Kemarahan Alex

1166 Kata
Selamat membaca! Rasa cemas Sandra kian membuncah, saat Mark mulai melucuti satu persatu pakaiannya. Hatinya begitu hancur ketika pria lain yang bukan suaminya tengah menyentuh tubuh indahnya. "Ya Tuhan, bagaimana ini? Kalau aku menolaknya pasti Mark akan menyuruh anak buahnya untuk membunuh Mommy Grace," batin Sandra dengan air mata yang mulai berderai membasahi kedua pipinya. Air mata yang tak membuat Mark mengurungkan niatnya. Pria itu terus diburu napsunya yang kian memburu. Obsesi untuk dapat memilik wanita yang selama ini diidam-idamkannya sebentar lagi akan menjadi nyata. Namun, tiba-tiba sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Sandra seketika membuat pria itu menghentikan apa yang akan dilakukannya. "Apa! Kau sedang hamil?" Mark merasa terkejut. Padahal seharusnya ia tidak perlu merasa heran seperti itu karena memang Sandra adalah seorang wanita yang sudah bersuami dan bisa kapan saja hamil. "Iya Tuan, aku sedang hamil. Aku mohon, tolong jangan apa-apakan aku! Aku mohon!" Dengan berlinang air mata Sandra menangis terisak sambil menutupi bagian tubuhnya dengan pakaian yang sudah tak lagi dikenakannya. Mark masih menatap kesal. Sorot matanya menajam. Tiba-tiba tangannya meraih tengkuk Sandra dan mendekatkan ke arahnya. Membuat Sandra meringis merasakan sakit akibat cengkraman dari tangan pria itu yang cukup kuat. "Kenapa Sandra? Kenapa kau harus hamil?" tanya Mark dengan semburat kekecewaan yang tampak jelas di wajahnya. "Maafkan aku, tapi ini memang kenyataannya. Aku mohon, aku tidak ingin hal buruk menimpa kandunganku jadi tolong jangan lakukan itu!" Merasa semakin kesal dengan perkataan Sandra, Mark menghempaskan begitu saja kepala Sandra hingga membentur sandaran ranjang. Tanpa berkata apa pun sambil mengusap rahang tegasnya, pria itu berlalu menuju sebuah bathroom yang berada di sudut ruangan. Kepergian Mark sungguh membuat Sandra dapat bernapas dengan lega. Ia pun dengan cepat mengenakan kembali pakaiannya. Menutup aurat yang memang tak seharusnya ia tampilkan sebagai penikmat dari pria selain suaminya. "Alex, aku mohon selamatkan aku. Aku takut, Alex." Sandra mengatakan semua itu dengan lirih. Lelehan air mata yang terus berderai menjadi bukti bahwa wanita itu benar-benar tertekan akan situasi saat ini. Situasi yang memaksanya untuk merintih dan memohon belas kasihan dari seorang Mark Weil. Sementara itu, di dalam bathroom. Mark terlihat sangat kesal dan terus merutuki dirinya sendiri. "Kenapa di saat Sandra sudah aku kuasai, aku tidak tega menyentuhnya? Kenapa mendengarnya hamil, membuatku begitu sakit?" Mark begitu kesal atas situasi yang kini dihadapinya. Kemarahan yang kian memuncak. Membuat pria itu menghantamkan beberapa pukulan ke arah dinding sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Di saat suara gaduh di dalam bathroom akibat pukulan itu mulai hilang seiring kemarahan Mark yang mereda, tiba-tiba terbesit sebuah ide jahat dalam pikiran pria itu. Membuat Mark seketika menyeringai licik penuh rencana. "Sandra tidak boleh mengandung anak dari pria lain. Dia hanya boleh hamil anakku!" kecam Mark dengan sorot mata menajam. Tampak sekali semburat kekecewaan yang bertahta sejak tadi di wajahnya berubah menjadi seringai menakutkan yang terulas dari kedua sudut bibirnya. ()()()()() Di tempat lain, tepatnya di dalam mobil. Alex tengah menuju sebuah dermaga untuk membebaskan Sandra. Ya, pria itu ternyata telah mendengar pembicaraan antara Sandra dan seorang pria yang suaranya begitu tak asing di telinganya. Membuat Alex berdecak kesal atas apa yang dilakukan oleh Mark, pria yang ternyata menjadi dalang dari penculikan istri dan ibunya. "Lebih cepat lagi, Evans!" titah Alex yang sudah tidak tahan lagi ingin segera menghabisi Mark. Kemarahan yang seakan membuat aliran darahnya berdesir hebat. Bahkan tangan pria itu berulang kali terus dihantamkannya pada bagian pintu mobil, membuat Evans sadar bahwa tuannya itu kini sedang begitu marah terhadap Mark. "Baik, Tuan." Tanpa membantah perintah Alex, Evans semakin menambah kecepatan mobilnya. Ia