Selamat membaca!
Sandra tampak duduk di sebelah ranjang dengan kedua mata yang terus menatap Alex. Rasanya begitu sakit. Terlebih kondisi pria yang kini tengah koma itu diakibatkan karena kebodohannya. Alex yang gagah saat menyelamatkan nyawanya, kini terbaring lemah dan tak berdaya. Tak ada kekuatan lagi yang mampu membuat wanita itu tegar. Sandra hanya bisa menangis, merutuki apa yang telah dilakukannya.
"Alex, maafkan aku," lirih Sandra dengan terisak, menahan suara tangisnya agar tidak membuat suara gaduh di dalam ruangan.
Sandra terus menggenggam tangan Alex dengan begitu erat. Ia menatap lekat wajah suaminya yang masih tak sadarkan diri.
"Alex, aku mohon bangunlah! Sadarlah!" pinta Sandra yang sedikit mengguncangkan tubuh Alex. Berharap agar pria itu segera tersadar dari komanya.
Tak hanya sampai di situ, Sandra pun mendekap tubuh Alex dengan erat. Ia menaruh harapan besar agar Alex mampu mendengar suaranya dan segera membuka kedua matanya yang erat terpejam. Namun, apa yang dilakukan Sandra semua sia-sia. Pria itu tetap bergeming. Masih dalam keadaan sama. Membuat tangisan Sandra saat itu seketika pecah. Linangan air mata pun terus berderai dari kedua sudut matanya. Sandra benar-benar hancur dan sangat menyesal atas apa yang telah dilakukannya. Andai ia bisa berpikir jernih dan dapat mengendalikan rasa dendamnya, mungkin hal itu tidak harus terjadi.
Namun, saat itu adalah situasi yang amat sulit baginya untuk mengontrol dendam yang benar-benar telah membutakan mata hatinya hingga membuat Sandra tak dapat membedakan mana yang salah dan mana yang benar untuk dilakukannya.
Penyesalan yang membuat Sierra begitu iba melihatnya. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa selain berdoa dan berharap agar Alex segera sadar dari komanya.
"Kasihan Sandra, aku tahu bagaimana hancurnya perasaannya saat ini. Terlebih setelah ia mengetahui kondisi Alex yang koma akibat apa yang dilakukannya," batin Sierra merasa iba. Bahkan air matanya ikut meleleh karena mendengar kesedihan Sandra yang begitu piluh.
Di saat kesedihan semakin menyelimuti seisi ruangan, suara ketukan pintu terdengar keras dan langsung menjeda suara tangisan Sandra. Sierra pun seketika mengusap air matanya dan bergegas melangkah ke arah pintu. Ia mulai membuka pintu ruangan dengan perlahan dan apa yang ada dilihatnya, sungguh membuat wanita itu terhenyak.
Bagaimana tidak, saat ini di depan matanya tampak dua petugas polisi sedang berdiri di ambang pintu dengan sorot mata yang mengarah ke dalam ruangan. Namun, tubuh Sandra masih belum terlihat oleh petugas polisi itu.
"Maaf Nona, saya mencari seorang wanita yang diduga kuat sebagai pelaku penusukan saudara Alex. Dari rekaman CCTV yang ada dan juga informasi yang kami dapat dari resepsionis, pelaku itu sedang berada di ruangan ini," ucap salah satu petugas polisi menyampaikan maksud kedatangannya.
Penjelasan itu membuat Sierra tercekat kaget. Ia berusaha menampiknya. Namun, sayangnya kedua polisi itu sudah merangsek masuk hingga melewati tubuhnya yang sempat menghalangi jalan mereka.
"Sandra bersembunyilah! Maafkan aku tidak bisa mencegah mereka untuk masuk," batin Sierra yang sudah pasrah dan mendoakan agar Sandra tidak tertangkap oleh kedua polisi yang saat ini sudah berada di dalam ruangan.
