bc

Menjadi Tawanan Sang Mafia Psikopat

book_age18+
38
IKUTI
1.7K
BACA
one-night stand
HE
friends to lovers
badboy
mafia
serious
like
intro-logo
Uraian

mereka adalah teman dari kecil,, mereka memiliki nasib yang sama, dan mereka ingin menuntut balas pada orang yang sudah membunuh keluarga mereka.

Dylan Alvaro adalah ketua sekaligus boss..

teman temannya yang sudah berhasil membalas dendam, membantu Dylan untuk menuntut balas.

mereka berhasil menangkap seorang gadis yang mereka ketahui adalah anak orang yang membunuh keluarga Dylan.

Dylan yang tak ingin terus membunuh gadis itu, melakukan penyeksaan terhadap gadis tersebut..

namun bagaimana jadinya ketika rahasia di masa lalu mulai terungkap? siapa sebenarnya gadis itu?

apa yang akan di lakukan Dylan ketika orang terdekatnya selama ini sudah berkhianat.

apa sebenarnya tujuannya ingin mengkhianati Dylan?

chap-preview
Pratinjau gratis
01. Dylan Alvaro
" Aaahh!" Suara desahan terdengar begitu merdu, mengisi seluruh bagian kamar tersebut. " Stop it! Please.." jerit gadis itu, dia menjerit ketika bagian intimnya di aduk dengan dua jari pria itu. " Tolonglah! Stop.." Kepalanya terangkat merasakan bagian bawahnya sebentar lagi meraih puncaknya. " Aahh!" Suaranya melengking hebat saat puncaknya tiba, dia mengatur nafasnya yang seakan mahu putus karena pria itu tak memberinya istirahat biarpun sebentar. Pria itu menarik jarinya lalu meraih tisu, ponselnya yang berbunyi sejak tadi di ambil dari atas meja. " Ada apa?" Gadis itu yang masih mengatur nafasnya menatap tak percaya kearah pria itu, bisa bicara ternyata! " Saya akan kesana.." dia memutuskan talian sambil beranjak meninggalkan gadis itu. Gadis itu yang di tinggal begitu saja merasa senang, akan ada peluangnya untuk melarikan diri. Entah apa tujuan pria itu menculiknya, walaupun tidak ada tindakan kekerasan tapi pria itu hampir saja memperkosanya. Dengan tergesa gesa dia memakai celana dalamnya, dan jangan lupa pria itu hanya melepaskan pakaian bahagian bawahnya saja. " Aku harus pergi dari sini.. gumamnya. ** Pria membuka matanya, dia memegang pelipisnya yang terasa sakit. " Aku dimana?" Dia mengerjap pelan, dia berada di sebuah ruangan dan baunya sangat menyengat. " Sudah bangun.." Pria itu menoleh ke sebelahnya, ada dua orang pria berpakaian mahal duduk di kerusi, semantara di sisi mereka ada dua orang gadis cantik. " Siapa kalian?" " Bukan kami yang berhak menjawab pertanyaan mu itu.." " Apa?" Tak berselang lama, seorang pria berwajah dingin masuk di ruangan itu bersama seorang secretary—nya. Semua orang yang ruangan itu menundukkan kepala kearah pria itu. " Si-siapa kamu?" tanya pria itu gugup. " Lan.." pria yang di panggil Lan itu menoleh kearah gadis yang memanggilnya. " Dia adalah orang dekatnya Jackson.." kata gadis itu sambil menyerahkan tablet pada pria itu. Pria yang di panggil Lan tadi membuka tablet dan membaca biodata lengkap tawanan—nya itu. " Apa yang kalian inginkan?" tanya pria itu lagi, tapi lagi lagi tidak ada yang menjawab kata katanya itu, mereka membiarkan menyepi seperti angin berlalu. Setelah selesai membaca keterangan tentang pria di depannya, dia menyerahkan tablet itu pada gadis itu semula. " Mark Chua..." Lirih pria itu. " Kau tau kenapa kau ada disini?" Lanjutnya. " Tidak! Apa yang kalian mahukan.." " Nyawamu.." Dia adalah Dylan Alvaro, seorang Mafia yang sangat berpengaruh di Italia dan New York. " Apa salahku?" Tanya pria itu lantang. " Hoi