Selamat membaca!
Pertarungan yang terjadi antara Lucas dan juga Evans kembali berat sebelah. Terlebih ketika Lucas berhasil mematahkan sebelah tangan Evans hingga menimbulkan suara erangan yang begitu keras. Membuat Oscar yang baru saja melewati pintu roof top seketika terkejut. Rasa cemas pun sekejap timbul dalam pikirannya yang memang sejak tadi mencemaskan keadaan Evans.
"Aku harus segera menolong, Evans," batin Oscar memutuskan.
Tanpa menunggu lama, Oscar pun meminta kepada Grace menuruni anak tangga menuju mobil yang berada parkiran basemen. Tak hanya itu, Oscar juga membekali Grace dengan memberikan pistol pada wanita paruh baya itu untuk berjaga-jaga apabila bertemu dengan anak buah Mark lainnya. Saat ini, pikiran Oscar sepenuhnya tertuju kepada Evans. Ia harus segera menyelamatkan Evans sebelum firasat rekannya itu menjadi sebuah kenyataan.
"Baiklah, Oscar. Kamu hati-hati ya! Selamatkan Evans dan bawa dia juga kembali bersamamu."
Oscar pun tersenyum setelah mengiyakan permintaan Grace. Setelah memutar tubuhnya, pria itu bergegas keluar melewati pintu roof top untuk menolong Evans yang tengah berada dalam situasi di mana Lucas ternyata lebih unggul darinya.
Sementara Grace mulai menuruni anak tangga dengan langkah yang gontai. Tiba-tiba baru beberapa langkah ia teringat akan sesuatu yang tak disadari sejak tadi. Hal yang seharusnya terpikirkan olehnya saat pertama kali melihat Oscar datang menyelamatkannya.
"Bukankah Oscar dari di Paris? Sejak kapan dia datang ke London? Apa dia datang bersama Chris?" batin Grace mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Grace kembali menoleh untuk melihat Oscar. Ia sebenarnya ingin menanyakan dengan cepat agar tak menduga-duga lebih jauh. Ada perasaan rindu yang dibalut benci ketika nama Chris sempat terlintas dalam pikirannya. Rindu bertemu, walau rasa sakit masih tersemat dalam hatinya.
"Sudahlah! Nanti saja aku tanyakan kepada Oscar. Dia kan lagi buru-buru ingin menyelamatkan Evans. Sebaiknya aku juga cepat pergi dari sini, sebelum salah satu dari orang itu datang kembali menangkapku." Grace mulai melangkah cepat menuruni anak tangga. Ia menepikan sejenak segala pikirannya tentang Chris. Saat ini yang paling utama menurutnya adalah lolos dari tempat yang begitu mencekam dalam hidupnya.
()()()()()
Baru saja kembali melangkah keluar, pandangan Oscar seketika terbelalak saat Lucas tengah mencekik leher Evans dan mengangkat tubuh rekannya itu. Postur tubuh Lucas yang lebih tinggi, membuat pria itu leluasa melakukan hal tersebut. Evans kini sudah tak berdaya dalam kuasa Lucas. Bahkan untuk dapat menghirup udara pun terasa begitu sulit dilakukannya.
"Lepaskan dia! Hadapi aku pria bodoh!" kecam Oscar mendekati Lucas dengan berlari sangat cepat.
Setelah jaraknya cukup, Oscar langsung melompat dengan melakukan sebuah tendangan lurus ke arah tubuh Lucas. Pria itu pun dengan cepat menghempaskan tubuh Evans ke samping kanannya untuk menghindari tendangan Oscar dengan melangkah mundur. Bukan hanya berhasil menghindar, Lucas membalas serangan itu dengan menendang balik punggung Oscar. Namun, sama halnya dengan Lucas, Oscar berhasil menghindarinya dengan membungkuk, lalu melakukan sebuah gerakan menyapu aspal menggunakan sebelah kakinya untuk menjatuhkan Lucas. Lagi dan lagi, tanpa diduga pria itu berhasil menghindarinya dengan melompat. Kini keduanya tampak mundur beberapa langkah dan mulai memasang kuda-kuda untuk bersiap menyerang kembali.
"Pria ini bukan lawan yang bisa aku anggap remeh. Buktinya Evans berhasil dikalahkannya," batin Oscar dengan napas yang terengah.
Terlihat peluh mulai membasahi dahinya yang mengerut karena menatap tajam lawan bertarungnya dengan penuh kesungguhan.
"Aku tidak boleh kalah. Kalau aku sampai kalah, pria ini pasti akan membunuhku dan juga Evans," gumam Oscar kembali yang mulai memikirkan sebuah serangan agar dapat mengalahkan Lucas.
Belum selesai ia menemukan cara itu, Lucas sudah menyerangnya lebih dulu. Beberapa pukulan cepat terus dilancarkannya. Oscar pun berhasil menepisnya, walau ia hampir kewalahan menghadapi kecepatan Lucas yang seperti tak kehabisan tenaga. Padahal pria itu sudah menghadapi Evans sebelum melawan dirinya.
"Pria ini sebenarnya siapa? Kenapa dia begitu kuat?" gumam Oscar terus meladeni serangan bertubi-tubi dari Lucas.
