Dari dalam mobil Dylan memperhatikan rumah sederhana berdekatan dengan hutan itu.
Dia sudah tahu bawa salah satu dari anak buahnya ada yang telah berkhianat, namun dia membiarkan berbuat apapun yang dia mau, supaya saja dia puas!
Namun Dylan tak pernah tahu jika selama ini anak buahnya itu jugalah yang setelah menyembunyikan Jackson.
Setelah pengawal yang selama ini telah mengkhianatinya mengaku bawa mereka hanya di perintahkan oleh salah satu anak buah kepercayaan Dylan.
Pria itu langsung menghabisi mereka semua, dengan wajah di penuhi darah, Dylan keluar dari mobil.
" Tuan Dylan?" Gumam salah satu pengawal, dia tak menyangka akan ketahuan seperti ini.
Tanpa bicara Dylan mengangkat pistol dan menembak kepala orang itu.
" Suara apa itu?" Tanya orang dari dalam rumah itu, dan Dylan cukup mengenali suara itu.
Dengan penuh kekecewaan dan marah, Dylan menendang pintu.
" Dylan?" Mata pria itu melotot sempurna melihat siapa yang di hadapannya saat ini.
" Aku sudah menduga.." kata Dylan penuh kekecewaan. " Dimana Jackson?"
Dari dalam satu ruangan seseorang yang terikat atas kerusi itu, mendengar jelas suara orang yang selama ini ingin menuntut balas padanya.
" Apakah ini akhir hidupku?"
***
Natasha hanya mematung depan meja sambil memperhatikan jam di atas meja.
Sudah hampir sore namun suaminya masih belum pulang.
Yang tadinya begitu marah pada pria itu, kini sudah bertukar khawatir.
Brian tak pernah tak memberi kabar selama ini, apa pria itu dalam masalah?
" Sebenarnya kamu di mana, Bae.." gumamnya.
" Nona Tasya.."
Seorang pembantu rumah memasuki kamar itu sambil membawa makan tengah hari sang nyonya.
" Berapa kali saya mau bilang, saya tidak mau makan sebelum suami saya pulang.."
" Tapi, Nona—"
" Keluar kamu.." bentak Natasha sambil beranjak dari duduknya. " Keluar.."
" Nona harus makan, ingat nona Tasya sedang hamil muda.."
Natasha terdiam, apa yang dikatakan pembantu itu benar, sudah seharian dia tak makan karena khawatir dengan suaminya.
" dimakan ya, Nona.."
Natasha masih terdiam, lalu naik ke atas ranjangnya.
" Saya keluar dulu, Nona.. jangan lupa di makan ya.."
" Sebentar, Bik.."
" Iya Nona.." pembantu itu memutar tubuhnya kembali menghadap Nona Tasya.
" Itu ruang tamu udah di bereskan belum.."
Pembantu itu tertawa pelan, ternyata ketika mood ketakutan nona Tasya itu terlihat lucu.
" Kok bibi malah ketawa, semalam aku memerintahkan mereka karena sedang marah, kalau sekarang sudah tidak lagi, makanya aku takut.." Ucap wanita itu dengan jujur.
" Maaf, Nona Tasya.." pembantu itu membungkam mulutnya, terasa sulit sekali mengontrol untuk dia tak tertawa. " Semua sudah di bereskan, jadi Non Tasya tenang saja.."
" Baguslah, berarti aku sudah selamat, ya?"
Pembantu itu tertawa pelan, lalu meminta izin untuk kembali ke dapur.
" Kalau sampai malam Brian belum kembali aku akan ke markas, bodoh amat dengan larangannya itu."
***
Cristal tertawa kecil, mendengar kata pria itu bawa dia sedang bermimpi.
" Ini adalah kenyataan, Tuan.."
Cristal menurunkan tangannya, dan menyentuh sesuatu di pangkal paha pria itu yang tak pernah dia pegang selama ini.
" Ahh!" Desah Lee dan detik kemudian dia percaya bawa itu adalah kenyataan.
Mendengar desahan pria itu, Cristal terus menarik tangannya dengan wajah memerah, dia memalingkan wajah.
" Bantu aku melupakan masalahku.." bisik gadis itu di dekat telinga pria itu, lalu meniupnya pelan.
Hal itu memberikan sensasi berbeda dalam tubuh Lee, dia mendadak panas dan b*******h.
Cristal menjilat kuping telinga pria itu dan sesekali menggigitnya.
Lee yang tak tahan, menarik wajah gadis itu dan menciumnya penuh nafsu.
