat didengar banyak orang. Jelas beberapa gadis menjerit kesenangan, merasa jika perbuatan Ethan sangat romantis. Vio memutar bola matanya dengan malas. Ia sungguh muak. Ethan tidak tahu saja bagaimana keadaannya di sini saat orang-orang membicarakan soal dirinya yang akan segera menikah dengan seorang selebgram ternama. “Memangnya ada apa lagi?” “Kita harus fitting gaun pernikahanmu. Gaun itu sudah siap tapi aku harus memastikan jika gaun itu pas di tubuhmu. Jadi kita ke butik sekarang setelah itu kita makan malam bersama orangtuaku.” “A-apa? Orangtuamu?” “Kenapa? Aku sudah meminta restu dan berkenalan dengan ayahmu. Jadi kamu juga harus berkenalan dengan calon mertuamu. Kamu tahu? Mereka begitu rewel untuk bertemu calon menantunya.” Ethan berbicara setengah berbisik ke telinga Vio. “Ta-tapi aku belum siap. Aku tidak ada persiapan apapun.” “Tidak perlu. Jadi dirimu sendiri saja, tapi aku tetap akan membelikan baju baru untukmu. Tidak mungkin kamu menemui mereka dengan celana jeansmu itu, kan?” Ethan melirik celana jeans Vio yang sebenarnya tidak terlalu buruk. Hanya kurang pantas untuk menemui orangtuanya saja. “Terserah kamu saja.” Ethan berbalik dan berjalan ke arah mobilnya dan diikuti oleh Vio. “Dasar wanita. Suka sekali bilang terserah.” Ucapan Ethan jelas masih dapat Vio dengar. Gadis itu hanya menghela nafas panjang demi menghilangkan kegugupannya. Apalagi sebentar lagi ia akan menemui orangtua Ethan yang entah bagaimana sifatnya. Apa mereka akan menyukainya? Atau malah membencinya secara kondisi status social mereka sangat berbeda. Seperti di sinetron misalnya ketika calon mertua malah merendahkan calon menantu yang kondisinya di bawah mereka. Membayangkannya saja sudah membuat bulu-bulu halus Vio meremang. “Jangan membayangkan yang aneh-aneh. Orangtuaku biasa saja kok. Tidak berkonde besar dengan tatapan mata tajam dan lipstick merah terang.” Ethan seakan tahu apa yang Vio pikirkan, membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya. “Mungkin mommy akan menyukaimu,” komentarnya lagi. “Kenapa?” tanya Vio sembari memasang seatbeltnya. “Entahlah. Perasaanku mengatakan begitu,” ucap Ethan. Walau sebenarnya ia tahu jika mommy dan Vio punya selera yang sama. Sama-sama berpenampilan sederhana. Maria juga menyukai kesederhanaan dari seorang gadis. Karena baginya tidak penting gadis itu kaya atau tidak, yang penting dia sopan dan menghargai orang lain. Semua itu bisa Ethan lihat pada Vio. Juga Vio yang mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang pernah menjadi bagian hidupnya dan sangat dekat dengan Maria. Seseorang yang sudah pergi entah kemana. “Aku harap perasaanmu benar. Aku sangat gugup sekarang.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN