Natasha dengan terpaksa ikut Brian ke kamar setelah di ancam pria itu.
Dengan wajah masam dia memandang Brian yang sudah naik atas ranjangnya.
" Honey... Sini.." Brian menarik tangan gadis itu yang masih berdiri di hujung ranjang.
" Tapi aku mau tidur sama Dylan, Bae.." bujuk Natasha namun dia tetap merebahkan diri di sebelah pria itu.
" Ya udah sana! Tapi ingat selangkah saja kamu masuk kamar Dylan, kita tidak usah ada hubungan lagi, faham.." itulah ancaman yang paling ampuh yang mampu membuat Natasha hampir kehilangan kata kata.
" Tapi tidak tahu kenapa aku ingin sekali tidur tidur dengan Dylan.."
Brian menarik nafas kesal. " Jangan uji kesabaran aku, Tasya.." kata pria itu sudah sangat kesal.
Natasha terdiam, dia tahu kalau pria itu sudah memanggil namanya berarti dia sudah marah.
" Ya sudah aku mau tidur sama kamu saja, tapi kamu jangan marah ya.."
Natasha terpaksa memendam keinginannya agar sang kekasih tak marah, dia sendiri tak memahami dirinya sendiri kenapa dia begitu ingin tidur di kamar Dylan.
" Bae.."
Brian masih membuang muka ke samping tak mau memandang wajah gadis itu, dia sangat kesal, karena permintaan Natasha yang begitu aneh.
" Masih marah.." goda Natasha sambil terduduk lalu merangkak kearah kaki Brian.
" Apa yang kamu lakukan.." tanya Brian sambil melihat kebawanya. " Shh.. ah! Jangan.."
Gadis itu dengan senyuman menggoda sedang merayu pusaka Brian yang masih dalam celananya, dia sedang mengelus dengan lembut, detik berikutnya dia mengulurkan lidahnya dan menjilati benda itu mesti masih tertutup celana.
" Tasya.." Brian mencoba menahan tangan gadis itu tapi terlambat Natasha sudah berhasil mengeluarkan miliknya yang sudah mengeras itu
" Auch!" Jerit Natasha saat milik Brian menampar mulutnya.
" Awas kau.." dia mengusap perlahan sambil menggigit bibir bawanya.
" Kamu benar benar nakal.." geram Brian dan hampir menarik tubuh gadis itu.
" Opss!" Natasha sengaja memundurkan tubuhnya sambil tersenyum nakal untuk menggoda sang kekasih namun tangannya masih terus bermain di bawa Brian.
" Awas kamu.." geram Brian lagi. " Ahh!" Desah Brian.
Tangan Natasha yang tadi mengusap kini berubah menjadi urutan brutal.
Natasha tersenyum penuh kepuasan melihat Brian begitu tersiksa dengan permainannya.
" Arhh! Brian! Aku belum selesai.." protes Natasha ketika Brian menarik tubuh dan serentak itu terus menindih tubuhnya.
" Aku tidak peduli.." jawab Brian sambil melorotkan celana dalam Natasha ke bawa.
" Bae.." Natasha melotot memandang Brian yang terus saja merobek celana dalamnya.
" Itu celana dalamku yang paling mahal.."
" Nanti kamu belikan yang baru.." Brian memperbaiki duduknya sehingga miliknya sudah di depan pintu kenikmatan.
" Aahh!" Jerit Natasha saat Brian menampar gemas pada miliknya. " Itu sakit— Aaahh.." sekali lagi gadis itu menjerit saat Brian mendorong batangnya masuk.
" Apa masih sakit, hmm.." godanya sambil menggerakkan pinggulnya pelan.
" Aaahh!" Natasha mendesah tak tertahan saat Brian menyentak kuat miliknya.
" Aku tak akan mengampunimu malam ini.." geram Brian sambil memasukkan tangan ke dalam baju gadis itu.
" Oh!" Natasha membusung d**a, kepalanya terdongak ke atas dengan mata terpejam.
Brian mengubah lagi posisinya, dia menahan kedua tangan gadis itu di atas kepalanya.
