Direnggut Paksa
Selamat membaca!
"Sekarang layani aku!" Seorang pria paling ditakuti di kota Paris terdengar memberi perintah. Suara khas yang berat itu seperti tak bisa dibantah oleh siapa pun. Titahnya seperti ucapan raja. Ya, siapa lagi kalau bukan Alex Decker. Putra semata wayang dari pasangan Chris Decker dan Grace. Nama besar sang ayah sebagai mafia membuat Alex benar-benar disegani baik oleh lawan maupun kawan di kota Paris.
"Tapi, Tuan, kita kan belum menikah. Tolong jangan lakukan ini padaku, Tuan!" Sandra semakin ketakutan saat melihat pria dengan rahang tegas itu mulai mendekat ke arahnya.
Meskipun terbilang tampan. Namun, apa yang dilakukan Alex sungguh menakutkan. Ya, pria itu memberi perintah untuk melayaninya sementara Sandra sama sekali bingung harus bagaimana karena memang ia belum pernah sekalipun melakukan hal tersebut.
Siapa pun pasti tidak akan ada yang percaya jika Sandra hingga detik ini masih menjaga kesuciannya, termasuk Alex yang terus memangkas jaraknya dengan naik ke atas ranjang.
Melihat Alex yang kian mendekat, Sandra terus menjauh sampai tubuhnya terbentur sandaran ranjang yang membuatnya tak bisa lagi menghindar selain turun dari ranjang dan berlari sejauh-jauhnya.
"Apa aku harus menyerahkan kehormatanku pada pria yang baru saja aku kenal? Pria yang kejam dan tidak punya hati sama sekali!" gumam Sandra dengan bibir gemetar dan bulir kesedihan tampak sudah menganak di kelopak matanya.
Namun, bukan Alex namanya jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Tiba-Tiba ia mengeluarkan pistol dari balik celana dan langsung mengarahkan ke wajah Sandra yang sudah terlihat begitu pucat.
"Aku tidak suka jika meminta untuk kedua kalinya! Cepat lakukan!" perintah Alex yang sudah dipenuhi napsu setelah pertama kali melihat Sandra. Jujur saja, bagi Alex, wanita itu terlihat cantik. Tubuh seksi ditambah ukuran d**a yang cukup besar benar-benar membuat pria itu sulit melewatkan kesempatan untuk bisa menjamah Sandra.
Ancaman Alex sukses menciutkan nyali wanita itu. Sandra kini mulai membuka pakaiannya saat ujung pistol milik Alex berhasil membuka dua kancing kemeja bagian atas.
"Tubuhmu benar-benar seksi." Tanpa ancang-ancang, Alex langsung menerkam Sandra hingga wanita itu tertindih tubuh kekarnya. Pria yang tengah diburu nafsu itu semakin liar menciumi leher jenjang Sandra setelah melucuti semua pakaian dalam yang dikenakan wanita itu. Kini baik Sandra dan Alex terlihat polos tanpa busana. Kulit mereka saling bersentuhan. Semakin menaikan birahi Alex yang kian membuncah, terlebih saat ia dengan begitu buas mengulum kedua d**a Sandra hingga suara desahan yang sempat tertahan, berhasil lolos begitu saja dari mulut wanita itu.
"Argh ... jangan begini, Tuan!" Sandra mulai merasa aneh. Bukannya terus menolak dan terus menjauhkan tubuh Alex, reaksinya justru berbanding terbalik dengan itu. Tubuhnya seolah pasrah. Membiarkan Alex menciumi setiap jengkal area sensitifnya hingga suara desahan yang terdengar semakin intens tanpa jeda.
Setelah benar-benar membuat bagian inti Sandra basah, Alex mulai melakukan penyatuan. Meski awalnya sulit. Namun, Alex sukses menembus pertahanan Sandra hingga sang pemilik keperawanan mengaduh, walau sempat menahan suaranya dengan menggigit bibir ranumnya.
"Sial! Meski rasanya sakit, tapi kenapa aku malah menikmati semua ini? Kenapa?" Sungguh dilema. Sandra merutuki dirinya sendiri. Kesal karena bukan terus memberi perlawanan tanpa akhir, ia justru terlena dengan setiap sentuhan yang diberikan Alex pada tubuhnya.
***
Beberapa jam sebelum adegan panas itu terjadi. Tepat di sebuah rumah yang terbilang cukup luas karena memiliki halaman yang bisa menampung lima sampai tujuh mobil di dalamnya, tampak sebuah mobil berhenti. Seorang wanita keluar, lalu melangkah menuju pintu rumah.
