Malam itu, seorang anak perempuan berusia lima tahun sedang menutup kedua telinganya di sudut ruangan mendengar pertengkaran kedua ibu bapanya.
Memang itu sudah biasa terjadi kebahagiaan yang dulu sempat tercipta, kini hilang entah kemana!
Dia menangis disana, antara takut dan sedih mendengar pertengkaran itu.
Lewat tengah malam, suasana sudah kembali sunyi.
Anak perempuan berusia lima tahun itu sudah tertidur, namun tidurnya terganggu ketika seseorang menarik lengannya untuk bangun.
" Bangun kamu! Malah enak enakan tidur disini.." teriak wanita paruh baya itu.
" Mama?" Anak perempuan itu yang bingung memandang mamanya sambil mengelipkan mata karena silau lampu dalam ruangan itu.
" Bangun kamu! Anak sialan!" Ucap wanita itu sambil menarik lengan anaknya dengan kasar.
" Aduh... Sakit mama.." isak anak perempuan itu tak di hiraukan mamanya.
" Bangun kamu.."
" Kenapa, Ma? Sakit tangan aku.."
Wanita itu melepaskan tangannya dari lengan anaknya, lalu menghela nafas kesal.
Kemudian menarik lagi tangan anaknya dengan kasar.
" Ampun! Ampun.." Isak anak kecil dan menahan sakit di tangannya. " Ampun, ma!" Isaknya sambil memundurkan tubuh ke belakang ketika mamanya melepaskan tangannya.
Wanita itu yang masih tak puas hati, mengangkat tangannya dan menampar muka tembam gadis kecil itu, sehingga terpelanting ke belakang.
" Kau pembawa sial.." Setelah berkata begitu, wanita itu terus keluar dari ruangan itu.
Anak kecil itu, hanya terdiam di atas lantai yang dingin sambil memegang mukanya yang Sakit, sudut bibir gadis itu juga mengalir darah.
" Ampun, Ma.." karena ketakutan anak kecil itu terus meminta ampun walau sudah di tinggal sendirian.
***
Berapa hari kemudian setelah kejadian itu, anak kecil itu masih terbaring di ruangan itu.
Sama sekali tidak ada yang menyadari bawa dia masih di ruangan itu, dia memeluk lututnya sendiri karena kedinginan.
Tubuhnya panas karena di serang demam panas, dia menggigil kedinginan.
Hingga hari sudah mau malam, gadis itu masih terbaring disana, dia benar benar berharap mama atau ayah datang menjenguk.
Saat malam tiba, ruangan itu tiba tiba saja terbuka dari luar.
Anak gadis itu dengan tubuh tak sehat memaksanya untuk duduk.
" Mama.." lirihnya ketakutan, dia takut akan di pukuli lagi. " Ampuni aku, Ma.."
Namun di luar dugaan anak kecil itu, tiba tiba saja wanita itu memeluknya dengan erat.
Anak kecil itu hanya diam dalam pelukan mamanya tanpa bereaksi, dia masih shock dengan pelukan lembut itu secara tiba tiba.
" Kita akan kaya, nak.. kita akan kaya.." bagaikan di rasuk wanita itu berteriak histeris. " Aku akan kaya raya.."
" Benarkah, Mama?" Tanya anak itu dengan bibir terasa sakit saat berbicara.
" Ya sayang... Kita akan meninggalkan rumah jelek ini.." Teriak wanita itu lagi, tanpa menyadari anaknya yang sedang sakit.
" Ayo"
Tanpa menunggu anaknya, wanita itu berlari keluar, di ikuti anak itu dari belakang.
Anak gadis itu berjalan dengan susah payah mengikuti langkah mamanya.
Dan... Saat ini, mereka sudah berada di sebuah rumah megah.
Wanita itu berteriak lagi, dan berlari masuk ke dalam rumah itu.
Semantara sang ayah hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan istrinya.
" Papa... Ini rumah kita.." tanya gadis itu sambil mendongakkan kepala.
" Iya sayang..." Jawab sang ayah.
***
Kini kebahagiaan gadis itu kembali tercipta, dia sangat bahagia karena akhirnya ibu bapanya akur lagi.