Dia mencium bibir gadis itu, membuat desahan Natasha tertahan.
Tangan satu Brian masih berada dalam baju Natasha, dan meremas benda bulat dan kental itu dengan geram.
" Urmm.." desah tertahan Natasha.
Brian melepaskan ciumannya saat dibawa sana miliknya sudah di sirami dengan cairan Natasha, gadis itu telah mencapai puncaknya.
" Sekarang giliranku.." kata Brian setelah Natasha sudah bisa mengatur nafasnya.
" Tapi aku— Ahhh!" Pria itu tak mau mendengar penolakan, dia terus menggerakkan pinggulnya dengan brutal sehingga memancing gairah gadis itu kembali.
" Aaahh!"
***
Di bawa air shower yang masih deras, Dylan mengusap wajahnya.
Mungkin dia kelihatan santai saat bersama teman temannya tapi saat dia sendiri, dia kelihatan begitu banyak fikiran dan beban.
Tiba tiba tangan sebelahnya memukul dinding kamar mandi dengan keras.
" Argh!" Teriaknya membuat Sarah yang ada di kamarnya saat ini terperanjat kaget.
Tak berselang lama Dylan keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya.
Pria itu memandang Sarah seakan mau menahannya hidup hidup.
Sarah yang melihat tatapan tak biasa dari pria itu mulai ketakutan, dia mundur ke belakang sambil menggelengkan kepala.
" Tuan.."
Gadis itu melihat tangan Dylan yang berdarah. " Apa yang terjadi.." gumamnya pelan.
" Aku ingin menenangkan fikiran malam ini, dan ingin tidur nyenyak.." kata Dylan dengan suara tegas.
Sarah hanya mengangguk tanpa tahu maksud dari ayat pria itu.
" Kau bersedia melayaniku, bukan.." tanya Dylan dengan suara serak.
" Apa?" Kedua mata Sarah membulat, dia masih cukup lelah karena melayani pria itu dari pagi hingga sore. " Saya lelah.."
" Ya.." Dylan manggut manggut sambil merangkak mendekati gadis itu. " Kenapa harus minta izin semantara kamu adalah tawananku.."
Dylan menarik kedua kaki gadis itu. " Ahh!" Teriak Sarah ketakutan. " Tidak! Jangan lagi.."
Dia memohon, bahagian bawahnya masih terasa sangat sakit, tak mungkin dia melayani pria itu lagi.
" Mau atau tidak mau, kau tetap akan melayaniku.."
Dylan tersenyum melihat ke bawa gadis itu yang ternyata tak memakai celana dalam.
Dia meraba paha Sarah dengan perlahan, lalu dengan perlahan tapi pasti dia mulai menaikan tangannya, dan berhenti di pangkal paha gadis itu.
" Ahh.." desah Sarah pelan membuat Dylan memandangnya sekilas.
" Ahh ahh.." dedahnya lagi, Dylan membelai area intinya dengan lembut sesekali menekan clitnya.
" Kau menikmatinya ternyata.." kata Dylan sambil menatap Sarah yang sedang menutup mata.
" Apa kamu menyukai ini.." Dylan memainkan ibu jarinya di clit Sarah dengan gerakan pelan.
Kaki gadis itu bergerak tak teratur, di iringi desahan pelan dari bibir Sarah.
Dylan menyadari milik gadis itu yang sedikit kemerahan dan juga tampak bengkak, tapi itu malah terkesan seksi bagi Dylan.
" Ahh.. ahh.." desah Sarah, dia bergerak gelisah, kepalanya di gelengkan kiri kanan.
Tapi dia tak mampu berbuat apa apa karena pria itu menahan kedua pahanya.
Dylan terus memainkan jarinya di bawa sana, sesekali dia menusuk, membuat Sarah mendesah kuat.
Detik berikutnya, tubuh Sarah mengejang pertanda dia akan mencapai puncaknya.
Dylan yang menyadari itu, menusuk jari panjang ke dalam sana, semantara sebelah tangannya lagi terus memainkan clit Sarah.
Dia terus menatap gadis itu dengan wajah menggeram, rahangnya yang mengatup rapat. " Jangan di tahan sayang! Ayo keluarkan.."
Kedua tangan Sarah memegang seprei dengan erat di iringi desahan panjang.
" Aaahhh!"
Dylan menepuk nepuk milik gadis itu, cairan Sarah begitu banyak keluar.
Nafasnya tersengal sengal, lalu memutar tubuhnya ke kiri agar tak bisa melihat wajah menyebalkan pria itu.
Dylan melepaskan handuknya lalu berbaring di sebelah gadis itu.
Sarah kaget saat tiba tiba pria itu menyelipkan tangannya di punggung Sarah.
Kemudian berguling sehingga kini Sarah berada di atas tubuh pria itu.
" Angkat pantatmu.." perintah Dylan karena gadis itu duduk di atas perutnya.
Sarah menggelengkan kepala karena tahu apa yang akan di lakukan pria itu.
" Angkat.." Dylan mulai geram karena lagi lagi gadis itu menggelengkan kepala.
" Angkat pantatmu atau mau aku masukkan pistol ini di liangmu.." tanya Dylan yang tiba tiba mengambil pistol di bawa bantalnya.
" Tidak, jangan.." jawab Sarah ketakutan.
" Kalau begitu menurut.."
Kali ini Sarah mengangguk, dia mengangkat sedikit pantatnya.
" Mundurkan sedikit.." perintah Dylan, dan Sarah menurut.
" Stop.." Dylan menuntun miliknya untuk memasuki pintu kenikmatan.
Dylan memberi isyarat agar gadis itu menduduki pusakanya dengan pelan, dia tak bicara lagi, karena saat ini dia menahan nafas saat milik gadis itu menyentuh pusakanya.
" Ahh!" Desah Dylan ketika miliknya sudah terbenam sepenuhnya di dalam sana.
" Bergeraklah.."
" Huh?" Sarah kaget, juga tak faham.
Melihat ke polosan gadis itu membuat Dylan bertambah b*******h.
" Seperti ini.." Dylan menggoyang pinggulnya dari bawa, memberi tunjuk ajar.
" Ahh!" Desah Sarah.
" Buka pakaianmu.."
Sarah melirik pistol di tangan pria itu yang masih mengarah kearahnya.
Perlahan dia melepaskan bajunya, Dylan yang tak kesabaran mengambil baju gadis itu lalu di lemparkan dengan asal.
" Ayo bergerak.."
" Begini.." tanya Sarah dengan polos bahkan gerakannya juga sangat kaku, tapi entah kenapa justru Dylan sangat menyukainya.
" Ya begitu sayang.." Dylan memejamkan mata menikmati permainan gadis itu. " Yeah, teruskan sayang.."
Dylan memegang kedua pinggulnya gadis itu untuk membantunya bergerak lebih laju.
" Ahh ahh ahh.." Sarah menjerit, ketika Dylan mengambil alih dan menusuknya dari bawa dengan sangat brutal.
Dylan mengubah posisinya sedikit terduduk lalu memeluk tubuh gadis itu.
" Hmmp!" Sarah menjerit tertahan, karena pria itu sedang menutup mulutnya dengan mulut pria itu.
" Tuan.." Sarah terisak kenikmatan, dia memeluk tubuh pria itu dengan erat, bahkan sampai mencakar punggung Dylan. " Ahh ahh
aku mau pipis!" Jerit Sarah dengan kuat.
Dylan terus menggerakkan pinggulnya, sehingga akhirnya terdengar lolongan kenikmatan dari bibir keduanya.
Pria itu menerus melepaskan tubuh Sarah yang masih menikmati pelepasannya, dia bahkan masih terisak.
Dylan merebahkan tubuhnya dengan nafas masih tersengal sengal, dia kelihatan begitu puas!
bunyi ponsel pria itu memecahkan keheningan antara mereka.
" Ada apa, Aaron.." tanya Dylan saat melihat siapa yang menghubunginya.
" Bisa ketemuan besok, ada yang aku mau bicarakan sama kamu.."
— Bersambung —