"Katakan di mana ayahmu atau aku akan ledakan kepalamu?"
Sandra tercekat kaget dengan keringat pada dahinya. Bagaimana tidak, baru saja ia membuka pintu rumah, sebuah pistol tiba-tiba menempel ketat pada pelipisnya. Wanita itu pun tak dapat melawan, ia hanya bisa pasrah dengan hidupnya yang saat ini berada di tangan seorang pria berperawakan tegas dengan bulu tipis pada rahangnya. Tatapan matanya begitu tajam membuat siapa pun pasti akan takut ketika melihatnya. Saat ini, raut wajah pria itu sangat kental dengan senyum liciknya yang khas.
"Saya tidak tahu ke mana ayah saya. Tolong Tuan, jangan tembak saya!" pinta Sandra sambil menahan rasa takutnya.
Wanita itu terus memohon untuk mempertahankan nyawanya yang sedang terancam. Akan tetapi, pria itu malah mengabaikan seakan tak mendengar permintaannya.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin ayahmu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya! Dia telah menipuku dan membawa lari uangku!"
Sambil terus menahan rasa takutnya, wanita itu pun berpikir keras untuk dapat meredam kemarahan Alex yang tengah memuncak. Setelah diam beberapa detik, tiba-tiba terbesit sebuah ide dalam pikiran wanita itu untuk mengganti uang yang telah dilarikan oleh ayahnya tersebut. Tentunya agar dirinya bisa terhindar dari pria yang saat ini sedang mengancamnya.
"Biar aku ganti saja, Tuan! Memangnya berapa banyak uang yang telah dilarikan oleh ayahku?" tanya wanita itu dengan terbata disertai napasnya yang masih tercekat hingga membuat detak jantung menjadi tak beraturan.
Alex pun berdecih kasar mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu. Kedua alisnya kini saling bertaut dengan sorot mata yang semakin tajam menatap ke arah wanita itu, seolah meremehkan.
"10 Miliar!" ucap Alex singkat. Namun, perkataan pria itu sudah mampu membuat wanita itu sangat terpukul karena jumlah yang Alex katakan seketika menghancurkan harapannya untuk terbebas dari ancaman sang mafia.
"Apa 10 Miliar?" Raut wajah Sandra terlihat semakin memucat hingga membuatnya sulit menelan salivanya. Bagaimana tidak, nilai uang yang Alex katakan, benar-benar tidak masuk akal. Kini keringat pada dahi Sandra pun semakin bercucuran karena rasa takut yang perlahan mulai menggerogoti keberaniannya.
"Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Aku pikir masih di bawah 1 miliar," gumam Sandra tercekat tak percaya.
Wanita itu sungguh tak menyangka bila ayahnya bisa melarikan uang sebanyak itu dari Alex yang saat ini masih menodongkan pistol pada pelipisnya.
"Jadi bagaimana?" tanya Alex menaikan kedua alisnya dengan wajah yang menyebalkan.
"Maaf Tuan, tapi jika sebanyak itu aku tidak sanggup untuk menggantinya," jawab wanita itu menjadi serba salah.
Alex tampak mengusap rahangnya untuk berpikir. Tak berapa lama, senyuman tipis yang licik terlihat jelas di wajahnya.
"Jika kamu tidak bisa memberi tahu ke mana ayahmu! Lebih baik aku membunuhmu dan utang ayahmu akan lunas!"
Saat Alex mulai menarik pelatuk pada pistolnya, napas wanita itu semakin sesak mengetahui bahwa maut kini sudah benar-benar dekat menjemputnya. Namun seolah tak jera, wanita itu terus memohon pada Alex. Walaupun pada akhirnya, semua perkataannya harus berakhir sia-sia karena pria itu sama sekali tak menggubrisnya.
Alex sudah bersiap untuk menembak. Namun, sesaat sebelum jari telunjuknya bergerak, perkataan yang dilontarkan Sandra membuat Alex tertarik untuk mempertimbangkannya.
"Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Alex sambil menyentuh daun telinganya sebagai perintah bahwa Sandra harus mengulangi apa yang baru saja dikatakannya.
"Iya Tuan, aku mau melakukan apa pun asalkan kau mengampuniku dan tidak menembakku," ucap Sandra mengulang kalimatnya dengan nada yang lebih keras.
Alex pun menyeringai. Senyuman licik terbentuk saat sebuah ide yang menguntungkannya terbesit begitu saja.
Bersambung✍️