Selamat membaca!
Chris masih mencoba bangkit, walau raganya terasa sakit digerakkan. Di tengah usahanya, sebuah tendangan keras kembali merobohkan raganya. Chris pun terjatuh tanpa mampu menahan tendangan itu.
"Aku tidak boleh kalah! Aku harus menyelamatkan Sandra." Chris yang tak menyerah kini coba kembali bangkit, walau usahanya harus berakhir nahas karena tanpa ampun Dexter kembali menendangnya. Satu sampai dua tendangan benar-benar tepat mengenai bagian perut Chris. Membuat pria itu terbatuk dengan bercak darah yang kembali keluar dari mulutnya. Kali ini darah kental itu lebih banyak dari yang sebelumnya hanya seperti noda di sudut bibirnya.
Chris masih mengerang sambil memegangi bagian perutnya. Pria paruh baya yang terlihat bukan lawan sebanding untuk Dexter, salah satu anak buah terbaik yang dimiliki oleh Mark.
"Beberapa saat lagi kau tidak akan merasa sakit lagi, pria tua!" Dexter mulai mengambil pistol yang tergeletak di lantai. Setelah meraihnya, pria itu mulai melangkah ke arah Chris yang masih terkapar tanpa bisa bangkit kembali.
Chris hanya menatap nanar dengan rasa sakit yang masih terasa di sekujur tubuhnya. Napasnya terdengar berat. Ditambah lagi lebam yang terdapat pada wajahnya sungguh membuat pria itu kelihatan payah saat ini.
"Sial, tanganku susah sekali digerakkan untuk mengambil pistol dari kakiku," batin Chris masih berusaha menggapai pistol kecil yang disimpannya di balik kaos kaki.
Sampai akhirnya, Dexter sudah tepat berdiri di depan tubuhnya. Posisinya saat ini membelakangi anak tangga yang berada di belakangnya.
"Sekarang apa ada pesan terakhir yang ingin kau sampaikan? Biar aku sampaikan nanti kepada wanita itu!" tanya Dexter yang sudah mengarahkan pistolnya pada kepala Chris.
Chris hanya menyeringai. Entah kenapa, walau maut terasa dekat, ia masih yakin bahwa maut itu bukanlah untuknya.
"Kau yang harus bersiap karena aku pikir maut itu bukanlah untukku, tapi untukmu!" jawab Chris memiliki firasat bahwa ini bukanlah akhir dari hidupnya.
"Tidak ada yang bisa menolongmu sekarang! Sebaiknya kau pergi saja ke alam baka sana!" ucap Dexter dengan lantang yang mulai menggerakkan telunjuknya untuk menembak. Namun, tembakan itu ternyata meleset ke sembarang arah bersamaan dengan terlepasnya pistol itu dari tangan Dexter. Ya, sebuah tendangan keras dari arah belakang membuat Dexter tersungkur jatuh melewati tubuh Chris yang masih lemah di lantai.
"Alex." Chris mulai dapat melihat sosok putranya kini berdiri di dekatnya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Alex dingin.
"Aku adalah Ayahmu, jadi kau tenang saja! Sekarang bunuh dia dengan cepat karena kita harus mencari Sandra!" titah Chris mencoba bangkit dari posisinya saat ini.
Alex melangkah maju saat melihat Dexter sudah kembali berdiri. Tatapan mata keduanya saling menatap tajam. Dua pria seumuran dengan keahlian bela diri yang sepadan, membuat pertarungan keduanya pasti akan berjalan begitu sengit. Tak ada perbedaan usia yang akan membuat mereka lemah karena faktor stamina.
"Pria ini bukanlah orang sembarangan. Dia bisa membuat seorang Chris Decker seperti itu. Aku harus hati-hati," gumam Alex bersiap untuk menerima serangan Dexter dengan sorot matanya yang tajam.
Dexter pun mulai menyerang. Pria itu mengawalinya dengan memukul beberapa kali yang dapat ditahan oleh Alex. Satu, dua, tiga pukulan yang mengarah pada wajahnya dapat Alex hindari dan sebagian lagi ia tahan dengan sebelah tangannya.
Alex tak hanya diam, ia pun membalas serangan Dexter. Namun, semua pukulannya tak ada satu pun yang mencapai sasarannya karena pria itu dengan cekatan berhasil menahannya.
"Ternyata kau lebih hebat dari pria tua itu!" puji Dexter yang mulai beringsut mundur beberapa langkah.
"Jangan banyak bicara kau!" Alex yang tak memiliki banyak waktu untuk meladeni Dexter, memilih kembali menyerang. Kali ini serangan cepat itu berhasil mengenai lengan kiri Dexter. Ya, lewat kombinasi serangan dari pukulan yang tiba-tiba beralih ke sebuah tendangan berhasil membuat Dexter kewalahan.
