Selamat membaca!
1 jam setelah Mark menghubungi anak buahnya untuk membawa seorang dokter datang ke pulau, saat ini pria itu tengah berada di dalam bathtub untuk sejenak memanjakan tubuhnya dengan berendam air hangat. Ya, setibanya di rumah mewahnya yang berada di pulau tersebut, Mark langsung menuju bathroom, menghilangkan penat yang sejak tadi mengusik dirinya.
"Aku harus menahan hasratku. Padahal sekarang Sandra sudah berhasil menjadi milikku, tetapi kenapa dia harus hamil?" gerutu Mark dengan ekspresi kecewa yang tampak di wajahnya.
Sementara itu di dalam kamar, Sandra masih menangis dengan melipat kedua kakinya dan meringkuk sambil melabuhkan tubuh lelahnya pada sandaran ranjang. Ia benar-benar takut dengan perkataan Mark. Terlebih ketika pria itu menghubungi anak buahnya untuk mendatangkan seorang dokter. Seorang Dokter yang ditugaskan agar menggugurkan janinnya.
"Ya Tuhan, semoga saja rencanaku tadi berhasil. Semoga Alex mengetahui tentang pulau ini. Selamatkan aku, Alex. Selamatkan anak kita." Dengan berlinangan air mata, wanita itu terus berharap agar suaminya datang dan mengakhiri semua penderitaannya. Tangisannya begitu terisak, menandakan rasa sakit yang kian membelenggu Sandra dalam sebuah kenyataan yang sama sekali tak pernah ia harapkan terjadi pada hidupnya.
Di tengah harapan yang tak pasti, tiba-tiba saja suara tembakan terdengar menggema dan saling bersahutan di pulau. Sandra seketika berpikir dengan senyuman yang mulai terulas dari wajahnya.
"Apa itu kamu, Alex? Kamu sudah datang." Sandra begitu semringah. Hatinya yang terkekang sendu mulai menemukan jalannya untuk bebas dari rasa sakit yang sejak tadi membelenggunya. Sandra pun bangkit dari atas ranjang. Ia mulai melangkah menuju sebuah jendela, melihat apa yang terjadi di luar kamar tempat di mana ia hanya bisa berharap bahwa suaminya telah datang menyelamatkannya.
()()()()()
Dengan berlindung pada sebuah pohon, Chris masih terus meneliti situasi di sekitar rumah. Sesekali pria itu memuntahkan peluru dari pistolnya. Membuat baku tembak benar-benar terdengar bising. Bahkan sampai menggema di seluruh pulau.
"Oscar, aku akan masuk sendirian lewat sisi kanan itu. Kau alihkan perhatian mereka!" titah Chris penuh rencana.
"Baik, Tuan. Aku akan melindungimu." Oscar kembali melancarkan beberapa tembakan ke arah tiga anak buah Mark yang saat ini terus menembakinya.
Sementara itu, Chris mulai berlari di antara pepohonan untuk menuju sisi kanan rumah. Ia memutuskan berpencar dari Oscar agar secepatnya bisa masuk. Cara gerilya yang akan ia gunakan dalam penyerangannya kali ini.
"Saat ini aku harus hati-hati. Terlebih aku masih belum tahu ada berapa orang yang menjaga rumah ini. Semoga saja aku belum terlambat menyelamatkan Sandra dan juga Grace," batin Chris yang sudah berada di sisi kanan rumah. Bagian yang tidak terjaga oleh
Suara baku tembak masih terdengar keras. Membuat aktivitas Mark terhenti dan pria itu dengan cepat menghampiri salah satu anak buahnya yang berada di ruang kontrol rumahnya. Tempat di mana Mark bisa melihat aktivitas apa pun yang terjadi di seluruh bagian pulau.
"Apa yang terjadi?" tanya Mark dengan kedua alisnya yang saling bertaut.
"Ada dua orang yang datang ke pulau dengan menggunakan speedboat itu, Tuan. Dua orang bersenjata. Sepertinya mereka datang karena ingin menyelamatkan wanita itu," jawab seorang pria bernama Dexter memberitahu Mark sambil menunjuk satu layar CCTV yang berada di sisi kirinya.
"Dari keduanya ternyata bukan, Alex. Lantas siapa yang datang itu? Bagaimana mereka bisa tahu keberadaanku di pulau ini?" Pertanyaan yang seketika memenuhi pikiran Mark. Bagaimana tidak, baginya sangat mustahil bila sampai keberadaannya diketahui oleh orang lain, kecuali ada yang memberitahukannya.