Namun itu tak bertahan lama, Saat ini dia sudah berusia tiga belas tahun, sambil tercanda ria dia memasuki halaman rumah itu, dan melihat dua mobil berwarna hitam terparkir di halaman rumahnya.
Gadis itu menyepitkan mata mendengar suara teriakan kesakitan dari dalam rumah itu.
Dengan penuh penasaran gadis itu berlari untuk masuk ke rumah itu, namun belum sempat dia mendekati rumah itu, terlihat dua orang pria bertubuh besar keluar dari rumah itu tanpa pakaian keatas dengan tubuh berkeringat.
Dia membungkam mulutnya, dia sadar orang orang dirumahnya itu bukanlah orang baik.
Suara makian dan teriakan kesakitan silih berganti terdengar.
Dia lihat dua orang yang keluar dari rumah tadi, sedang merokok sambil bercerita.
Saat ada kesempatan, gadis itu berlari ke belakang rumah, dan mengintip lewat jendela.
Dia lihat ibunya terbaring di atas sofa tanpa busana, wanita itu tampak menangis.
" Disini bukan kau membunuh ayahku.." terdengar suara seorang pria bertanya.
" Sekarang kita berganti.."
" Nick, Brian.. cari anaknya.." perintah pria itu.
" Aku yakin anak buahku di luar itu suka dengan barang free.."
Gadis itu yang sadar keselamatannya sudah terancam, dia mundur ke belakang dan tiba tiba seseorang menutup mulutnya.
Dia tak dapat melihat wajah pria itu karena sedang memakai mask, orang itu tampak memukul batang lehernya hingga pingsan.
Saat dia sadar, dia sudah berada di sebuah rumah sederhana.
Dan wajah pertama yang dia lihat adalah wajah ayahnya, si pembunuh!
Dia meraung sekuat hati, rasanya itu bagaikan mimpi, ayah yang dia banggakan itu ternyata seorang membunuh.
Hingga berhari hari mereka disana.. gadis itu yang sudah terbiasa kesendirian, perlahan terbiasa di tempat itu, ayahnya kembali tak memperhatikannya lagi, dia hanya sibuk dengan pria memakai mask itu.
***
Di usianya yang ke dua puluh lima tahun, artinya dia sudah tiga belas tahun dirumah kecil itu.
Dia keluar dari rumah itu, seperti biasa dia akan di kawal oleh pengawal, entah dimana ayahnya itu mendapatkan duit untuk membayar para pengawal tersebut.
Baru saja dia mendekati mobil ayahnya memanggilnya. " Tunggu, Flo.."
Dengan wajah datar gadis itu berbalik tubuh.
" Apa?"
Dia melihat seorang gadis berdiri di sebelah ayahnya sambil menundukkan wajah.
" Siapa dia?"
" Dia Sarah... akan menjadi temanmu.." dengan senyuman lebar ayahnya itu menyentuh pundak gadis itu.
" Ok.." jawab gadis itu dengan malas sambil memasuki mobil, karena sekalipun dia menantang keinginan ayahnya, pasti orang tua itu punya seribu satu cara membuatnya mengalah.
***
Sepanjang perjalanan, gadis yang memiliki nama lengkap Flora Jackson itu hanya mendiamkan diri.
Sehingga dia bertemu pandang dengan gadis lugu itu.
" Siapa nama kamu.."
Gadis yang di tanya itu, tersenyum memperlihatkan lesung pipit di pipinya.
" Sarah.."
Flora hanya mengangguk faham, lalu mula berfikir, sepertinya ini adalah masa yang tepat untuk dia melepaskan diri dari ayahnya itu.
" Kalau umur kamu.."
" Dua puluh tahun.."
Flora tersenyum kecil. Ternyata dia masih sangat mudah, fikirnya.
Lalu gadis itu mulai memperhatikan penampilan yang kata ayahnya akan menjadi penjaganya.
Pakaian yang terlihat kampungan di padankan dengan sandal jepit membuat gadis itu terlihat tua.
" Pak, berhenti sebentar di depan ada yang mau saya beli.." Flora mula mencari alasan.
" Baik, Nona.." gadis itu sedikit menunduk.