bahkan sampai tak memedulikan lalu lintas yang sebenarnya telah berubah menjadi merah, tanda bahwa sebenarnya setiap pengendara harus bersiap untuk berhenti. Namun, Evans malah menginjak dalam pedal gas pada mobil hingga laju mobil bertambah cepat melewati perempatan jalan, walau hampir saya tertabrak sebuah truk yang melintas dari arah lainnya. "Awas kau, Mark. Dulu sewaktu di restoran aku tidak menghabisimu! Tapi sekarang karena kau sudah melewati batas, aku pasti akan membunuhmu!" batin Alex terus dibayangi situasi yang kini sedang dialami oleh Sandra. ()()()()() Di sebuah taksi, Chris yang baru saja mendapatkan kabar dari Alex tentang keberadaan Sandra, kini langsung meminta kepada sang supir untuk merubah rute mobilnya menuju dermaga yang kebetulan jaraknya lebih dekat dibanding posisi Alex saat ini. Membuat pria itu akan tiba lebih dulu dari putranya. Beberapa menit kemudian, taksi pun berhenti di tempat yang memang menjadi tujuan Chris. Sebuah dermaga di mana kapal-kapal besar maupun kecil bersandar di sana. Setelah membayar supir taksi itu, Chris yang masih ditemani Oscar kini mulai menaiki sebuah perahu untuk menyelamatkan Sandra. Ia memutuskan berangkat lebih dulu dan tidak menunggu Alex. Baginya, setiap detik yang dilewati bisa merubah takdir Sandra maupun Grace. Takdir yang bisa saja kejam terhadap mereka, apabila ia terlambat menyelamatkan kedua wanita yang bukan saja berarti bagi hidupnya, tetapi juga untuk putranya. "Sandra memang sangat pintar. Petunjuk darinya sungguh membantu. Bertahanlah, aku akan datang menyelamatkan kalian," batin Chris sambil menatap tajam hamparan air laut yang ada di hadapannya. ()()()()() Kembali pada situasi yang masih terasa menakutkan untuk Sandra. Wanita itu sudah bergerak cepat. Ia mengambil ponsel Mark dari bawah ranjang, lalu menghapus riwayat panggilan yang ada pada ponsel itu. Tak hanya itu, Sandra langsung meletakan ponsel tersebut pada sudut ruangan yang tak jauh dari kaki ranjang seolah benda pipih itu jatuh tanpa sepengetahuannya. Ada harapan yang yang begitu ia gantungkan saat melihat ponsel tersebut dalam kondisi yang tak lagi terhubung untuk memanggil. Harapan di mana ia ingin bahwa Alex mengetahui keberadaannya, lalu datang untuk menyelamatkannya. Tak lama kemudian, Mark kembali dengan sorot mata yang langsung menatap Sandra. Wanita itu kini sudah berada di atas ranjang dengan kedua mata yang mulai menatap nanar kedatangan Mark. "Aku sudah putuskan." Sebuah kalimat yang membuat rasa penasaran mulai menelusup masuk ke dalam pikiran Sandra. Antara takut dan cemas, dua hal itu berkecamuk dalam diri Sandra yang kini merasa khawatir bukan hanya pada nasibnya, tapi juga calon buah hati yang telah bersemayam dalam rahimnya. Sampai akhirnya, ketika Mark mulai duduk di tepi ranjang. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya maksud perkataan dari pria yang menurutnya begitu terobsesi padanya. Pria phsyco yang seharusnya tak pernah dikenalnya. Namun, ia sempat merasa beruntung karena ternyata Mark masih memiliki hati dengan berhenti menyentuhnya ketika tahu bahwa ia tengah mengandung. Akan tetapi, anggapan itu seketika buyar. Melebur bersama kemarahannya yang langsung memuncak saat mendengar perkataan dari Mark. "Kau jahat, kau jahat, Mark! Tolong jangan lakukan itu pada anakku!" pinta Sandra yang terlihat memukuli Mark dengan sekuat tenaganya. Namun, pria itu masih bergeming dengan senyum tipisnya. Ia merasa bahwa kini Sandra adalah miliknya dan apa pun yang diinginkannya harus terjadi, walau sang pemilik janin bersikeras mempertahankannya. "Aku akan membuat bayi itu tidak akan bisa melihat dunia ini. Kau tidak boleh hamil selain anakku," tegas Mark dengan rahang wajahnya yang mengeras. Membuat Sandra beringsut mundur sambil melindungi bagian perutnya dengan kedua tangan yang menyilang di depan rahimnya. "Ya Tuhan, aku mohon jaga kandunganku ini. Alex cepatlah datang, aku mohon Alex," batin Sandra yang tengah meratapi situasi yang membuatnya begitu takut kehilangan calon buah hatinya. Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN