Selamat membaca!
Di dalam ruang rawat, Chris sudah terlihat duduk di samping ranjang sambil terus menatap sendu putranya yang masih terbaring. Ada penyesalan dalam hatinya atas apa yang telah terjadi. Kala itu ia sungguh membenci dirinya sendiri.
"Maafkan Daddy, Alex. Semua ini karena Daddy! Kalau seandainya Daddy bisa jujur dan mengatakan semua ini padamu dan juga Mommy-mu, mungkin hal ini tidak akan sampai terjadi," ungkap Chris terus menyalahi dirinya sendiri.
Perkataan dan rasa bersalah Chris segera ditampik oleh Sandra yang kini sudah tepat berada di belakang tubuhnya. "Tidak Daddy, semua ini karena aku. Aku yang telah menusuk Alex dan membiarkannya begitu saja di dalam apartemen. Maafkan aku Daddy, aku tidak tahu kalau semua ini ternyata adalah jebakan agar aku membunuh Alex. Maafkan aku Daddy." Sandra tak dapat lagi menahan bulir kesedihan yang sudah menganak di pelupuk matanya. Air mata itu pun menetes dan langsung menghujani kedua pipinya.
Chris yang melihat rasa sakit dari raut wajah Sandra pun langsung bangkit dan mendekap tubuh menantunya itu.
"Sudah, tidak perlu menyalahi dirimu sendiri, semua ini bukan kesalahanmu. Jangan menangis lagi karena tangisanmu hanya akan membuat Alex sedih di alam bawah sadarnya. Sebaiknya doakan Alex agar ia cepat sadar dari komanya."
"Tapi Daddy, aku yang menusuk Alex. Aku bodoh karena sudah termakan jebakan dari penjahat itu. Sekarang aku yakin bahwa Alex tidak pernah memerintahkan pada anak buahnya untuk membunuh Ayahku, melainkan penjahat itulah yang telah membunuhnya karena dia ingin menjadikan aku alat untuk membunuh Alex." Sandra tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi kepada Alex.
"Sudahlah, jangan salahkan dirimu terus! Sekarang yang terpenting jagalah Alex dan temani sampai Alex kembali sadar dari komanya. Apa yang menimpa kalian saat ini, anggaplah sebuah cobaan untuk pernikahan kalian."
Chris pun melepas pelukannya dan mulai menangkup kedua sisi wajah menantunya itu.
"Kamu itu wanita yang baik Sandra," puji Chris sembari memberi sebuah kecupan pada pucuk rambut Sandra. Ia sudah menganggap wanita itu sebagai anaknya sendiri dan saat ini ada kesedihan yang begitu mendalam ketika melihat Sandra menangis dan terus menyalahkan dirinya sendiri.
Melihat momen mengharukan yang terjadi antara Sandra dan Chris membuat Sierra merasa tak enak hati berada di ruang rawat Alex. Ia pun memutuskan untuk keluar dari ruangan. Namun, langkahnya terhenti saat Chris memanggil namanya.
Sierra langsung menoleh untuk melihat ke arah Chris dengan penuh tanda tanya.
"Ada apa ya Papi Chris memanggilku? Apa dia akan memarahiku karena kedatanganku kembali ke Paris," batin Sierra yang tengah dirasuki rasa penasarannya.
Chris terus melangkah untuk mendekati Sierra yang tak berkedip menatapnya. Tampak jelas di wajahnya, ada rasa gugup yang sedang menaungi dirinya.
Tak butuh waktu yang lama, Chris kini sudah berada di hadapan Sierra dengan sorot mata yang penuh rasa bersalah.
"Maafkan saya ya karena telah memisahkanmu dengan Alex hanya demi menutupi rahasia besar saya," ungkap Chris penuh penyesalan.
Sierra begitu terhenyak dengan perkataan yang terlontar dari mulut Chris. Air matanya seketika lolos dan membasahi kedua pipinya tiada henti.
"Iya Dad, aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Aku juga mengerti alasan Daddy sampai melakukan semua itu," lirih Sierra dengan penuh kesedihan.
Chris pun tersenyum kecil setelah mendengar perkataan Sierra. Namun, tiba-tiba tubuh pria itu tampak mulai limbung dengan raut wajah yang semakin memucat. Sierra dengan sigap memapah tubuh Chris dan memeganginya dengan erat.
"Daddy, kenapa?" Sierra terus melihat ke sekujur Chris hingga pandangannya terhenti pada luka tembak yang terdapat pada sebelah kaki Chris.
"Dad, itu kakimu tertembak?" tanya Sierra dengan kedua alis yang saling bertaut.
"Tidak apa-apa Sierra, ini hanya luka ringan. Bukan masalah untuk saya."
Sierra menggeleng tak setuju dengan ucapan Chris yang meremehkan luka di kakinya.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Dad! Daddy harus segera di obati kalau tidak bisa bahaya, bisa infeksi. Sekarang kita ke bawah! Aku ingin Daddy di tangani oleh tim medis agar peluru di kakimu bisa dikeluarkan."