Mobil itu berhenti di depan sebuah super market, lalu Flora turun dari mobil.
" Ayo!"
Sarah memandang bingung kearah flora.
" Saya, Nona.."
" Iya.." ketus Flora.
Dan kemudian Sarah mengikuti Flora dari belakang menuju ke super market tersebut.
Saat berada di dalam sana, Flora mula meliarkan pandangan, ini saatnya dia beraksi.
" Kamu tunggu disini..."
" Tapi—"
Flora sama sekali tak mau mendengar kata gadis itu.
Semua sudah dia siapkan dari jauh jauh hari lagi, apa semua keperluann sudah dia bawa, termasuk menukar namanya.
Sehingga akhirnya dia bertemu dengan Lee, pria pertama yang menolongnya.
Semula dia ingin kuliah sambil berkerja namun sepertinya takdir tak berpihak padanya, dia terpaksa berhenti karena pria bermask yang dia tak pernah melihat wajahnya itu telah menemukan tempat kuliah dan tempat tinggalnya.
Lee adalah penyelamatnya ketika dia ingin di bawa paksa oleh orang orang suruhan ayahnya itu.
Dan akhirnya kini, dia sudah berada dalam apartment pria itu, sih sang menolong!
***
" Aaahh.. Aaahhh.."
Cristal tersadar dari kisah masa lalunya saat jari petunjuk pria itu mencubit clitnya.
" Aahh!" Dia tak dapat menahan desahannya.
" Enak, Sayang.." tanya Lee lalu mengulum hujung d**a gadis itu.
" Hm.. hmm.." gadis itu menggigit punggung tangannya sambil mengangguk tak jelas.
" Aahh.. ahh.. aah.." kedua kaki Cristal mengunci pinggang Lee serta tangan yang memeluk erat pundak Lee.
Lee yang tak sepenuhnya menindih gadis itu, tanpa sadar Cristal menggoyang pinggulnya dari bawa.
" Aahh.. aku.. aku.." Cristal menggelengkan kepala lalu menggigit pundak pria itu.
" Aaahh!" Lee menggigit daun telinga gadis itu dengan pinggulnya terus bergerak.
" Aaah.. Aaahh...!!" Tubuh gadis itu kejang kejang dengan nafas tak teratur.
" Hmm.. ahh!" Seperti cacing kepanasan, Cristal menggeliat dengan liar.
Lee memberi gadis itu berehat sebentar,
Namun tetap dia menggerakkan pinggulnya perlahan.
Semantara Cristal yang pasrah hanya membiarkan Lee melakukan apapun yang dia mau.
" Kita lanjut di kamar, Sayang.." bisik Lee dekat telinga gadis itu yang masih terisak isak nikmat.
Lee menundukkan wajah mencium bibir gadis itu yang sedikit terbuka, lalu tak lama kemudian mengangkat tubuh gadis itu atas pangkuannya.
" Kamu masih kuatkan?"
Dengan malu malu Cristal mengangguk, Lee tersenyum senang melihat anggukan gadis itu.
Dia beranjak dari duduknya, dan sempat melihat noda darah di sofa.
" Ayo.."
Cristal menarik wajah pria itu dan menciumnya.
Lee membalasnya dengan senang hati sambil melangkah menuju kamar tanpa melepaskan penyatuan mereka.
Lewat tengah malam, Lee terbangun dari tidurnya ketika ponselnya di atas meja mengganggu tidurnya.
" Ada apa?" Tanyanya dengan suara serak sambil memandang Cristal yang tertidur dalam pelukannya.
Lee melihat jelas di awal penyatuan mereka tadi, Cristal tampak meneteskan airmata.
Dia tahu itu bukan menangis karena kesakitan dengan penyatuan mereka, melainkan ada sesuatu yang mengganggu fikiran gadis itu.
" Baiklah.. besok temui saya di cafe biasa." Lee kembali meletakkan ponselnya.
Cristal yang merasa terganggu dalam tidurnya membuka matanya.
Namun Lee terus menarik gadis itu dalam pelukannya sambil mengelus rambut gadis itu supaya tertidur kembali.
" Besok aku akan tahu siapa kamu sebenarnya!" Gumam pria itu.
~ Bersambung ~