Dexter tak tinggal diam, walau lengannya masih terasa sakit akibat tendangan Alex, pria itu mulai melancarkan serangan secara membabi buta yang ditutup dengan tendangan memutar. Namun, Alex berhasil menghindar dengan merunduk. Setelah itu, Alex melakukan gerakan menyapu lantai yang mengenai kaki Dexter ketika kembali bertumpu setelah melakukan tendangan memutar sambil melompat. Dexter pun jatuh dan dengan cepat Alex mengakhiri pertarungan itu dengan melompat sambil mengarahkan siku tangannya hingga mengenai tepat di bagian d**a Dexter. Pria itu mengerang kesakitan dengan darah yang banyak keluar dari mulutnya. Beberapa saat kemudian, pria itu tak sadarkan diri karena pukulan tersebut sangat telak mengenai bagian vital pada tubuhnya.
"Kau sangat membuang waktuku! Di mana Sandra?" Alex langsung berdiri sambil menatap Chris penuh selidik.
"Ke arah sana, cepat selamatkan Sandra!" titah Chris yang sudah terduduk di lantai.
Alex pun berlari cepat sesuai dengan petunjuk arah yang diberikan oleh Chris. Pikiran kembali teringat akan istrinya yang saat ini masih belum berhasil dilihatnya.
"Sandra, sebentar lagi aku akan menyelamatkanmu." Langkah Alex kini telah tiba di sebuah anak tangga. Jalan persimpangan yang membuatnya bingung harus menuju arah mana agar dapat menemukan keberadaan Sandra. Sampai akhirnya, suara jeritan Sandra mulai terdengar olehnya.
"Sandra di atas!" Alex dengan cepat langsung menaiki anak tangga. Pandangannya terus melihat ke sekeliling, mencari keberadaan Sandra yang belum juga dilihatnya.
Sementara itu, kini Sandra sudah berada di dalam helikopter bersama Mark dan seorang anak buahnya yang ada pada kursi kemudi.
"Lepaskan aku! Jangan bawa aku pergi Tuan, aku mohon!" pinta Sandra yang terus menangis dan berusaha keluar dari helikopter yang saat ini bersiap untuk terbang.
"Lupakan Alex karena selamanya kau akan menjadi milikku!" jawab Mark sambil mendekatkan wajah Sandra dengan menarik tengkuk leher wanita itu ke arahnya.
"Kau memang pria gila!" geram Sandra sambil meludahi wajah Mark yang semakin membuat pria itu murka terhadapnya. Tanpa belas kasihan, Mark memukul pundak Sandra hingga wanita itu tak sadarkan diri.
"Ayo cepat kita jalan! Kau tunggu apalagi!" titah Mark sambil mengusap air liur Sandra yang kini membasahi wajahnya.
"Baik Tuan."
Helikopter pun mulai terbang secara perlahan tak lagi menapaki landasannya. Namun, tiba-tiba pintu terbuka dan sosok Alex muncul dengan napas yang terengah-engah. Pria itu langsung berteriak memanggil nama Sandra hingga membuat Mark menyadari kedatangan Alex.
"Sial, Alex sudah datang!" Mark memindahkan tubuh Sandra untuk bertukar tempat dengannya. Setelah itu, ia mengeluarkan pistol, lalu membuka jendela helikopter pada sisi Alex untuk menembaki pria itu.
Sementara itu, Alex tanpa pikir panjang langsung berlari dengan cepat mengejar helikopter yang sudah mulai terbang meninggalkan landasan.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" Alex menatap tajam helikopter tersebut yang masih berada dalam jangkauannya. Hal gila pun terpikirkan olehnya, melompat dan menggapai kaki helikopter itu.
"Sandra, aku berjanji akan menyelamatkanmu. Aku tidak akan membiarkan pria itu membawamu pergi dariku." Tekad Alex begitu kuat, langkahnya kian cepat mengejar helikopter tersebut. Namun, usahanya mulai terusik di saat Mark memuntahkan peluru dari pistolnya secara bertubi-tubi.
"Mati kau, Alex!" kecam Mark yang terus menembaki Alex.
Alex dengan cekatan berhasil menghindar. Sampai akhirnya, langkahnya pun tiba di ujung helipad. Tanpa menunggu atau berpikir, Alex pun melompat sejauh-jauhnya. Hal yang membuatnya teringat ketika ia menyelamatkan sang istri dengan melakukan hal yang sama. Melompat sejauh-jauhnya untuk meraih tubuh Sandra. Namun, kali ini yang Alex raih adalah kaki dari helikopter.
Bersambung ✍️