Sierra masih tetap peduli kepada Sandra, walau apa yang telah dilakukannya kepada Alex benar-benar membuatnya kecewa. Namun, itu tak merubah pemikirannya untuk tetap bersikap baik terhadap Sandra. Sierra tahu betul bahwa saat ini Sandra adalah wanita yang sangat berarti untuk Alex. Maka dari itu, kehadiran Sandra di samping Alex, diharapkan dapat membuat pria itu sadar dari komanya.
Kedua polisi kini terus mencari di berbagai sisi ruangan setelah mereka tak berhasil menemukan Sandra di dekat tubuh Alex yang sedang terbaring lemah dengan masker oksigen di wajahnya. Namun, sekeras apa pun kedua polisi itu mencari mereka tetap tak bisa menemukan keberadaan Sandra.
"Sepertinya memang benar kata Anda jika wanita itu tidak ada di sini. Baiklah Nona, kalau Anda mengetahui kabar dari wanita itu, tolong informasikan dengan menghubungi pihak kepolisian!" pinta salah satu petugas polisi dengan tegas.
Sierra pun hanya mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan oleh petugas polisi tersebut. Setelah mereka keluar dari ruangan, Sierra mulai merasa lega karena Sandra ternyata masih selamat dari kedua polisi yang ingin menangkapnya. Namun, semua itu membuatnya penasaran hingga ia kini mulai mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Sandra. Sierra masih terus menilik ke berbagai sudut ruangan sambil memanggil nama Sandra. Namun, sampai beberapa menit, ia masih belum mendapatkan jawaban dari wanita yang tiba-tiba menghilang dari ruangan tersebut, layaknya seperti sebuah pertunjukan sulap.
"Sandra, ayo sudah keluar saja! Kamu tidak perlu takut lagi karena petugas polisi itu sudah pergi. Sekarang kamu sudah aman!"
Suara yang dapat didengar oleh Sandra. Namun, wanita itu belum dapat menjawabnya karena ia sedang sibuk menahan dirinya agar tidak terjatuh dari posisi berpijaknya saat ini. Ya, suasana malam itu di luar jendela kamar sungguh tak bersahabat. Angin terasa bertiup kencang. Bahkan sampai membuat surai hitam milik Sandra terurai berantakan. Membuat wanita itu terus menguatkan genggaman tangannya agar tak terjatuh ke dasar gedung. Kedua kakinya tampak gemetar berpijak pada tepian dinding yang sebenarnya sangat tipis untuk dijadikan sebuah pijakan.
"Jika aku jatuh dari ketinggian ini, pasti aku akan langsung mati," gumam Sandra menelan salivanya dengan kasar sambil menatap jauh ke dasar gedung.
Tak berapa lama, Sierra pun mulai membuka jendela kamar. Membuat Sandra yang terkejut seketika langsung tergelincir jatuh. Namun, kedua tangannya masih dapat menggapai pijakan bangunan yang menjadi tumpuannya hingga wanita itu masih selamat dari maut yang tengah mengintai hidupnya.
Sierra yang melihat hal tersebut, menjadi panik dan dengan cepat langsung meraih tangan Sandra untuk mengangkat tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Ayo Sandra, berusahalah naik!" titah Sierra dengan panik, saat tenaganya ternyata tak kuasa menarik beban tubuh Sandra yang sedang terayun-ayun karena diterpa hembusan angin.
"Sierra aku mohon jangan lepaskan tanganmu!" pinta Sandra dengan raut wajah yang penuh rasa takut.
Sandra sesekali melihat ke arah bawah dasar gedung. Ia benar-benar merasa sangat ketakutan. Terlebih saat jemari Sierra mulai terlepas secara perlahan dari genggamannya.
"Aku tidak ingin melepaskanmu, tapi sekarang aku merasa sudah tidak kuat lagi, Sandra. Aku minta maaf." Wajah Sierra semakin memerah karena terus berupaya menahan beban tubuh Sandra yang begitu berat. Terlebih terpaan angin yang berhembus sangat kencang membuat tubuh wanita itu terayun ke kiri ke kanan.