b*****t, berani sekali kau!" Bentak kim, dia adalah anak buah kepercayaan Dylan, dia menendang wajah pria itu dengan geram karena telah berani menaikan suara pada bosnya. "Arh!" Pria itu terpelanting akibat dari tendangan itu. " Apa salahku?" Tanya pria itu lagi dengan darah mengalir di sudut bibir. " Salahmu karena kau keluarga Jackson!" Jawab anak buah kepercayaan Dylan yang lain, dia adalah Nick. " Siapkan peralatan.." kata Dylan tak ingin membuang banyak waktu. Kalau kebanyakan Mafia akan menunjukkan wajah dingin dan sinis ketika ingin menghabisi seseorang maka beda hal dengan Dylan, dia tersenyum lebar, aura kebahagiaan juga terpancar di wajahnya. " Lan.." panggil secretary—nya membuyarkan lamunan Dylan. " Sudah siap.." Dylan memandang besi yang hujungnya kemerahan karena baru di keluarkan dari dalam api. Sambil tersenyum dia melirik tawanan yang telah berkeringat dingin, bahkan sampai terkencing dalam celana. " Apapun kesalahan Jackson pada kalian, tapi saya tidak ada hubungan dengan mereka!" Bentak pria itu tapi juga ketakutan saat hujung besi itu mendekati telinganya. " Tapi kau ipar kesayangan dari keluarga Jackson.." kata kim sambil tersenyum sinis. Pria itu terdiam kaget, bagaimana mereka tahu? " Tapi saya tidak ada—Arh!" Pria itu berteriak kesakitan saat hujung besi itu mengenai telinganya. " Ayo kita bermain.." " Aku mohon ampunkan aku.." pria itu menangis mengiba dengan daun telinganya yang telah berlubang. " Arh!" Seperti tak mendengar kata apapun Dylan kembali mendekatkan hujung besi itu kearah pria itu, tapi kali ini dia mencolok lubang hidung tawanannya. " Arh!! Ampun.." Dylan membenci permohonan itu, sekilas ingatannya kembali pada masa lalu dimana seorang gadis meminta balas kasihan tapi sama sekali tidak ada yang mendengar, malah teriak kesakitan gadis itu membuat mereka bertambah semangat. " Apa katamu? Ampun? Huh?" Dylan semakin menjadi jadi, dan kini sasarannya adalah bola mata pria itu. " Arh!" Darah mengalir ke wajah pria itu, hidung yang telah rosak dan mata yang tinggal sebelah. Bola matanya melekat di hujung besi itu, seperti memanggang daging, aroma dari bola mata yang terpanggang itu memenuhi ruangan tersebut. Kim kembali duduk dan hanya menyaksikan bagaimana bosnya menyiksa tawanan. Abigail dan secretary— Dylan. Lee telah meninggalkan ruangan itu karena tak tahan dengan siksaan yang di lakukan Dylan. Nick dan kembarnya Natalie duduk bersebelahan, kedua sama sekali tak merasa kasihan pada orang tua itu. Dengan penuh kekuatan Dylan menusuk paha Itu itu dengan pisau, hingga tembus. " Arh!" ** " Ah!" Wanita itu terus menjerit nikmat setiap pria di atasnya itu menyodok liangnya dengan sangat dalam. " Gimana? Hem enak?" Tanya pria itu sambil memandang wajah wanita itu yang terus mendesah. " Jawab aku?" Tanyanya geram karena wanita itu tak menjawab. " Apa begitu enak sampai kau tak bisa berkata apa apa selain mendesah.. hem?" Dia terus menghenjut cepat, sampai bunyi penyatuan mereka memenuhi kamar itu. Wanita itu menggelengkan kepala kiri dan kanan, dia juga hampir menangis karena nikmat yang dia rasa tak dapat di gambarkan dengan kata kata. " Ah ahh!" Dadanya membusung dengan mulut terbuka, kakinya di lingkarkan di pinggang pria itu yang terus menghenjutnya tanpa ampun. " Kenapa kamu menangis? Hem?" Goda pria itu dengan senyuman sinis di bibirnya. " Apa kamu ingin aku berhenti?" Tanyanya lagi sambil mengubah posisi. Kaki wanita itu di tarik dari