“Gadis seperti dia mana mungkin menjadi istri Ethan Alberich. Kalo nggak Ethan dipelet, mungkin dia hamil duluan. Secara Ethan kan haus seks.”
“Iya benar. Dia sama sekali nggak special. Beruntung Abi putus dari gadis murahan seperti dia.”
“Pasti pernikahannya hanya sebentar. Kita lihat saja nggak sampai Sembilan bulan juga dia akan melahirkan.”
“Tapi nggak kelihatan ya?”
“Pake korset kali.”
“Aku sih kalo jadi Ethan nggak mau tanggung jawab. Ngapain juga. Gadis miskin begitu.”
Suara-suara itu begitu mengganggu telinga Vio. Salah satu hal yang membuatnya tidak tahan untuk makan di kantin kampus. Namun Tasya mengajaknya ke sini, ia pun juga lapar jadi dengan terpaksa ke kantin yang penuh dengan orang-orang yang membencinya setelah berita soal pernikahannya dengan Ethan yang tersebar di internet. Apalagi hanya tinggal hitungan minggu pesta pernikahannya akan diselenggarakan.
“Pada sirik aja ya lihat Vio dilamar sama selebgram keren seperti Ethan. Sadar dong! Berarti Vio jauh lebih oke dari kalian yang mulutnya pada ember!” Tasya yang tidak tahan pun akhirnya angkat bicara. Ia yang terkenal tegas pun berhasil membuat mulut-mulut itu bungkam. “Ingat ya! Perkataan kalian itu bisa jadi fitnah. Atau malah itu menggambarkan diri kalian sendiri! Nggak perly lah ya aku bongkar segala aib kalian di sini.” Ia menatap sinis satu persatu orang yang tadi bersuara dan mendadak bungkam.
Akhirnya orang-orang itu pun pergi dengan tatapan sinis ke arah Vio. Vio hanya diam di tempatnya, tidak bisa membela diri. Padahal semua yang mereka bicarakan itu kebohongan. Seburuk-buruknya Ethan di berita-berita itu, pria itu tidak pernah mencoba menyentuhnya. Ethan bahkan menyelamatkannya dari Abi yang terlihat seperti pria polos itu. Seharusnya Ethan punya banyak kesempatan, kan?
“Kamu jangan diam terus, Vio. Mereka tuh makin jadi kalo didiemin. Atau kamu aduin aja ke Ethan biar pada mampus.” Tasya jadi terpancing emosinya.
Vio hanya tersenyum getir. “Aku hanya bingung bagaimana menanggapi mereka.”
“Hmm… Iya sih. Tapi tenang aja, selama ada aku… kamu aman.” Tasya menepuk-nepuk dadanya sendiri.
“Terima kasih, Sya.”
……………
“Vio. Itu Ethan, kan? Jadi kalian beneran mau nikah?” tanya Audy, gadis yang kebetulan satu kelas dengan Vio dan juga sama-sama masuk dalam komunitas pencak silat di kampus mereka.
Vio yang sedang sangat mengantuk pun hanya bergumam tidak jelas. Mereka berdua sedang duduk di kursi yang ada di taman belakang kampus. Karena akhir-akhir ini Vio banyak sekali tugas dan selalu tidur larut malam, maka ia jadi sering mengantuk saat di kampus. Ditambah ia harus menjaga ayahnya setiap hari tanpa henti. Keadaan sang ayah yang belum juga menunjukkan peningkatan membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.
“Itu Ethan lagi jalan ke sini, Vio!” Audy mengguncang-guncangkan bahu Vio agar temannya itu segera membuka matanya.
Namun saat Vio membuka matanya, yang ia lihat malah Abi yang berdiri tepat di depannya. Jantung gadis itu berdegup sangat cepat saat melihat siapa pria yang ada di hadapannya saat ini. Terbayang di dalam benaknya saat pria itu yang mencoba memperkosanya beberapa hari yang lalu. “Ka…”
“Loh, Abi? Ngapain kamu di sini? Nanti fans kamu pada ngamuk tuh dan nyalahin Vio terus!” bela Audy yang tidak suka para gadis di kampus ini menyalahkan Vio karena putus dengan Abi demi menikah dengan Ethan. Ia tidak munafik. Jika harus memilih di antara Ethan dan Abi, ia jelas memilih Ethan yang jauh lebih dewasa dan mapan, tampan pula.
Abi hanya menatap ke arah Vio dengan sorot mata yang merasa bersalah. “Aku mau minta maaf, Vio,” cicitnya.