"Ini pasti ulah Sandra. Aku akan memberi wanita itu pelajaran atas apa yang dilakukannya." Amarah seketika mulai menguasai diri Mark saat ia teringat keberadaan ponsel miliknya yang terjatuh di sekitar ranjang. Mengingat hal itu, Mark mulai berpikir bahwa Sandra memang telah mengambil benda pipih miliknya dan membuatnya seolah-olah terjatuh di sana.
Rasa kesal yang kian memuncak dalam dirinya. Membuatnya mulai terbesit sebuah ide. Ide untuk pergi dari pulau.
"Cepat siapkan helikopter!" titah Mark menampilkan wajah yang begitu geram. Terlebih saat ketiga anak buahnya mulai bertumbangan karena berhasil ditembak oleh Oscar.
"Baik, Tuan. Saya akan siapkan," jawab Dexter segera beranjak keluar dari ruang kontrol.
"Tempat ini sudah tidak aman lagi untukku. Aku yakin, mafia seperti mereka pasti bisa dengan mudah menghabisi seluruh anak buahku," batin Mark memutuskan dengan rasa kesal yang tengah menggerogoti ketenangannya.
Pria itu kini mulai melangkah menuju sebuah kamar di mana ia menyekap Sandra.
()()()()()
Kembali ke luar rumah, Chris mulai bersiap untuk melewati sebuah pagar yang berukuran lebih tinggi darinya. Setelah berhasil menaikinya, pria itu pun melompat dan bersembunyi di balik semak-semak untuk menghindari salah satu kamera CCTV yang bergerak. Walaupun harus menjatuhkan tubuhnya hingga membentur kerasnya tanah, tetapi Chris berhasil lolos dari pantauan kamera CCTV yang terus mengintainya.
"Nyaris saja. Aku tidak boleh ketahuan secepat ini," batin Chris mulai melihat situasi sekitarnya sambil merasakan bagian punggungnya yang terasa nyeri akibat benturan saat terjatuh.
Setelah gerakan CCTV berlawanan arah dengan posisinya berada, Chris pun bergerak cepat untuk masuk ke rumah. Tujuannya adalah sebuah jendela yang kebetulan terbuka. Namun, di saat pandangannya terus menatap fokus ke depan, tiba-tiba salah satu anak buah Mark yang datang dari arah belakang diam-diam menyerangnya.
Beruntung pria itu tak menggunakan pistol untuk menembak, melainkan menyerang Chris dengan sebuah balok yang digenggamnya. Nahas, serangan itu ternyata berhasil dihindari oleh Chris dengan satu gerakan ke arah kiri. Tak hanya itu, Chris balik menyerang dengan menendang bagian tangan pria itu hingga balok yang digenggamnya terlepas.
Saling pandang pun sempat terjadi beberapa detik sebelum Chris menembak pria itu dengan pistol yang memang sejak tadi digenggamnya. Pria itu pun seketika tak bernyawa.
"Nyaris saja. Beruntung aku sempat melihat pria itu saat mengayunkan balok kayu dari jendela itu," batin Chris kembali berhati-hati dengan langkahnya.
Saat langkah Chris baru saja masuk ke dalam rumah melalui sebuah jendela yang terbuka, suara teriakan Sandra dari lantai atas mulai terdengar penuh histeris. Membuat kemarahan pria itu kian memuncak. Amarah untuk membunuh siapa saja yang berani mengusik ketenangan keluarganya.
"Itu Sandra. Berarti dia sedang berada di lantai atas. Aku harus segera menyelamatkannya." Chris masih terus mengamati sekelilingnya. Terdapat 3 buah CCTV di sana. Namun, di saat teriakan Sandra semakin terdengar keras, Chris pun tak lagi memedulikan CCTV yang bergerak ke arahnya. Pikirannya saat itu hanya satu, berlari dengan cepat ke lantai atas dan menyelamatkan Sandra.
"Kurang ajar, berani sekali dia menyakiti menantuku!" Chris pun keluar dari tempat persembunyiannya. Ia lalu berlari dan mulai menembaki anak buah Mark yang berada di ruangan itu. Tembakan yang tepat pada sasaran karena berhasil mengenai ketiga anak buah Mark yang seketika mati dengan bersimbah darah.
Di saat Chris sudah tiba di lantai atas, langkahnya terhenti di saat dua orang pria bertubuh tegap dan dua kali lebih besar dari tubuh Chris menghadang langkahnya.
"Bertahanlah Sandra, Daddy pasti akan menyelamatkanmu," batin Chris masih menatap kedua pria yang saat ini seperti meremehkannya dengan membuang pistol yang berada dalam genggamannya.
Bersambung ✍️