Sandra pun hanya bisa menangis, meratapi takdir hidupnya. Hidup yang tak lama lagi akan berakhir dengan kematian. Bahkan ia tidak sempat mengatakan permintaan maafnya kepada Alex ketika pria itu sadar dari komanya nanti. Pikiran Sandra sudah mulai pasrah. Sampai akhirnya, ia hanya bisa mengatakan sebuah pesan yang ditujukan kepada Alex.
"Sierra, aku mohon sampaikan pada Alex jika sangat menyesal atas apa yang telah aku lakukan. Katakan aku juga minta maaf karena telah menusuknya. Sampaikan jika aku sangat mencintainya dan aku mohon jagalah Alex untukku. Aku mohon, Sierra," ucap Sandra dengan penuh isak tangis. Air matanya terus menetes, berderai tiada henti membasahi wajahnya yang sendu.
Tak beberapa lama kemudian, tangan Sierra pun seketika terlepas dan membuat tubuh Sandra meluncur cepat ke bawah, disertai dengan suara teriakan Sandra yang membuat Sierra begitu histeris.
"Sandra," teriak Sierra sambil terus menatap Sandra yang sedang terjatuh.
Sandra hanya terpejam, pasrah akan takdir hidupnya yang akan berakhir. Namun, ia terhenyak ketika tubuhnya terayun dan terhempas mengikuti tarian angin yang berhembus di luar gedung. Wanita itu pun mulai memberanikan dirinya untuk membuka kedua matanya dengan perlahan. Sampai akhirnya, ia mulai melihat sosok pria yang kini menggenggam tangannya dengan begitu erat.
Mengetahui bahwa dirinya selamat, membuat Sandra kini mulai dapat bernapas dengan lega. Terlebih sosok pria yang telah menyelamatkannya saat ini adalah Chris, mertuanya. Sandra sangat beruntung karena Chris datang di saat yang tepat. Pria itu awalnya tak menyangka bila seseorang yang tengah bergelantungan di luar ruangan adalah menantunya. Sungguh takdir seolah sudah mengatur dengan sedemikian rapinya hingga membuat Chris memilih menaiki anak tangga, padahal di rumah sakit itu tersedia lift untuk para pengunjung. Namun, di saat Chris datang, kondisi lift sedang dalam perbaikan hingga membuat para pengunjung yang hendak menuju lantai atas harus menggunakan tangga darurat.
"Ayo cepat naik, Sandra!" Chris mengernyitkan dahinya, menahan beban tubuh Sandra dengan sekuat tenaganya yang sebenarnya tidak dalam kondisi baik.
"Aku mohon selamatkan aku. Jangan lepaskan genggamanmu, Daddy!" pinta Sandra yang sedang berusaha menginjak tepian dinding untuk mengangkat tubuhnya.
Di saat Chris hampir saja kehilangan tenaganya, beberapa pengunjung rumah sakit yang melihat situasi itu pun bergegas menolong Chris untuk menyelamatkan Sandra beruntung.
Sandra pun selamat dan langsung memeluk tubuh Chris dengan erat. Ia sangat berterima kasih atas pertolongan yang Chris berikan padanya. Di tengah keputusasaannya, Tuhan masih memberikan kesempatan agar ia dapat menebus semua kesalahannya terhadap Alex, suaminya.
"Kau telah menyelamatkanku, Daddy. Padahal jika kau tahu apa yang aku lakukan, mungkin kau akan menyesal telah menolongku." Sandra semakin meluapkan kesedihannya di pelukan Chris hingga membuat air matanya berderai tiada henti membasahi wajah Sandra yang sendu.
"Aku sudah tahu semuanya, tapi ini bukanlah kesalahanmu. Kamu itu hanya korban permainan Harry dan sekarang kamu tidak perlu khawatir karena aku telah berhasil membunuhnya dan untuk kondisi Alex kita hanya tinggal menunggunya sadar saja," ucap Chris coba menenangkan hati Sandra yang tengah benar-benar dilanda penyesalan. Penyesalan yang teramat menyakitinya.