Cristal bersorak gembira dalam hati, akhirnya pria itu tergoda juga, meskipun nanti mungkin dia akan menyesali perbuatannya, namun untuk saat ini biarlah dia menikmatinya saja.
Lee melangkahkan kaki ke depan semantara Cristal berjalan mundur ke belakang tanpa melepaskan ciuman mereka.
Sehingga kaki gadis itu menabrak sofa, Lee melepaskan ciuman mereka lalu menuntun gadis itu untuk duduk.
Dia berdiri tegak di hadapan Cristal sambil melepaskan satu persatu butang kemejanya.
Cristal meneguk salivanya melihat tubuh berotot pria itu, setelah semua butang terbuka, Lee sedikit menunduk dan mencium bibir Cristal yang sedang mendongak memandangnya.
Ciuman itu berlanjut, semakin intens dan Cristal membalas walaupun terasa kaku.
Tadinya Lee berfikir mungkin gadis itu sudah biasa melakukan karena terlihat mahir menggodanya tadi, namun saat merasakan ciumannya, Lee tahu ini yang pertama bagi Cristal.
Perlahan Cristal merebahkan tubuhnya di sofa, dan secepat itu juga Lee naik menindih tubuhnya.
Ciuman mereka terlepas, Lee menatap wajah gadis itu yang terlihat memerah.
Perlahan pandangannya turun ke d**a gadis itu.
Cristal yang sadar arah pandang pria itu terus menyilangkan tangan di kedua aset miliknya.
" Jangan di tutup, Sayang.."
Lee menarik kedua tangan Cristal dan membawanya ke atas kepalanya.
Sekali lagi Lee meneguk salivanya melihat dua buah terlihat menggiurkan di depan matanya.
Tangan sebelah pria itu menyentuh hujung gundukan itu yang mengeras dan merah mudah.
Tiba tiba dia menunduk dan mengulum hujung d**a gadis itu.
" Aahh!" Cristal merasakan sensasi yang berbeda, dan itu baru pertama kali dia rasakan, dia menggelinjang kegelian.
Lee melepaskan kedua tangan gadis itu, lalu memainkan dan meremas hujung d**a gadis itu yang lain.
" Aahh.." bak cacing kepanasan Cristal bergerak gelisah.
Pria itu sedikit menindih tubuh gadis itu, sehingga mengurangkan pergerakan Cristal.
" Hmm.. shh.."
Lee melepaskan mulutnya dari hujung d**a gadis itu yang tampak basah.
" Kau menikmatinya.." Tanya pria itu sambil mengelus pipi gadis itu.
Cristal mengangguk.
Lee tersenyum senang lalu mencium lagi bibir gadis itu sambil menggoyangkan pinggulnya perlahan.
Meski masih terhalang celana panjang pria itu, namun Cristal merasakan kerasnya milik pria itu yang menyentuh permukaan liangnya.
" Aahh!"
Cristal mencengkam erat kedua lengan pria sambil mendongakkan kepala ke atas.
" Tuan.. aku.." ucap gadis itu tak jelas.
Lee tertawa kecil, dia tahu gadis itu sebentar lagi akan meraih puncaknya.
" Aaahh... Hmpp!"
Jeritan gadis itu tertahan oleh bibir pria itu yang tiba tiba membungkam mulutnya dengan mulut pria itu sendiri.
Tubuh Cristal menggeliat, namun Lee segera menahan perut gadis itu, dan sebelah tangannya lagi telah sibuk di bawa sana.
" Tuan.."
Cristal membuka matanya dan melihat Lee sudah terduduk di bawanya.
Pria itu memberikan dengan gerakan pelan di bawa sana.
" Hmm.. ahh!"
Gadis itu tersentak saat pria itu tiba tiba membenamkan wajahnya di bawa sana lalu memainkan lidahnya di permukaan clit Cristal.
" Aahhh!"
Cristal sekali lagi menggeliat kegelian, dia menggoyangkan pinggulnya tanpa di pinta.
" Tuan.. berhenti.."
Cristal mencoba menolak wajah pria dari bawa sana, dia merasakan seperti ada sesuatu yang akan meledak.
Lee malah semakin memeluk kedua paha gadis itu.
Gadis itu tak tahan lagi, dia mencengkam erat hujung bantal, dan pinggulnya terangkat membuat wajah Lee semakin terbenam di liangnya.
" Aah... Aahh.."
Kepalanya terangkat dari bantal, pelepasan yang luar biasa.
Berapa saat kemudian, dia melihat kebawanya, pria itu tampak masih menjilat intinya menjalar ke kedua pahanya.
" Mau lanjut?"
~ Bersambung ~