Di saat keduanya tengah asyik bertarung, tiba-tiba saja sebuah tembakan terarah menembus pundak bagian kiri Oscar hingga membuat pria itu terjatuh. Seketika Lucas pun marah dengan apa yang terjadi di depan matanya saat ini.
"Buat apa kalian mengganggu kesenanganku?" tanya Lucas penuh amarah.
"Kau memang bersenang-senang, tapi apa kau tahu jika si wanita tua itu sudah berhasil lolos! Sekarang cepat habisi kedua pria itu? Ambil pistolmu ini! Kita harus cepat menangkap wanita itu sebelum Tuan Mark menanyakannya!"
Oscar masih berada di aspal sambil mengerang kesakitan. Terlihat darah kini mulai keluar dari luka tembak pada pundak kirinya.
"Sial, sekarang sudah selesai. Maafkan aku, Evans," batin Oscar benar sudah tak berdaya. Tubuhnya mulai melemah dengan keringat yang hampir memenuhi seluruh wajahnya. Terlebih ketika melihat Lucas mulai menyodorkan pistol pada kepalanya.
"Maafkan aku. Sebenarnya kalian berdua bisa membuatku terhibur, tapi aku tidak ada waktu menghadapi kalian lebih lama," ucap Lucas mulai menarik pelatuknya dan bersiap menembak.
"Harusnya kalian tidak perlu buru-buru karena Mark tidak akan pernah menanyakan kabar wanita itu." Oscar coba mengulur waktu setelah ia melirik ke arah Evans yang tengah berusaha menggapai pistol miliknya.
Ya, Evans masih sadar, walau kondisinya teramat lemah. Saat ini, pria itu sedang menggapai pistol miliknya yang tak jauh dari tempatnya terhempas. Namun, tetap saja dalam kondisi lemah dengan rasa sakit hampir di sekujur tubuhnya. Membuat Evans kesulitan untuk meraihnya.
Sementara itu, Thomas dan Bobby seketika menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Oscar bahwa Mark telah tiada.
"Tidak mungkin Tuan Mark sudah mati." Dengan geram Thomas kembali melangkah mendekati Oscar. Tanpa ampun ia menendang tubuh Oscar berkali-kali dengan sangat keras.
"Berani sekali kau! Siapa yang telah membunuhnya? Jawab?!" kecam Thomas penuh amarah.
Oscar hanya terkekeh menghadapi kemarahan Thomas, walau rasa sakit semakin menderanya.
"Tuanku yang telah membunuhnya! Orang yang akan memburu kalian jika kalian membunuh kami berdua," jawab Oscar sambil terbatuk-batuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.
"Kurang ajar! Lebih baik kau mati!"
Sebelum Lucas dan Thomas menembak, tiba-tiba saja sebuah tembakan tepat mengenai kepala Thomas. Membuat pria itu mati seketika dengan bersimbah darah. Sementara Lucas berhasil menghindari tembakan itu dengan meliukkan tubuhnya. Sementara Bobby, berhasil ditembak oleh Evans setelah pria itu berhasil meraih pistolnya.
"Hampir saja, untung saja Tuan Alex datang! Sekarang peluruku sudah habis. Bukan hanya itu, saat ini aku juga hampir tak bisa menggerakkan seluruh tubuhku," batin Evans yang dapat bernapas lega setelah berhasil melewati situasi yang hampir saja membunuh Oscar dan juga dirinya.
Oscar masih menatap kedatangan Alex dengan sorot mata yang mulai terlihat samar. Kini kesadarannya hampir hilang setelah banyak darah keluar dari luka tembaknya. Belum lagi tendangan keras Thomas pada bagian perutnya, semakin memperburuk kondisinya.
"Kau tidak apa-apa Oscar?" tanya Alex masih menatap tajam Lucas yang coba bangkit setelah jatuh karena menghindari peluru yang dilesakkan Alex dari pistolnya.
"Aku baik-baik saja, Tuan. Waspadalah kepada pria itu, Evans berhasil dikalahkannya." Alex pun sesaat membagi pandangannya untuk melihat Evans yang tampak payah di sisi kanannya.
"Ya, aku bisa lihat, tapi aku juga tidak tahu pasti apa aku bisa mengalahkannya di saat kondisiku sedang terluka seperti ini, apalagi menaiki tangga darurat itu membuat kedua kakiku terasa hampir patah. Oh ya, terima kasih karena telah menyelamatkan ibuku. Sekarang dia sudah aman." Alex mulai berdiri bersiap untuk menghadapi Lucas yang hendak melanjutkan pertarungan tangan kosongnya kembali.
Pria itu menatap Alex dengan sangat tajam. Aura dendam terlihat begitu kental tercipta hingga membuat suasana sore itu terasa mencekam.
"Jadi kau yang telah membunuh Tuan Mark. Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Kau tidak akan bisa keluar dari sini dengan masih bernapas karena aku akan membunuhmu!" kecam Lucas setelah melempar pistol dari genggamannya.
"Aku harus hati-hati melawannya," batin Alex mulai menatap Lucas dengan sorot mata yang tajam.
Bersambung ✍️