Selamat membaca!
Setelah berhasil membawa Grace ke tempat yang aman, kini Oscar bergegas membantu Evans yang terlihat kewalahan menghadapi Lucas.
"Nyonya sekarang tunggulah di sini sampai aku kembali! Aku akan pergi membantu Evans dulu."
Grace dengan terbata mengiyakan perkataan Oscar. Rasa takut yang kian memenjarakan hatinya, membuat tubuhnya gemetar. Ia tidak pernah menghadapi situasi seperti sekarang ini, apalagi sampai harus menjadi tawanan dari obsesi seseorang.
"Ya Tuhan, selamatkan Oscar dan Evans agar aku bisa bebas dari sini," gumam Grace penuh harap. Wanita itu masih menatap nanar kepergian Oscar yang semakin menjauhinya.
Tanpa banyak menunggu, Oscar langsung membantu Evans dengan ikut menyerang Lucas. Namun, bukannya protes karena pertarungannya diganggu oleh Oscar, Lucas malah menyeringai seolah menantang keduanya.
"Memang sepertinya kau harus dibantu oleh rekanmu ini. Kau itu payah dan tidak akan bisa menang dariku!" kecam Lucas dengan nada suaranya yang terdengar angkuh.
Evans begitu geram atas penghinaan Lucas. Amarahnya pun kian membuncah hingga memenuhi pikirannya. Sambil menepikan tubuh Oscar untuk berhenti ikut menyerang Lucas, Evans melancarkan beberapa pukulan yang tak berhasil dihalau oleh pria itu. Terakhir pukulan uppercut dari Evans berhasil mengenai rahang wajah Lucas hingga membuat pria itu beringsut mundur beberapa langkah ke belakang. Tak cukup sampai di situ, dengan melompat Evans menendang bagian d**a Lucas hingga membuat pria itu jatuh tersungkur ke aspal.
"Bagaimana sekarang? Apa kau masih meremehkanku?" tanya Evans dengan sorot mata yang tajam.
Lucas pun terkekeh sambil berusaha bangkit dari posisinya. Ada bercak darah yang sedikit membasahi sudut bibirnya. Bercak yang langsung diusapnya dengan ibu jarinya sambil terus menatap tajam wajah Evans.
"Lumayan, tapi aku belum mengerahkan seluruh kemampuanku. Aku saat ini masih main-main. Kau adalah lawan paling tangguh yang pernah aku hadapi! Tapi sepertinya sudah cukup main-mainnya."
Melihat Lucas yang hampir kembali berdiri. Evans dengan cepat meminta Oscar untuk pergi. "Oscar lebih baik kau bawa Nyonya Grace pergi dari root top ini!" titah Evans. Namun, permintaannya dengan cepat ditolak oleh Oscar mentah-mentah.
"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu sendiri menghadapi pria ini," jawab Oscar dengan kedua alis yang saling bertaut dalam.
"Apa kau tidak percaya aku bisa mengatasinya?" Evans menjawabnya dengan melontarkan sebuah pertanyaan kepada rekannya itu.
Oscar pun sejenak terdiam. Ia sempat memikirkan begitu dalam pertanyaan Evans. Membuat pria itu teringat akan masa lalunya dalam beberapa misi yang selalu mereka lewati. Saling percaya satu sama lain adalah kunci dari keberhasilan misi-misi yang pernah mereka lalui.
"Baiklah, aku akan membawa Nyonya Grace pergi dari roof top ini. Setelah itu aku akan kembali ke sini. Jangan sampai kalah, Evans!" Oscar pun melangkah kembali ke tempat di mana Grace hanya menatap pertarungan mereka dengan penuh rasa takut.
Setelah tersenyum kecil pada rekannya tanpa menjawab. Evans pun kembali meladeni serangan Lucas yang membabi buta. Satu dua pukulan berhasil ditahan, membuat kedua tangan mereka saling terkunci rapat dengan sorot mata menajam. Kedua pun melepas tangan masing-masing dan kembali menyerang. Kali ini Evans mengarahkan pukulan menyilang dari sisi kiri yang mampu dihalau Lucas dengan tangan kirinya. Begitu juga pukulan Lucas dari sisi depan berhasil dimentahkan oleh Evans dengan menepisnya. Pertarungan kembali seimbang. Evans seperti memiliki tenaga baru setelah hinaan yang diucapkan Lucas seolah menjadi cambukan agar dirinya menang menghadapi pria itu.