Sandra pun mulai mengurai pelukannya dan mengusap air mata di kedua pipinya dengan jemarinya. "Terima kasih, Dad karena kamu sudah menyelamatkan aku dan mau memaafkan kesalahanku, tapi aku sungguh menyesali semuanya, Dad," lirih Sandra masih merasa sangat bersalah.
Mendengar kesedihan Sandra, Chris pun mulai menangkup kedua sisi lengan menantunya itu. Ia menatap lekat wajah Sandra dengan sorot matanya yang teduh.
"Percayalah padaku! Alex itu kuat, dia pasti selamat." Chris mengulas senyuman dari kedua sudut bibirnya yang membuat perasaan Sandra menjadi lebih lega dari sebelumnya.
Melihat menantunya sudah lebih tenang, Chris pun akhirnya mengajak Sandra kembali ke ruangan Alex. Ia juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa pengunjung yang telah membantunya menyelamatkan Sandra.
Tak butuh waktu lama, keduanya kini sudah tiba di depan ruangan di mana Alex dirawat. Chris mulai mengetuk pintu ruangan. Tak lama, Sierra yang sejak tadi sudah menangis histeris karena mengetahui Sandra jatuh langsung membukakan pintu. Wanita itu pun mulai menatap Chris dengan rasa takut. Ia begitu terkejut saat melihat pria yang sudah membuatnya terpisah dengan Alex, kini ada di depan matanya.
"Kamu tidak perlu takut padaku Sierra. Saya tidak akan membunuhmu. Lagipula Alex sudah tahu rahasia saya dan mungkin ini adalah saatnya untuk saya berkata jujur pada Alex."
Perkataan Chris membuat napas Sierra yang tercekat seketika menjadi lega. Kedua matanya pun mulai beralih pada sosok wanita yang sudah menampakkan diri dari balik tubuh Chris.
"Sandra." Sierra melangkah maju melewati Chris dan langsung mendekap erat tubuh Sandra. Hatinya yang kalut, terasa amat lega ketika mengetahui ternyata Sandra masih selamat.
"Syukur kamu masih hidup Sandra. Maafkan aku. Aku tadi sudah tidak kuat menahan tubuhmu lagi." Sierra tak mampu lagi menahan isak tangisnya dengan air mata yang terus jatuh membasahi kedua pipinya.
"Bukan salahmu Sierra. Sudah jangan sedih lagi seperti ini! Sekarang yang terpenting aku kan masih hidup. Lagipula sepertinya aku memang harus diet dan mengurangi makan di saat malam." Sandra mulai mengusap punggung Sierra. Berharap apa yang ia lakukan, mampu menenangkan resah yang sejak tadi mengusiknya.
"Aku bersyukur Sandra karena Tuhan mengabulkan doaku. Jika kamu tidak ada, pasti Alex akan sangat kehilanganmu dan aku tidak mau hal itu sampai terjadi."
"Aku juga minta maaf karena telah membuat Alex jadi seperti ini," jawab Sandra mulai mengurai pelukan Sierra dengan senyuman yang perlahan mengintip dari raut sendunya.
Situasi yang membuat Chris berdeham keras hingga keduanya sama-sama menoleh canggung ke arah pria yang sedari tadi masih mematung di depan pintu ruangan.
"Bolehkah kalian berdua minggir sebentar karena kalian menghalangi jalanku untuk masuk ke dalam?" Pertanyaan Chris seketika membuat senyum simpul mulai terulas di wajah kedua wanita cantik itu. Wanita yang merupakan bagian dari hidup Alex. Kini dengan perasaan teramat canggung, mereka pun beringsut cepat hingga membuat Chris dapat masuk ke dalam ruangan.
"Dasar wanita! Kalian itu kalau sedang cengeng seperti ini, layaknya tontonan drama korea yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menangis," gerutu Chris membuat Sandra maupun Sierra hanya saling menatap dengan rasa canggung yang tengah mengusik mereka.
Keduanya masih terdiam tanpa kata dan terus menatap langkah Chris yang mulai masuk ke ruangan untuk melihat kondisi putranya.
Bersambung ✍️