Saat ini, Chris tak bisa menolak dan menuruti apa yang Sierra katakan. Setelah pamit kepada Sandra, Sierra mulai memapah tubuh Chris untuk membantunya melangkah keluar dari ruang rawat Alex.
"Ya Tuhan, belum juga Alex sadar. Sekarang kondisi Daddy pun sedang terluka. Semoga saja keadaan ini bisa segera membaik," batin wanita itu yang semakin diliputi rasa cemas.
()()()()()
Kekhawatiran serupa kini tengah dialami oleh Naori yang masih berada di dalam mobil bersama Elsa dan Oscar.
"Oscar, saya khawatir dengan kondisi Chris? Apa kamu tidak membantunya saja?" tanya wanita itu yang tengah dilanda rasa cemas.
Kekhawatiran Naori seketika dijawab oleh Elsa yang sejak tadi terus melihat bila sang ibu benar-benar cemas memikirkan ayah sambungnya itu.
"Mom, tidak perlu cemas. Daddy itu pria yang kuat. Dia pasti bisa menang melawan pria jahat itu!" Elsa mendekap erat tubuh Naori yang sungguh rapuh. Ia tak bisa membayangkan bila harus kehilangan sosok pria yang dicintainya lagi seperti dulu. Itulah sebabnya, mengapa Naori benar-benar kelihatan cemas memikirkan Chris yang terakhir ditemuinya sedang terluka pada bagian kakinya. Namun, masih harus bertarung dengan pria yang telah menculiknya.
"Betul kata Elsa. Nyonya tidak perlu khawatir, Tuan Chris pasti akan menang. Beliau itu mafia hebat, tidak mungkin kalah melawan bocah ingusan macam Harry," ungkap Oscar yang sangat percaya bahwa majikannya itu sanggup menghabisi Harry seorang diri, walau dengan kondisi yang tengah terluka.
Naori pun mencoba bersikap lebih tenang di hadapan putrinya. Sambil menata hatinya yang gundah, ia mulai mengirimkan sebuah doa pada yang Kuasa untuk keselamatan suaminya.
"Ya Tuhan, Chris itu adalah orang baik. Aku mohon selamatkan dia. Aku tidak ingin kehilangan pria yang selama ini sudah seperti malaikat untuk hidupku dan juga putriku," gumam Naori masih terus menatap putrinya yang kini sudah berusia 14 tahun dengan senyum yang mulai mengembang.
()()()()()
Kembali ke rumah sakit. Suasana begitu hening. Pekat terasa menyelimuti hati Sandra yang tengah dirundung air mata. Tak ada senyuman manis yang sering terulas dari kedua sudut bibirnya. Senyum itu tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan yang mungkin tak dapat hilang dalam waktu dekat. Ia terus menatap lekat suaminya dengan sendu. Sambil menggenggam tangan Alex, wanita yang kini terus berharap dalam hatinya coba menyampaikan kembali keinginannya kepada sang suami yang sampai detik ini masih nyaman terpejam.
"Alex, aku janji! Aku akan menjadi istri yang baik, selalu menemanimu dalam hal apa pun termasuk urusan mafiamu. Aku mau belajar bela diri agar tidak perlu menyusahkanmu lagi. Terlebih saat aku diculik seperti kemarin. Maka itu, aku mohon sadarlah. Apa kamu tidak ingin menggendong anak kita kelak? Alex, maafkan aku. Maaf karena aku telah menyakitimu, padahal kamu sudah mengatakan dan menjelaskan tentang masalah Sierra. Aku yang jahat, Alex dan bukan kamu," lirih Sandra dengan air mata kesedihan yang tak berhenti lolos begitu saja dari kedua sudut matanya.
Air mata yang menandakan bahwa hati Sandra benar-benar amat terluka akan kondisi Alex saat ini. Air mata yang terus menetes hingga membasahi tangan Alex yang terus digenggamnya.
Beberapa menit luapan air mata itu terus membuncah, tak ada hal yang terjadi. Alex masih terpejam dalam komanya. Membuat Sandra hanya bisa tertunduk lesu, menahan kesedihan yang terus menusuk relung hatinya.
"Alex, aku mohon."
Sesekali manik matanya melihat Alex masih bergeming nyaman dalam posisinya. Membuat Sandra semakin larut dalam kesedihannya. Ia merasa harapannya sirna. Sebuah harapan, betapa wanita itu ingin melihat suaminya sadar agar ia bisa memohon maaf atas apa yang telah dilakukannya.
Sampai akhirnya, jemari yang masih digenggamnya mulai bergerak, walau terasa sangat lemah. Sandra pun terhenyak, pandangan matanya seketika mengarah pada wajah Alex yang kini mulai terlihat mengerjapkan kedua matanya.
"Alex."
Bersambung ✍️