"Kau lumayan juga. Tidak salah aku menghinamu, sekarang kau jadi bertambah kuat! Tapi sepertinya itu belum cukup untuk bisa mengalahkanku." Lucas tak segan-segan memuji lawannya. Walaupun pada akhirnya, tetap saja pria itu menyombongkan dirinya sendiri.
"Aku tidak pernah seserius ini dalam bertarung. Sekarang ayo kita selesaikan semuanya sebelum aku mulai bosan!" sambung Lucas yang mulai melangkah maju untuk menyerang lebih dulu tanpa menunggu jawaban Evans. Kali ini serangan Lucas terasa lebih bertenaga dari sebelumnya. Bahkan kecepatan serangannya pun bertambah hingga membuat pukulan kombinasinya tak dapat terbaca oleh Evans.
Beberapa kali Evans tak mampu membaca arah serangan Lucas. Membuat pria itu berhasil memukul wajahnya. Evans pun berdecih kesal dengan bercak darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Sial, kenapa serangan pria ini berubah semakin cepat? Tak hanya itu, semua pukulannya pun bertambah jauh lebih kuat. Kurang ajar! Aku tidak boleh kalah, setidaknya sampai Oscar berhasil membawa Nyonya Grace pergi dari roof top ini," batin Evans dengan napas yang terengah-engah. Kedua netra matanya yang berwarna biru masih terus menatap langkah Oscar yang sedang menuntun Grace pergi meninggalkan roof top.
"Ayo maju, kenapa kau hanya diam!" titah Lucas dengan seringai menakutkan terlihat mengembang dari kedua sudut bibirnya.
"Baiklah, ayo kita selesaikan semua ini!" Evans semakin mengeratkan kepalan tangannya dan bersiap menyerang.
Keduanya kembali terlihat baku hantam, Evans dan Lucas saling menyerang. Keduanya tak ada yang mau mengalah. Saling pukul, saling tepis, benar-benar membuat adegan pertarungan mereka layaknya seperti di film-film Hollywood yang membuat kedua mata pasti akan berdecak kagum saat menyaksikannya.
Sampai akhirnya, tendangan Lucas berhasil mendarat sempurna pada rahang Evans hingga membuat tubuh pria itu berputar jatuh ke belakang. Tak sampai di situ, Lucas melompat dengan mengarahkan sikunya pada tubuh Evans yang saat ini sedang terjatuh. Namun, beberapa saat sebelum serangan itu mendarat pada tubuh Evans, pria itu berhasil berguling untuk menghindarinya. Tak hanya menghindar, lewat sebuah tendangan yang masih dalam posisi tertidur, Evans berhasil mengenai Lucas hingga membuat pria itu juga terjatuh.
"Sial." Lucas semakin dibuat kesal karena serangan Evans lagi dan lagi menjatuhkannya.
Tanpa berlama-lama, Lucas maupun Evans mulai bangkit dengan tenaga yang mulai terkuras satu sama lain.
"Aku harus melakukan serangan itu. Mungkin itu akan menjadi serangan terakhirku. Saat ini, kedua kakiku terasa lemah untuk berdiri. Payah! Pertarungan tangan kosong ini benar-benar menguras tenagaku. Selama ini aku terlalu dimanjakan dengan kedua pistolku itu," batin Evans yang tengah geram terhadap dirinya sendiri.
()()()()()
Sementara itu di parkiran basemen, tampak sepasang kaki mulai melangkah memasuki pintu tangga darurat. Sepasang kaki yang bergerak cepat dan terlihat sangat terburu-buru.
"Entah kenapa perasaanku jadi tidak enak begini ya? Aku harus segera tiba di roof top. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Evans ataupun Oscar," batin pria itu yang terus menaiki anak tangga dengan langkah panjangnya.
Sama halnya dengan Oscar dan Evans, pria itu sengaja memilih tangga darurat karena hanya di situlah akses bebas menuju root top tanpa harus ditanyai kepentingan apa untuk datang ke Wilton Corporate.
Bersambung ✍️