Vio langsung membuang wajahnya dan melihat Ethan yang berdiri cukup jauh di belakang Abi. Terlihat sekali pria itu sangat marah melihat kehadiran Abi di dekat Vio. “Sudahlah. Aku tidak mau melihat kamu lagi.”
“Ada apa sih, Vi?” Audy kelihatan bingung.
“Bukan apa-apa, Dy. Kita pergi yuk,” ucap Vio yang langsung mengajak Audy pergi dari sana dan menghampiri Ethan.
“Perlu aku beri dia pelajaran lagi?” tanya Ethan dengan suara penuh penekanan seperti sedang menahan emosinya.
Vio hanya menggelengkan kepalanya sementara Audy sibuk mengagumi ketampanan calon suami dari temannya ini. “Tidak perlu. Tidak penting.”
Ethan menatap tajam ke arah Abi yang sedang menatapnya juga. Abi lalu pergi dari sana seakan takut jika ia akan menyerang pria itu lagi. Sebenarnya Ethan juga merasa bersalah karena persaingan bisnisnya dengan keluarga Siandara, Vio sampai hampir celaka. Ia tahu pasti Fabian yang menyuruh adiknya untuk berbuat seperti itu demi menghancurkan pernikahannya dengan Vio. Ia tidak mau jika Vio sampai celaka karena dirinya. Maka ia bertekad untuk terus menjaga Vio. “Kita harus ke rumah sakit. Ayahmu sudah sadar,” ucap Ethan yang kini menatap Vio.
“Be-benarkah?” Vio terlihat kaget sekaligus senang. “Kalo begitu ayo!” Ia menatap Audy yang berdiri di sampingnya. “Aku duluan ya, Dy.”
Audy hanya mengangguk ketika Ethan menggenggam tangan Vio dengan posesif sembari berjalan ke arah parkiran mobilnya. Tidak hanya Audy tapi beberapa gadis di sana pun tampak iri melihat kemesraan yang Ethan tunjukkan. Awalnya mereka tidak percaya jika Vio dan Ethan akan menikah, secara status social mereka berdua sangatlah bertolak belakang. Namun melihat sikap Ethan saat ini, akhirnya mereka mengakuinya.
“Tidak perlu menggandengku seperti ini. Aku bukan anak-anak,” ucap Vio sembari melirik tangan Ethan yang masih menggenggam tangannya padahal mereka sudah berada di dalam mobil.
“Aku benci melihat tatapan-tatapan meremehkan di sekitarmu,” balas Ethan singkat lalu melepaskan tangan Vio dan menyalakan mesin mobilnya. Tak lama mobilnya pun meninggalkan kampus Vio, menuju rumah sakit.
“Itulah kenapa awalnya aku menolak perjanjian itu,” ucap Vio yang menatap ke luar jendela mobil.
“Maaf jika semua ini terlihat rumit. Aku berjanji aku akan selalu membantu kehidupanmu nanti.” Ethan sangat sadar jika dirinya salah. Ia tahu jika ia menambah beban pada gadis itu. Apalagi ia adalah seseorang yang dikenal begitu banyak orang sementara Vio hanya gadis biasa. Entah kenapa sejak pertama kali melihat Vio, ia begitu yakin mengajak gadis itu menikah. meski pernikahan mereka hanya di atas kertas. Bukan pernikahan sesungguhnya.
Tak lama mereka sampai di rumah sakit. Vio sudah tidak sabar untuk menemui ayahnya. Saat ia masuk ke dalam ruangan ayahnya, ternyata ayahnya sedang tidur setelah minum obat. Gadis itu tidak bisa berhenti tersenyum penuh keharuan karena pada akhirnya ayahnya bisa melewati masa-masa kritisnya dan sadar kembali. Ia sempat kehilangan harapan tapi sekarang semua harapannya terkabul. Tidak banyak, ia hanya ingin ayahnya bisa menemani kehidupannya lebih lama lagi. Karena ayahnya adalah satu-satunya yang ia miliki.
“Biarkan ayahmu istirahat dulu,” ucap Ethan yang berdiri tepat di belakang Vio.
Vio mengusap setitik air di sudut matanya. “Iya. Aku senang karena ayah sudah membaik. Aku tahu dia tidak akan tega membiarkan aku sendiri lebih lama.”
Aku juga merasa beruntung karena pada akhirnya takdir berpihak padaku. Aku bisa meminta restu pada ayahmu layaknya calon suami yang lain. Meski pernikahan kita palsu. Ethan membatin.