pinggangnya dan di angkat lalu di lebarkan. " Hiks.. Hiks! Ahh.. ah.." dia menjerit tertahan matanya juga penuh air mata, bukan karena kesakitan tapi nikmat yang diberikan pria itu yang tiada tara. " Apa aku berhenti saja sepertinya kamu kesakitan?" Pria itu berhenti menggoyang pinggulnya secara mendadak. " Kenapa berhenti?" Geram wanita itu, dia sudah hampir mencapai puncaknya tapi pria itu malah berhenti. " Karena kamu menangis, sayang.." jawab pria itu dengan wajah polos, sejurus kemudian dia tersenyum menyebalkan. " Brian jangan bercanda.." wanita itu yang geram mencoba mencari kenikmatannya sendiri dengan coba menggoyang pinggulnya. Tapi segera pria itu menahan kedua pahanya. " Brian.." wanita itu hampir berteriak kesal. " Kenapa sayang.." tanya pria itu dengan wajah polosnya. " Jangan berhenti, f**k me, Brian..." Teriak wanita itu geram. " Aaah!" Dia melotot memandang pria itu yang kembali menggoyang pinggulnya tiba tiba. " Tapi kamu jangan menangis ya.." Wanita itu hanya menatap sebal kearahnya, membuat pria itu tertawa kecil. " Sesuai permintaanmu, sayang..." Tak berselang lama, wanita itu memekik keras dengan d**a di busung ke atas. " Aaaah!" Tanpa berhenti atau memberi wanita itu istirahat sebentar, dia terus menghenjut cepat, " Berhenti dulu... Ahh!" Pria itu tak membiarkan wanita itu mengoceh, dia meremas d**a wanita itu yang sejak tadi seperti menentangnya dan sebelah tangannya lagi memainkan benda keras yang terselip di antara belahan indah di segitiga wanita itu. " Aku hampir sampai, Brian.." ucap wanita itu di sela sela isakannya. " Kamu menangis lagi, apa perlu aku berhenti, sayang.." goda Brian tanpa berhenti mengelus bahkan sampai mencubit benda kecil yang berdiri tegak di antara segitiga wanita itu. " Jangan berhenti, Brian.." wanita itu terus menjerit nikmat, matanya di pejam sambil menggigit bibirnya. " Aaah!" " Kita sama sama sayang..." Brian mengubah lagi posisi, kali ini dia memeluk wanita itu dan terus mengayun pinggulnya. Dapat wanita itu rasakan pusaka pria itu membesar di dalam sana, jeritan nikmat silih ganti di dalam kamar tersebut. Ranjang tempat mereka beradu kasih itu turut bergoyang kuat. Wanita itu menjerit nikmat ketika dia mencapai puncaknya, pria itu juga mencapai puncaknya, dan terus menarik pusakanya, lalu menunduk menjilat jilat liang wanita itu. " Brian, sudah.." wanita itu mencoba menyingkirkan kepala Brian dari bawa sana, dia masih mengatur nafasnya sehingga tidak ada tenaga untuk mendorong pria itu. Tapi seperti di rasuk setan, pria itu malah menahan kedua paha wanita itu dan membenamkan wajahnya di bawa wanita itu, dia menggigit, menjilat bahkan sampai di sedut rakus. " Ahh!" Tubuh wanita itu bergetar hebat dan menarik narik rambut Brian. " Ahh!" Dia membusungkan d**a ketika dia mencapai puncak lagi. " Enak, sayang.." Brian merebahkan badan di sebelah wanita itu yang masih mengatur nafasnya, dia tersenyum puas, wanita itu puas dengan permainannya. Bunyi berasal dari ponsel pria itu mengalihkan pandangan keduanya. " s**t!" Umpat pria itu ketika membaca pesan yang masuk dalam ponselnya. " Ada apa?" Tanya wanita itu sambil memandang pria itu yang buru buru mengenakan pakaiannya. " Brian..." Panggil wanita itu, Brian tak menjawab dan terus keluar dari kamar itu. Dia meraih ponselnya dan membaca pesan dari dalam group w******p. " Sial, bagaimana gadis itu bisa kabur?" —Bersambung—

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook